Tahu
Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Nama "tahu" merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi". Tahu telah dikenal di Tiongkok sejak zaman dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Asal | |
---|---|
Negara asal | Tiongkok |
Tanggal pembuatan | 100 |
Rincian | |
Jenis | soy cheese (en) dan Daging palsu |
Bahan utama | Susu kedelai, Kedelai dan kedelai |
Tahu | |||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tahu | |||||||||||||||||||||||
Nama Tionghoa | |||||||||||||||||||||||
Hanzi tradisional: | 荳腐 atau 豆腐 | ||||||||||||||||||||||
Hanzi sederhana: | 豆腐 | ||||||||||||||||||||||
Pinyin: | dòufu | ||||||||||||||||||||||
Makna harfiah: | dadih kacang | ||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||
Nama Filipina | |||||||||||||||||||||||
Tagalog: | tokwa[1][2] | ||||||||||||||||||||||
Nama Jepang | |||||||||||||||||||||||
Kanji: | 豆腐 | ||||||||||||||||||||||
Hiragana: | とうふ | ||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||
Nama Korea | |||||||||||||||||||||||
Hangul: | 두부 | ||||||||||||||||||||||
Hanja: | 豆腐 | ||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||
Nama Melayu | |||||||||||||||||||||||
Melayu: | tauhu | ||||||||||||||||||||||
Nama Vietnam | |||||||||||||||||||||||
Vietnam: | đậu phụ atau đậu hũ atau tàu hũ | ||||||||||||||||||||||
Nama Tamil | |||||||||||||||||||||||
Tamil: | tahu | ||||||||||||||||||||||
Nama Thai | |||||||||||||||||||||||
Thai: | เต้าหู้ (IPA: tâohûː) | ||||||||||||||||||||||
Nama Khmer | |||||||||||||||||||||||
Khmer: | តៅហ៊ូ | ||||||||||||||||||||||
Nama Indonesia | |||||||||||||||||||||||
Indonesia: | tahu |
Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tahu sutra (絹漉し豆腐, kinugoshi tōfu). Tahu sutra lebih lunak dan kurang tahan terhadap pengolahan lebih lanjut, sehingga biasanya dikonsumsi mentah. Tahu secara umum dibawa para perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.
Tahu di Indonesia
Tahu telah mengalami indigenisasi di Indonesia sehingga muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu. Tampilan luar tahu ada yang berwarna putih maupun kuning. Karena populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan yang ditemui di tempat makan berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe.
Di Kediri tahu kuning menjadi makanan khas. Tahu ini dikenal sebagai tahu takua. Tempat lain yang juga terasosiasi dengan tahu adalah Sumedang (tahu Sumedang).
Tahu masih terkait dengan kembang tahu dan tauhue (juga disebut sebagai "kembang tahu") menurut cara pembuatannya.
Aneka makanan yang melibatkan tahu antara lain tahu bacem, tahu bakso, tahu campur, tahu guling, tahu isi (tahu bunting), perkedel tahu, dan kerupuk tahu, tahu pedes, tahu krispi. Tahu goreng biasanya dihidangkan untuk menemani makanan berkuah cair, seperti mi bakso dan soto; atau batagor. Siomay, salah satu bentuk dimsum, juga menggunakan tahu kukus sebagai komponennya.
