Bencana kereta api tsunami Sri Lanka 2004
Bencana kereta api tsunami Sri Lanka 2004 adalah bencana kereta api paling mematikan sepanjang sejarah dengan total korban jiwa 1.700 orang atau lebih. Peristiwa ini terjadi ketika satu rangkaian kereta api penumpang diterjang oleh tsunami di rel pantai Sri Lanka usai gempa bumi Samudra Hindia 2004. Tsunami menewaskan lebih dari 30.000 orang di daerah-daerah pesisir Sri Lanka dan menimbulkan kerugian senilai miliaran rupee.[1][butuh sumber yang lebih baik]
Bencana kereta api tsunami Sri Lanka 2004 | |
---|---|
Rincian | |
Tanggal | 26 Desember 2004 |
Letak | Peraliya, Hikkaduwa |
Negara | Sri Lanka |
Jalur | Jalur Pesisir |
Operator | Sri Lanka Railways |
Jenis kecelakaan | Banjir |
Penyebab | Tsunami |
Statistik | |
Kereta api | 1 rangkaian kereta (No. 50) |
Meninggal dunia | Jumlah pasti tidak diketahui, sedikitnya 900, mungkin 1.700+ |
Luka-luka | 100+ |
Kereta api
Kereta #50 adalah kereta reguler yang menghubungkan kota Colombo dan Matara. Rutenya membentang di pesisir barat daya Sri Lanka. Di Telwatta, relnya berjarak 200 meter (660 ft) dari laut. Pada tanggal 26 Desember 2004, di tengah hari libur purnama Buddha dan Natal, kereta meninggalkan Stasiun Fort Colombo pada pukul 06:50 lebih dengan 1.500 penumpang bertiket dan banyak penumpang tanpa tiket, termasuk penumpang bertiket musiman (bernama Seasons) dan tiket pemerintah.[2][3]
Rangkaian kereta ditarik oleh #591 Manitoba, lokomotif M2a Sri Lanka Railways yang dibangun tahun 1956 oleh General Motors Diesel Canada dengan kode model G12.
Upaya pencegahan
Kantor pengawas seismik Sri Lanka di Pallekele mencatat getaran gempa bumi dalam kurun beberapa menit setelah guncangan pertama, tetapi menganggap gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.[4] Ketika kantor PPKA (pemimpin perjalanan kereta api) Maradana menerima laporan tsunami, para petugas langsung menahan delapan kereta yang sedang berjalan di rel pantai, tetapi tidak bisa menghubungi Matara Express.
Segala upaya untuk menahan kereta di Ambalangoda gagal karena semua petugas stasiun menangani banyak kereta dan tidak ada petugas yang menjawab telepon sebelum kereta berangkat. Upaya menghubungi petugas di stasiun-stasiun selatan juga gagal karena mereka sudah menyelamatkan diri atau tewas diterjang gelombang.[2]
Terjangan tsunami
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 |
---|
Negara terdampak |
Tanggapan kemanusiaan |
Operasi militer |
Topik terkait |
Pada pukul 09:30, di desa Peraliya, dekat Telwatta, gelombang tsunami menerjang kawasan pantai. Kereta berhenti ketika air meluap mengelilingi kereta. Alarm kenaikan permukaan air dinyalakan kemudian.[5] Ratusan warga setempat yang percaya bahwa kereta berdiri kokoh di atas rel langsung memanjat ke atas gerbong supaya tidak tersapu gelombang. Warga lain berdiri di belakang kereta supaya terlindungi dari gelombang. Gelombang pertama membanjiri gerbong dan membuat para penumpang panik. Sepuluh menit kemudian, gelombang besar menyapu dan menabrakkan kereta api dengan pepohonan dan rumah di pinggir rel. Orang-orang yang berlindung di belakang kereta tewas seketika.
