Wikipedia

Bahar bin Smith

Pendakwah Kontroversi
Revisi sejak 23 Mei 2020 08.10 oleh Julham Al Ikhwan (bicara | kontrib)

Bahar bin Smith (bahasa Arab: بحر بن سميط‎ , translit. Baḥr bin Sumayṭ; pelafalan dalam bahasa Arab: [baħr bin sumajtˤ] nama lengkap: (bahasa Arab: سيد بحر بن علي بن علوي بن عبد الرحمن بن سميط , translit. Sayyid Baḥr bin ‘Alī bin ‘Alawī bin ‘Abd ar-Raḥman bin Sumayṭ); lahir 23 Juli 1985) adalah seorang ulama dan pendakwah Indonesia asal Manado, Sulawesi Utara. Bahar merupakan pemimpin dan pendiri Majelis Pembela Rasulullah yang berkantor pusat di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Selain itu, dia juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin di Kemang, Bogor. Bahar dikenal sebaigai seorang pendakwah. dia selalu didampingi dan dijaga ketat oleh Laskar Pembela Islam dan Front Pembela Islam,[3] namun tidak jarang pula didampingi oleh Barisan Ansor Serbaguna ketika dia berdakwah di tempat yang masyarakatnya berafiliasi dengan Nahdlatul 'Ulama.

Bahar bin Smith
Bahar di Banjarmasin pada tahun 2018
Nama asalبحر بن سميط‎
LahirSayyid Bahar bin Ali bin Smith
23 Juli 1985 (umur 39)
Manado, Sulawesi Utara
Tempat tinggalKabupaten Bogor
KebangsaanIndonesia Indonesia
Nama lainBahar, Habib Bule[1]
PendidikanDarul Lughoh Wadda`wah
PekerjaanUlama, da'i[2]
OrganisasiFront Pembela Islam
Dikenal atas
  • Pemimpin Majelis Pembela Rasulullah (2007–sekarang)
  • Pendiri Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin
GelarSayyid
Suami/istri
​
​
(m. 2009)​
Anak
  • Maulana Malik Ibrahim bin Smith
  • Aliyah Zharah Hayat Smith
  • Ghaziyatul Gaza Smith
  • Muhammad Rizieq Ali bin Smith
Keluarga
  • Ja'far bin Smith (adik laki-laki)
  • Sakinah Smith (adik perempuan)
  • Zein bin Smith (adik laki-laki)
Facebook: 822019507953582 Instagram: sayyidbahar Modifica els identificadors a Wikidata

Biografi

Kehidupan awal

Bahar bin Smith lahir di Manado, Sulawesi Utara sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara. Dia berasal dari keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin bermarga Aal bin Sumaith (bahasa Arab: آل بن سميط‎ , translit. Aāl bin Sumayṭ; pelafalan dalam bahasa Arab: [ʔaːl bin sumajtˤ]), ayahnya bernama Sayyid Ali bin Alwi bin Smith (w. 17 Oktober 2011), sedangkan ibunya bernama Isnawati Ali. Bahar mempunyai enam orang adik, tiga di antaranya adalah Ja'far bin Smith, Sakinah Smith, dan Zein bin Smith.

Kehidupan pribadi

Pada tahun 2009, Bahar menikahi seorang Syarifah bermarga Aal Balghaits (bahasa Arab: آل بالغيث , translit. Aāl Balġayṯ; pelafalan dalam bahasa Arab: [ʔaːl balɣajθ]) bernama Fadlun Faisal Balghoits. Dari pernikahannya dengan Fadlun, Bahar dikaruniai empat anak: Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin Smith, Syarifah Aliyah Zharah Hayat Smith, Syarifah Ghaziyatul Gaza Smith, dan Sayyid Muhammad Rizieq Ali bin Smith. Anak terakhirnya, Ali, lahir pada tanggal 4 Februari 2018. Bahar memberikan nama Muhammad Rizieq Ali kepada anak terakhirnya atas penghormatan kepada gurunya, Muhammad Rizieq Shihab, dan bentuk tawassul kepada leluhurnya, Ali bin Abi Thalib.