Tahu di Korea
Dubu adalah tahu Korea (豆腐, 두부).[5] Orang Korea memanfaatkan tahu untuk berbagai jenis masakan.[6]
Referensi awal mengenai tahu di Korea dapat ditemukan dalam Catatan Mogeun (Mogeunjip) yang ditulis oleh Yi Saek (bernama pena Mogeun, 1328-1396) pada zaman Dinasti Goryeo (938-1392). [7] Dalam satu puisinya, Yi Saek mengungkapkan kelezatan tahu yang baru saja dibuat.[7]
Referensi lain menuliskan tentang cara memasak tahu Korea dalam Yangchonjip oleh Gwon Geun serta Heo Gyun (1569-1618), seorang sastrawan Dinasti Joseon yang menulis artikel dalam Domundaejak tentang kelembutan rasa dubu yang dijual pedagang di luar Gerbang Changui.[7] Sebuah catatan di Sejongsillok (Catatan Pemerintahan Raja Sejong) menyebutkan bahwa Kaisar Ming memuji kelezatan tahu di Joseon dan wanitanya pandai memasak makanan yang lezat.[7]
Catatan sejarah menunjukkan bahwa teknik membuat tahu diperkenalkan dari daratan Cina ke Korea pada zaman Dinasti Goryeo sejak abad ke-10. Dari Korea barulah tahu dikenalkan ke Jepang.[6] Tahu Korea teksturnya di antara tahu Cina dan Jepang, tidak keras atau lembut.[5] Orang Jepang memperkenalkan lebih banyak lagi jenis tahu ke Korea semasa Penjajahan Jepang atas Korea (1910-1945).[5]
- Dubu jeongol, adalah masakan jeongol tahu dengan sejarah 200 tahun.[7] Dubu jeongol direbus bersama daging sapi, kecambah, lobak putih, dropwort, jamur, bawang, wortel dan kaldu dalam panci besar.[7]
- Dubu Buchim, tahu goreng, merupakan salah satu masakan yang disajikan dalam banchan.[8]
- Tahu sutera (sundubu): adalah tahu lembut yang tidak diproses layaknya tahu biasa.[9] Sundubu yang paling terkenal adalah sundubu dari Desa Chodang yang dinamakan Chodang Dubu, diproses dengan menggunakan air laut sehingga menghasilkan rasa yang unik.
[10] Sundubu dimakan dengan kecap dan bumbu-bumbu pedas sambil minum makgeolli.[10]
- Dubu kimchi, tahu goreng dengan kimchi.[11]
- Dubu jorim, tahu goreng dengan saus jorim yang terbuat dari campuran bumbu-bumbu.[12]
- Sundubu jjigae adalah jjigae dengan gochujang berisi tahu sutera (sundubu) dan sayur-sayuran.[13]
Salah satu tempat pembuatan tahu tradisional di Korea yang paling terkenal adalah Kampung Chodang di Provinsi Gangwon.[10] Di Chodang, tahu diproses dengan air laut yang disuling dari kedalaman 3 meter di bawah permukaan pasir. Sejarah Tahu Chodang bermula dari penemuan sebuah mata air pada tahun 1500-an oleh Heo Yeop, seorang pegawai negeri Joseon yang juga adik dari Heo Nanseolheon. Setelah mencicipi kelezatan air tersebut Heo Yeop lalu menggunakannya untuk pembuatan tahu. Ia menambahkan air laut untuk proses pengentalan. Tahu yang diciptakannya menghasilkan rasa yang unik. Sampai kini, tradisi membuat tahu dengan air laut masih dijalankan. Kampung asal tahu itu dinamakan sesuai nama pena Heo Yeop, yaitu Chodang.
Referensi
- ^ Remo, Amy R. (2008-11-04). "After cheap rice, 'P10 Budget Ulam'". Philippine Daily Inquirer.
- ^ Remo, Amy R. (March 31, 2005). "Filipino food served 'hawker' style". Filipino Reporter.
- ^ "Korea's Pulmuone launches New York bean curd plant". AsiaPulse News. 2002-03-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-17. Diakses tanggal 2009-09-26.
- ^ Tamsyn Burgmann (August 29, 2007). "Soon dubu simmers under the radar". Toronto Star.
- ^ a b c (Inggris)HISTORY OF TOFU IN SOUTH AND SOUTHEAST ASIA, soyinfocenter. Diakses pada 1 Mei 2010.
- ^ a b (Inggris)Hand-made Tofu, gwangju. Diakses pada 1 Mei 2010.
- ^ a b c d e f (Inggris) Chun Hui-jung (2006). "Dubu-Jeongol -Traditional Dish of Dubu (Tofu) and Vegetables" (PDF). Koreana. 20 (1): 77–79. Diakses tanggal 26 April 2010.
