Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama"
Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama" (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦩꦸꦱꦾꦶꦪꦸꦩ꧀ꦥꦸꦱꦠ꧀ꦠ꧀ꦤꦆꦄꦢ꧀ꦝꦂꦩꦮꦶꦫꦠꦩ, Musyium Pusat TNI AD "Dharma Wiratama") adalah museum khusus yang memiliki koleksi tentang peran serta TNI AD dalam perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama" ꦩꦸꦱꦾꦶꦪꦸꦩ꧀ꦥꦸꦱꦠ꧀ꦠ꧀ꦤꦆꦄꦢ꧀ꦝꦂꦩꦮꦶꦫꦠꦩ | |
---|---|
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Indis |
Kota | Jalan Jenderal Sudirman No. 75, Yogyakarta |
Negara | Indonesia |
Sejarah
Bangunan Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1904 dan digunakan berfungsi sebagai tempat tinggal para pejabat/admininstratur perkebunan Belanda di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tahun 1942 ketika Jepang datang, gedung ini dijadikan sebagai markas Tentara Jepang daerah Yogyakara (Syudokan). Salah satu peninggalannya adalah adanya Bunker Jepang di area museum.
Pada masa Kemerdekaan, gedung ini dijadikan markas tertinggi Tentara Keamanan Rakyat. Pada 12 November 1945 gedung ini menjadi tempat konferensi TKR pertama dan menjadi saksi terpilihnya Jend. Sudirman menjadi panglima besar TKR. Gedung ini digunakan sebagai markas Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat yaitu Jenderal Sudirman dan sebagai tempat Kepala Staf Letjen. Urip Sumoharjo untuk menyusun Tentara Keamanan Rakyat dan menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indoneia. Gedung bergaya indish ini juga pernah menjadi Markas Korem 072/Pamungkas. Sejarah kelam juga pernah terjadi gedung ini menjadi saksi bisu keganasan G-30S PKI dalam penculikan Letkol Sugiyono
Gagasan pendirian Museum TNI AD ini berawal dalam lingkungan Sejarah Militer AD (SMAD) yang berencana untuk membangun sebuah museum yang akan digunakan untuk menampung benda-benda koleksi perjuangan TNI AD. Dengan pertimbangan bahwa museum TNI AD mempunyai tugas, fungsi dan peranan sebagai bagian dari Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat (DISJARAHAD) dengan sasaran mewariskan nilai-nilai kejuangan para pahlawan, khususnya TNI.
Kemudian Sejarah Militer Angkatan Darat menjalin kerja sama dengan perintis Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Dan hal tersebut direstui oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan dianjurkannya menggunakan sebagian tanah komplek Ndalem Brontokusuman 24 (yang kemudian disebut Museum Perjuangan Yogyakarta). Museum berdiri pada tanggal tanggal 8 September 1959 dan disahkan oleh Kasad dengan Surat Keputusan No. 760/9/1959
Pada tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum ini dipindahkan ke bekas kediaman resmi Pangsar Jenderal Soedirman di Jl. Bintaran Wetan no 3, Yogyakarta. Kemudian terkait dengan kemajuan perjuangan TNI AD yang harus diabadikan dalam museum, maka tempat tersebut lebih tepat difungsikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman. Sedangkan gedung baru yang direncanakan sebagai Museum Pusat TNI AD adalah bekas Benteng Vredeburg di Jl. A. Yani No. 6. Tetapi karena Benteng Vredeburg dipandang lebih tepat untuk dikelola oleh Depdikbud, maka pilihan terakhir jatuh pada Gedung Markas Korem 072/Pamungkas di Jl. Jenderal Soedirman 75. Penggunaan gedung ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam gedung tersebut.
Setelah mendapat persetujuan Kasad, maka dikeluarkanlah surat perintah kepada Pangdam[1] VII/Diponegoro agar menyerahkan gedung tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AD. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Skep/547A/l/1982, tanggal 17 Juli 1982 museum pusat TNI AD disahkan. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1982 diresmikan oleh Kepala Staf TNI-AD Jendera Ponimain dengan nama Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama. Dharma Wiratama yang berarti pengabdian luhur yang telah disumbangkan oleh prajurit TNI AD di bidang Hankam baik berupa senjata maupun amal baktinya di bidang non Hankam kepada negara.