Aktivitas

Keorganisasian

Bahar merupakan pendiri dan pemimpin Majelis Pembela Rasulullah sejak tahun 2007.[4] Kantor pusat Majelis Pembela Rasulullah terletak di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sementara pengikut Bahar mencapai ratusan orang yang berdomisili di Ciputat, Tangerang Selatan; Pesanggrahan, Jakarta Selatan; dan Pondok Aren, Tangerang Selatan.[1] Bersama para anggota Majelis Pembela Rasulullah, Bahar kerap melakukan aksi razia dan penutupan paksa di beberapa tempat hiburan di Jakarta.[4] Aksinya yang paling menonjol adalah ketika dia menggerakan sekitar 150 orang jamaah Majelis Pembela Rasulullah pada bulan Ramadan tahun 2012[5] untuk melakukan razia di Cafe De Most Pesanggrahan, Jakarta Selatan.[6] Hal tersebut dilakukannya karena kafe tersebut diduga sebagai sarang maksiat, dia kemudian menutup paksa Cafe De Most dan meminta agar tempat tersebut ditutup sebulan penuh selama bulan Ramadan.[4]

Selain itu, Bahar juga mendirikan Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin yang mengadopsi sistem salaf di daerah Pabuaran, Kemang, Bogor.[7] Dia juga dikenal dekat dengan ormas Islam bentukan Muhammad Rizieq Shihab, Front Pembela Islam.[8] Bahkan, Selain Rizieq Shihab, Bahar merupakan tokoh utama penggerak serangkaian Aksi Bela Islam yang menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama diadili terkait pernyataannya yang dituduh menghina Islam.[9][10]

Dakwah

 
Bahar bin Smith saat mengisi ceramah di acara haul ke 82 Habib Salim bin Hamid Al-Kaff di Banjarmasin pada tahun 2018

Bahar sering berdakwah di berbagai acara peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad dan Isra Mikraj.[3] Pada setiap ceramahnya, dia selalu didampingi dan dijaga ketat oleh Front Pembela Islam[3] serta kerap bersikap keras dan terkesan bersebrangan dengan Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama.[11] Namun, tidak jarang pula dia didampingi dan dikawal oleh Barisan Ansor Serbaguna saat berdakwah di tempat yang masyarakatnya berafiliasi dengan Nahdlatul 'Ulama, untuk melindunginya, seperti ketika dia berdakwah dalam kondisi kurang sehat di Pondok Pesantren Modern Al-Husainy, Tangerang Selatan pimpinan Habib Ali Alwi. Ali Alwi yang dikenal dekat dengan Nahdlatul 'Ulama langsung meminta agar Banser NU ikut mengawal Bahar secara khusus ketika berdakwah dengan kondisi selang infus yang masih menempel.

Kontroversi

Aksi sweeping

Sebagai pemimpin Majelis Pembela Rasulullah, Bahar bersama pengikutnya kerap melakukan aksi bar-bar sweeping dan penutupan paksa di beberapa tempat hiburan yang dianggap melanggar syariat islam yang beroperasi di wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.[12] Pada bulan Ramadan tahun 2012, tepatnya hari Minggu, 29 Juli 2012, sekitar pukul 01.30 dini hari, dia pernah menggerakan sekitar 150 pengikutnya[5] untuk melakukan aksi bar-bar sweeping yang disertai aksi perusakan isi perabot di Kafe De Most yang terletak di Jalan Veteran Raya, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.[13] Dalam aksinya itu, mereka menuntut agar pihak kafe menutup bisnisnya.[4] Selain itu, massa juga melengkapi diri dengan senjata tajam seperti celurit, golok, stik golf dan lainnya. Bahkan, peralatan senjata tajam itu dibuat khusus menjelang aksi, seperti empat buah pedang yang dibuat seminggu sebelum kejadian.[14] Aksi tersebut telah direncanakan 2 minggu sebelumnya. Rencananya, setelah melakukan aksi dari Pesanggrahan, Bahar dan jemaahnya akan melakukan razia di Kafe Putri, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dari Cipulir, massa merencanakan untuk merazia kafe lainnya di Ciledug, Tangerang. Namun, belum sampai ke lokasi-lokasi tersebut, polisi yang mendapatkan informasi adanya aksi bar-bar sweeping di Kafe De Most, Pesanggrahan oleh ormas Majelis Pembela Rasulullah, polisi pun langsung melakukan pengamanan.[1] Aksi mereka mendapat hadangan dari petugas gabungan Polresta Tangerang, Polsek Pondok Aren, Koramil 19 Pondok Aren, dan Satpol PP Pondok Aren.[13]