- ^ (Korea)두부 부침(필독), musoenara. Diakses pada 14 Mei 2010.
- ^ (Inggris)Donghae Sundubu, visitkorea. Diakses pada 1 Mei 2010.
- ^ a b c (Inggris) Kim Joo-young (1997). "Ch'odang Village in Kangnung" (PDF). Koreana. 11 (2): 77–79. Diakses tanggal 1-5-2010.
- ^ (Inggris)Dubu Kimchi, mykoreankitchen. Diakses pada 12 Mei 2010.
- ^ (Inggris)Dubu Jorim,mykoreandiet. Diakses pada 26 April 2010.
- ^ (Inggris)Spicy Korean Soft Tofu Stew (Soondubuchigae), koreanfood. Diakses pada 1 Mei 2010.
Pranala luar
- Anderson, J. W.; Johnstone, B.M.; Cook-Newell, M.E. (1995), "Meta-Analysis of the Effects of Soy Protein Intake on Serum Lipids", New England Journal of Medicine, 333 (5): 276–282, doi:10.1056/NEJM199508033330502, PMID 7596371
- Ang, Catharina Y. W.; Liu, KeShun; Huang, Yao-Wen, ed. (1999), Asian Foods: Science & Technology, Lancaster, Pennsylvania: Technomic Publishing Co.
- Berk, Zeki (1992), Technology of production of edible flours and protein products from soybeans, FAO agricultural services bulletin, 97, Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations, ISBN 978-92-5-103118-6.
- Du Bois, Christine M., Chee Beng Tan and Sidney Wilfred Mintz (2008). The World of Soy. Urbana: University of Illinois Press. ISBN 978-0-252-03341-4.
- Guo, Shun-Tang; Ono, Tomotada (2005), "The Role of Composition and Content of Protein Particles in Soymilk on Tofu Curding by Glucono-δ-lactone or Calcium Sulfate", Journal of Food Science, 70 (4): 258–262, doi:10.1111/j.1365-2621.2005.tb07170.x.
- Liu, KeShun (1997), Soybeans: Chemistry, Technology, and Utilization, Springer, ISBN 978-0-8342-1299-2, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-05 .
- Sacks, Frank M.; Lichtenstein, Alice; Van Horn, Linda; Harris, William; Kris-Etherton, Penny; Winston, Mary; American Heart Association Nutrition Committee (2006), "Soy Protein, Isoflavones, and Cardiovascular Health. An American Heart Association Science Advisory for Professionals From the Nutrition Committee", Circulation, 113 (7): 1034–1044, doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.106.171052 , PMID 16418439.
- Shurtleff, William; Aoyagi, Akiko (2000), Tofu & soymilk production: a craft and technical manual (edisi ke-3rd), Lafayette, California: Soyfoods Center, ISBN 978-1-928914-04-4.
- Shurtleff, William; Aoyagi, Akiko (2005), Dou fu zhi shu (The book of tofu), Taibei Shi, ISBN 978-986-81319-1-0. (In Chinese.)
- Shurtleff, William; Aoyagi, Akiko (2013), History of Tofu and Tofu Products (965 CE to 2013), Lafayette, California: Soyinfo Center.
- Shurtleff, William; Aoyagi, Akiko (1998), The book of tofu: protein source of the future-- now!, Ten Speed Press, ISBN 978-1-58008-013-2.
- Knopper, Melissa. (Jan 2002), The joy of soy, The Rotarian, Vol. 180, No. 1, p. 16, ISSN 0035-838X
- White, L. R.; Petrovitch, H.; Ross, G. W.; Masaki, K.; Hardman, J.; Nelson, J.; Davis, D.; Markesbery, W. (April 1, 2000), "Brain aging and midlife tofu consumption", Journal of the American College of Nutrition, 19 (2): 242–255, doi:10.1080/07315724.2000.10718923, PMID 10763906, diarsipkan dari versi asli tanggal 23 July 2008.