Koleksi Museum
Koleksi museum berhubungan erat dengan perjuangan bangsa Indonesia khususnya perjuangan tentara dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Koleksi museum dipamerkan dalam 21 ruang dan halaman depan museum.
Sejak tahun 2017, Museum TNI AD Dharma Wiratama melakukan revitalisasi museum khusunya penggunaan teknologi digital dalam tata pamer museum. Penggunaan teknologi digital ini dimaksudkan untuk menyajikan koleksi dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Penggunaan teknologi digital dalam menampilkan koleksi terwujud dalam: Multimedia Virtual Display Holoscreen, 5 digital book pengantar museum, Video mapping dan Interactive Book 8 palagan,, hologram Cheoptic 8 palagan, Augmented Reality Markas Pejuang/ Dapur Umum, Rekayasa Video Mapping Operasi TNI AD, Rekayasa Multimedia Photobooth
1. Halaman Depan
Di halaman depan, pengunjung dapat melihat beberapa koleksi Tank Stuart buatan Amerika kaliber 37 mm. Total ada 4 tank yang dipamerkan. selain itu, di sebelah barat terdapat koleksi Meriam Bofors (Meriam Gunung) buatan Swedia tahun 1901 dengan kaliber 7,5 cm. Untuk di depan pintu masuk ruang pengenalan terdapat dua meriam masing-masing berkaliber 37mm buatan Amerika dan kaliber 75mm buatan Jepang. Di halaman belakang museum juga terdapat pula bunker/ruang bawah tanah yang berada di belakang aula.
2. Ruang Lobi
Ruang Lobi menggambarkan tentang sejarah pembentukan tentara Indonesia. Di ruangan ini juga terdapat deretan foto 32 KASAD yang pernah menjabat hingga saat ini. Selain itu, sebuah digital book juga terdapat di ruangan ini yang berisi pengantar tentang Museum TNI AD Dharma Wiratama
3. Ruang Jenderal Sudirman
Ruang berada di sebelah timur ruang lobi yang menggambarkan ruang kerja Jenderal Sudirman sewaktu menjabat Panglima Besar. Koleksi Yang dipamerkan patung, meja kerja, telepon, rute gerilya, kursi tamu dari rotan, dan foto setengah badan. Di ruangan ini juga terdapar digital cook yang menceritakan tentang biografi Jenderal Soedirman.
4. Ruang Letjen. Urip Sumoharjo
Ruang ini berada di sebelah barat ruang lobi yang menggambarkan gambaran nyata ruang kerja Letjen Oerip Soemohardjo sewaktu menjabat sebagai kepala staf TKR. Koleksi yang dipamerkan patung, kursi tamu, telepon, meja kerja, dan foto setengah badan. Di ruangan ini juga terdapar digital cook yang menceritakan tentang biografi Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.
5. Ruang Palagan
Di Ruang ini dipamerkan cerita kronologi 8 Palagan mempertahanakan kemerdekaan Indonesia. Pengunjung akan melihat diorama pertempuran yang terjadi di masing-masing Palagan. Koleksi yang dipamerkan antara lain senjata aktif, alat perlengkapan, pakaian pejuang,serta peta alur pertempuran. Peristiwa Palagan ini antara lain:
- Palagan Semarang (Pertempuran Lima Hari)
- Palagan Surabaya (Pertempuran Surabaya)
- Palagan Bandung (Bandung Lautan Api)
- Palagan Ambarawa (Palagan Ambarawa)
- Palagan Medan (Pertempuran Medan Area)
- Palagan Bali (Puputan Margarana)
- Palagan Palembang (Pertempuran 5 hari 5 malam)
- Palagan Makassar
6. WEAPON BOX
Menampilkan koleksi berbagai jenis senjata api yang pernah digunakan selama masa perjuangan kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan dan saat mengisi kemerdekaan. Senjata-senjata ini sebagian merupakan hasil rampasan perang dan beberapa juga merupakan hasil rakitan sendiri.Total senjata ada sekitar 759 senjata dan 294 amunisi. Dan yang tidak kalah penting, hanya ada 3 negara di dunia ini yang memiliki koleksi weapon box yaitu Indonesia, Jerman dan Kanada.