Polisi kemudian menangkap Bahar dan 62 orang pengikutnya,[5] serta menyita 10 golok, 17 celurit, 4 samurai, 4 stik golf, 12 stik besi, 13 kayu, 1 bendera Majelis Pembela Rasulullah, serta satu set alat musik milik kafe.[14] Dari 62 orang yang ditangkap, 41 di antaranya merupakan anak yang masih di bawah umur. Bahkan, ada anak berusia 13 tahun yang ikut serta dalam aksi bar-bar sweeping tersebut.[15] Polisi kemudian menetapkan 23 orang termasuk Bahar sebagai tersangka karena terbukti melakukan pengrusakan dengan senjata tajam, dua di antaranya adalah anak di bawah umur yang kedapatan membawa golok dan celurit.[14] Atas hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat menyayangkan keterlibatan anak kecil dalam aksi tersebut. KPAI juga meminta petugas memberikan penangguhan penahanan terhadap kedua anak itu.[15]

Polisi kemudian menjerat Bahar dan pengikutnya dengan Pasal 170 KUHP tentang pengrusakan dengan ancaman hukuman lima tahun. Selain itu, mereka juga dijerat Pasal 2 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 12 tahun.[6] Sementara itu, kedua anak di bawah umur yang menjadi tersangka dapat dihukum dengan ancaman enam tahun penjara di bawah Undang-Undang Darurat 1951 karena membawa senjata tajam, dan dua setengah tahun karena menghancurkan properti pribadi.[5] Setelah ditahan dan dilakukan interogasi singkat, Bahar mengaku bersalah dan menyesal karena tidak melapor kepada pihak kepolisian[16] terkait pelanggaran yang dilakukan Kafe De Most karena menjual minuman beralkohol.[17]

Selain terlibat dalam aksi bar-bar sweeping tahun 2012, pada tahun 2010, Bahar juga pernah terlibat dalam aksi penyerangan terhadap jemaat Ahmadiyah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.[18][19] Selain itu, pada tahun yang sama, Bahar juga pernah terlibat dalam Kerusuhan Koja terkait sengketa makam Mbah Priok di Jakarta Utara.[20]