Delapan gerbong sangat penuh dengan penumpang sampai-sampai pintunya tidak bisa dibuka ketika terendam air. Hampir semua orang di dalamnya tenggelam karena gerbong digulung air beberapa kali. Penumpang di atas kereta jatuh ketika gerbong dibalikkan oleh gelombang. Sebagian besar korban tewas akibat tenggelam atau terkena reruntuhan. Lokomotif #591 Manitoba tersapu sejauh 100 meter (328 kaki) dan mendarat di rawa. Masinis Janaka Fernando dan asisten masinis Sivaloganathan meninggal dalam tugas. Menurut perkiraan garis pantai dan tanda permukaan air di bangunan-bangunan sekitarnya, ketinggian tsunami mencapai 7,5–9 meter (24–29 kaki) di atas permukaan laut dan 2–3 meter (6–9 kaki) lebih tinggi daripada atap kereta.[2][6]
Korban
Karena skala bencananya sangat besar, pemerintah daerah tidak mampu menghadapi kerusakan yang ada. Layanan darurat dan militer sangat disibukkan oleh operasi tanggap bencana di berbagai tempat sehingga tidak bisa melakukan penyelamatan langsung. Pemerintah Sri Lanka bahkan tidak tahu lokasi kereta api ini selama beberapa jam. Helikopter angkatan darat menemukan bangkai kereta api ini sekitar pukul 16:00.[7] Layanan darurat daerah ikut lenyap akibat tsunami sehingga korban terpaksa menunggu bantuan dari jauh. Puluhan orang yang luka parah di lokasi kejadian meninggal dunia tidak lama kemudian. Banyak jasad yang baru ditemukan satu pekan kemudian. Beberapa keluarga memutuskan untuk mencari sendiri kerabat mereka di tempat.[2] Tim forensik dari Colombo mengambil gambar dan sidik jari jasad-jasad yang tidak diklaim keluarga di Rumah Sakit Batapola sebelum dikubur.[8]
Menurut pemerintah Sri Lanka, hanya 150 orang di kereta yang selamat. Jumlah korban jiwa diperkirakan sedikitnya 1.700 orang sampai 2.000 orang, meskipun hanya 900-an jasad yang ditemukan karena banyak jasad yang terbawa kembali ke laut atau dibawa pulang oleh kerabat keluarga. Kota Peraliya juga luluh lantak. Ratusan penduduknya tewas dan hanya sepuluh bangunan yang masih berdiri. Baddegama Samitha, seorang bhikkhu, memimpin upacara pemakaman bersama murid-muridnya. Beberapa di antara mereka kesulitan tidur selama tiga pekan selanjutnya.[9] Lebih dari 200 jasad yang ditemukan tidak bisa diidentifikasi atau diklaim, lalu dikuburkan tiga hari kemudian dalam upacara pemakaman Buddha di dekat rel kereta yang sudah tercerabut.
Buntut
Peringatan satu tahun bencana ini diadakan di kota yang terdampak tsunami di sepanjang rel yang sedang diperbaiki. Perusahaan masih mengoperasikan kereta api Colombo-Galle dan tetap mempekerjakan W. Karunatilaka, petugas yang ada di atas kereta dan selamat dari bencana.[10][11] Lokomotif #591 Manitoba dan dua gerbong yang rusak dihancurkan dan dibangun ulang. Gambar gelombang dilukis di lokomotif sebagai bentuk peringatan. Lokomotif dan gerbong baru ini dioperasikan ke Peraliya pada tanggal 26 Desember 2008. Rute ini dioperasikan setiap tahun sebagai bagian dari upacara keagamaan dan peringatan untuk para korban.[2][12]
Lihat pula
Catatan
- ^ Effect of the 2004 Indian Ocean earthquake on Sri Lanka
- ^ a b c d e Gunawardena, Ralph (July–August 2015). "The Ordeal of 591 Manitoba". Canadian Railway Modeler. 20 (2): 16–17, 20–21.
- ^ Carl Strand and John Masek, ed. (August 2008). Sumatra-Andaman Islands Earthquake and Tsunami of December 26, 2004: Lifeline Performance. Reston, VA: ASCE Press, Technical Council on Lifeline Earthquake Engineering. ISBN 978-0-7844-0951-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-24. Diakses tanggal 2012-07-11.
- ^ Bruce Parker -The Power of the Sea: Tsunamis, Storm Surges, Rogue Waves 2012 0230112242 "Seismologists at Sri Lanka's only seismic monitoring station, at Pallekele, Kandy, knew of the earthquake off Sumatra within minutes of its initial shaking at the epicenter, but they thought it was too far away for a tsunami to reach Sri Lanka.
- ^ "Ten years on, the same conductor continues on the tsunami train". www.efe.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-02.
- ^ Carl Strand and John Masek, ed. (August 2008). Sumatra-Andaman Islands Earthquake and Tsunami of December 26, 2004: Lifeline Performance. Reston, VA: ASCE Press, Technical Council on Lifeline Earthquake Engineering. ISBN 978-0-7844-0951-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-24. Diakses tanggal 2012-07-11.
- ^ "2004 Sri Lanka tsunami train wreck Facts for Kids". kids.kiddle.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-02.
- ^ Steele, Jonathan (2004-12-29). "One train, more than 1,700 dead". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-02.
- ^ "The Tsunami's Wake". TIME.com. Diakses tanggal 2018-10-02.
- ^ "Sri Lanka train guard mourns tsunami dead 10 years on". AFP. DailyMail. 26 December 2014.
- ^ Dissanayake, Samanthi. "Divided island remembers tsunami". BBC. Diakses tanggal 12 March 2016.
- ^ Daily Mirror Online Edition, 26 December 2008.
Pranala luar
- BBC News Report
- USA Today Report
- Traveler's report
- BBC One year anniversary
- Sri Lankan account
- The Peraliya Official Website
- Steele, Jonathan. "One train, more than 1,700 dead.", The Guardian. 29 December 2004.
- Daily Mirror 26.12.2008