7. Ruang Dapur Umum
Koleksi menggambarkan dapur tradisional rumah rakyat yang terbuat dari bambu dan beratap rumbia yang berperan dalam perjuangan.
8. Ruang Alat Hubung dan Alat Kesehatan
Koleksi alat hubung berupa radio pemancar dan radio penerima. Sedagkan alat kesehatan berupa alat operasi untuk merawat prajurit yang terluka dan sakit saat terjadi pertempuran.
9. Ruang Perang Kemerdekaan
Ruang Perang Kemerdekaan terbagi menjadi tiga ruang. Di Ruang ini digambarkan dharma bakti Angkatan Darat dalam mempertahankan negara kesatuan Indonesia.
10. Ruang Panji-panji
Berikut koleksi panji-panji yang dipamerkan:
a. Panji-panji Kesatuan TNI AD
b. Pataka Kotama/Balakpus
c. Dhuaja Resimen, Brigadir, Korem, Grup
d. Sempana Kodiklatad dan Rindam
e. Tunggul Batalyon
f. Pathola Depo Pendidikan
11. Ruang Gamad
Di Ruang ini dipamerkan berbagai bentuk dan jenis seragam Angkatan Darat meliputi PDH, PDU, PDL beserta atributnya dari tahun 1950 sampai dengan 1980.
12. Ruang Tanda Jasa
Di ruang ini dipamerkan Tanda Jasa /Penghargaan berupa Bintang Jasa dan Satya Lencana sebagai pengakuan dan penghargaan atas jasa para prajurit yang telah berjuang, mengabdi kepada bangsa dan negara sehingga dapat memberikan dukungan moril dan kebanggaan kepada yang bersangkutan, keluarga dan generasi penerus.
13. Ruang Peristiwa
Di ruang ini digambarkan peristiwa pemberontakan PKI, DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, DI/TII Sulawesi Selatan, gerakan separatis dan Operasi Militer yang digelar TNI dalam rangka memulihkan keamanan, mempertahankan keutuhan wilayah dan menjaga kedaulatan NKRI
14. Ruang Alat Peralatan
Di ruang ini dipamarkan benda-benda bersejarah yang dipergunakan pada gelar operasi satuan Angkatan Darat dalam menanggulangi gangguan keamanan dari pihak-pihak yang merongrong NKRI yang berupa senjata, alat optik, alat perhubungan, dan mesin elekrtonik
15. Ruang Piagam Keutuhan AD dan Kontingen Belanda
Di ruang ini digambarkan situasi tahun 1950, peristiwa rakyat demonstrasi sebagai usaha menyatukan konflik internal Angkatan Darat yang dirintis oleh Kol. Bambang Sugeng dan berhasil dilaksanakan upacara di Istana Gedung Agung yang dipimpin Presiden Sukarno dengsn ditandai tangani Piagam Keutuhan.
16. Ruang Pahlawan Revolusi
Koleksi yang dipamerkan berupa perlengkepan militer dan foto pahlawan revolusi.
17. Ruang penumpasan G 30 S / PKI
Baik berupa senjata, alat transportasi, buku, senjata api menjadi bukti sejarah tentang G30S / PKI.
Koleksi Unggulan Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama"[2]
Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama". Koleksi unggulan Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama" adalah sebagai berikut:
- Tank Stuart, Tank buatan Amerika ini pada tahun 1960 memperkuat jajaran TNI Angkatan Darat.
- Meriam Bofors, meriam buatan tahun 1901 ini dahulu merupakan termasuk dalam barang-barang rampasan yang berasal dari para serdadu Belanda .
- Alat komunikasi militer, alat komunikasi ini berbentuk kotak yang menggunakan sistem baterai dan sistem onthel, biasa digunakan di lapangan ketika terjadi pertempuran.
Referensi
- Dadun Widoyoko (1993). Selayang Pandang Museum Perjuangan Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Petunjuk Singkat Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama".
Lihat Pula
- Museum Perjuangan Yogyakarta
- Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman
- Daftar museum di Yogyakarta