Ceramah provokasi

Bahar dikenal sebagai seorang pendakwah yang dianggap sering memprovokasi massa. Dalam ceramahnya yang beredar di media sosial, dia kerap melontarkan ceramah yang memprovokasi umat Islam untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar dengan perilaku yang dianggap tindak kekerasan.[21] Selain itu, dalam ceramahnya dia juga kerap menyebut bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah sarang Partai Komunis Indonesia (PKI). Terkait hal tersebut, organisasi sayap Islam PDIP, Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) mengkritik pernyataan Bahar tersebut. Bamusi menyindir bahwa Habib Bahar kurang bacaan dan literatur, serta tuduhan yang dilontarkannya kepada PDIP tanpa tabayun tersebut telah menjadi fitnah dan merusak citra penceramah agama.[22]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c Official.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan);
  2. ^ Official (30 November 2017). "Maulidurrasul & Milad Nurussalam". Website resmi Pondok Pesantren Modern Nurussalam. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  3. ^ a b c Ajis; Kosasih (31 Januari 2018). "Habib Bahar Ali bin Smith Meriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Panunggangan Barat". PelitaBanten.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  4. ^ a b c d Bilal (29 Juli 2012). "Pimpinan Majelis Pembela Rasulullah Habib Bahar : Mereka Yang Berbuat Maksiat Harus Ditindak". Arrahmah.com. Jakarta: Ar Rahmah Media Network. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  5. ^ a b c d Marhaenjati, Bayu; Pawas, Zaky (30 Juli 2012). "Indonesia's Hard-Line Muslims Raid South Jakarta Bar, Go to Jail" [Muslim Garis Keras Indonesia Menyerbu Bar Jakarta Selatan]. Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2018. Diakses tanggal 20 April 2018. 
  6. ^ a b Arsil, Sabrina (30 Juli 2012). "Sering Terlibat Aksi Anarki, Habib Bahar Terancam Hukuman Berat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Agustus 2012. Diakses tanggal 20 April 2018. 
  7. ^ Ningsih, Ayu (24 Mei 2016). "Ponpes Minta Keberadaan THM di Kabupaten Bogor Segera Ditutup". Pojok Bogor. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Agustus 2012. Diakses tanggal 20 April 2018. 
  8. ^ Syechbubakr, Ahmad Syarif (14 Desember 2017). "Meet the Habibs: the Yemen connection in Jakarta politics" [Dua Jalan Para Habib di Tengah Politik Jakarta]. Indonesia at Melbourne (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2018. Diakses tanggal 20 April 2018. 
  9. ^ Friana, Hendra (2 Desember 2017). "Habib Mustofa: 2019, Insya Allah Kita Rebut Kemenangan Umat Islam". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  10. ^ Indrawan, Aditya Fajar (2 Desember 2017). "Selawat dan Lagu Indonesia Raya Akhiri Reuni Alumni 212 di Monas". Detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  11. ^ Official (8 Januari 2018). "Banser NU Tangsel Kawal Ceramah Habib Bahar Bin Smith Jadi Viral". KabarTangsel.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 19 April 2018. 
  12. ^ Official (29 Juli 2012). "Habib Bahar Dalang Pengrusakan Kafe". Liputan 6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  13. ^ a b Sari, Henny Rachma (30 Juli 2012). "Sweeping Kafe, Habib Bahar Cs Tak Bisa Lebaran di Rumah". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Agustus 2012. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  14. ^ a b c Mardani (31 Juli 2012). "Kisah Habib Bahar Buat Pedang untuk Sweeping". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Agustus 2012. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  15. ^ a b Ahmad, Miladi (30 Juli 2012). "Anak-Anak Dilibatkan Sweeping". Jawa Pos National Network. Jakarta: PT. JPG Multimedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  16. ^ Hutami, Roro Putri (29 Juli 2012). "Habib Bahar Menyesal Tak Melapor ke Polisi". Sindonews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  17. ^ Sari, Henny Rachma (30 Juli 2012). "Polisi: Kafe D'Moz Melanggar Karena Jual Miras". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Agustus 2012. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  18. ^ Sari, Henny Rachma (29 Juli 2012). "Habib Bahar Pernah Terlibat Sweeping Jemaah Ahmadiyah". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Juli 2012. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  19. ^ Budiman, Aditya (30 Juli 2012). "Tersangka Sweeping De Most Pernah Serang Ahmadiyah". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  20. ^ Felisiani, Theresia (29 Juli 2012). "Habib Bahar Juga Terlibat Kasus Mbah Priok". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
  21. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :'Kumparan'
  22. ^ Vebrianto, Widian (10 Oktober 2017). "PP Bamusi Suruh Habib Smith Belajar Tabayyun". Rakyat Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2018. 
Diperoleh dari "https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Bahar_bin_Smith&oldid=16993827"