Pucuak rabuang

ragam hias tradisional khas Minangkabau
Revisi sejak 28 Mei 2020 12.41 oleh Rahmatdenas (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'al=|jmpl|313x313px|Pucuk rebung pada [[songket Minangkabau]] '''Pucuk rebung''' (bahasa Minang: '''''pucuak rabuang''''') adalah motif...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pucuk rebung (bahasa Minang: pucuak rabuang) adalah motif atau ragam hias yang dikenal di kawasan rumpun Melayu, terutama Minangkabau. Bentuknya berupa tunas bambu. Motif ini umumnya diterapkan pada kain songket.[1]

Pucuk rebung pada songket Minangkabau

Makna

Rebung adalah anak atau bambu muda. Bambu yang sudah besar (dewasa) dinamakan betung (batuang), dan betung memiliki sifat yang lentur sehingga mudah dibentuk, di antaranya untuk kraf tangan yang dirancang untuk berbagai kelengkapan rumah tangga. Bambu yang sudahtua dinamakan ruyung, ruyung banyak dipakai untuk sesuatu yang kuat atau penyangga yang dapat memberi kekuatan pada benda lain, seperti tiang, lantai dan dinding rumah. [1]

Kehidupan bambu dari kecil sampai tua menggambarkan kehidupan berguna dan tidak sia-sia, yang dilambangkan dengan motif pucuk rebung..Kehidupan bambu dari kecil merupakan lambang kehidupan manusia. [1]

Pemakaian

Motif pucuk rebung adalah salah satu motif sakral bagi masyarakat Minangkabau. Pada tenunan songket, motif pucuk rebung terdapat pada bagian ujung sarung dan selendang. [1]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d Ngantung, Daniel. "Filosofi Kehidupan di Balik Songket Pucuk Rebung yang Dibeli Jokowi". wolipop. Diakses tanggal 2020-05-28.