Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi dilahirkan di Pangkalan Berandan, Sumatra Utara, pada tanggal 20 Juni 1917 bertepatan dengan 30 Sya'ban 1335 H dari ibu yang bernama Siti Dour Siregar dan ayah yang bernama Sutan Sori Alam Harahap. Ayah Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan. Keluarga besarnya adalah keluarga islamis religius yang ditandai dengan nenek dari pihak ayah dan ibunya adalah dua orang Syaikh Tarekat, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari pihak ibu.[1] Keluarga ini sering dikunjungi oleh para Syekh pada zaman dahulu.

Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin
Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (dok. Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya)

Tarekat Naqsyabandiyah yang dikembangkan oleh Syaikh Kadirun Yahya berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat zikir/surau/alkah telah didirikan dan dalam tiap tahunnya dilakukan i'tikaf/suluk sebanyak 10 kali di berbagai tempat. Selain itu Syaikh Kadirun Yahya juga memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan, ia mendirikan lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, SMK, sampai dengan Perguruan Tinggi (Universitas Pembangunan Panca Budi) di Medan. Ia adalah salah satu ulama tarekat yang dinilai berhasil memadukan antara ilmu zikir dan iptek modern.[1]

Riwayat Pendidikan

Masa muda Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin
Masa muda Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (dok. Keluarga Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya)

Secara kronologis pendidikan yang ditempuh oleh Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya adalah:

  1. H.I.S (Hollandsche Inlandsche School) setingkat SD, di Tanjung Pura, 1924 – 1931 (tamat)
  2. MULO-B (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setingkat SMP, di Medan, tahun 1931-1935 (tamat dengan voorklasse)
  3. AMS-B (Aglemene Middelbare School), setingkat SMU, di Yogyakarta, tahun 1935-1938 (tamat dengan beasiswa)
  4. Kuliah Umum Ketabiban tahun 1938-1940
  5. Kuliah Ilmu Jiwa, Amsterdam tahun 1940-1942 (tamat)
  6. Belajar Tasawuf/Sufi tahun 1947-1954 mendapat 3 buah ijazah
  7. Kuliah Indologie dan Bahasa Inggris tahun 1951-1953
  8. M.O Bahasa Inggris 1e gedeelte tahun 1953 di Bandung
  9. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika tahun 1962
  10. Doktor dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Tahun 1968
  11. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika-Kimia,tahun 1973
  12. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggris tahun 1975

Riwayat Pekerjaan

Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin dalam aktivitas militer
Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin dalam aktivitas militer (dok. keluarga Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, 1964)

Adapun riwayat pekerjaan Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya adalah[1]:

  1. Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan (1942 - 1945)
  2. Kepala industri perang merangkap guru bahasa Panglima Sumatra (Mayjen Suhardjo Hardjowardojo) dengan pangkat Kolonel Infanteri di Komandemen Sumatra Bukit Tinggi 1946 - 1950.
  3. Staf pengajar SPMA Negeri Padang pada tahun 1950 - 1955.
  4. Staf pengajar SPMA Negeri Medan pada tahun 1955 - 1961.
  5. Staf pada Departemen Pertanian pada tahun 1961 - 1968.
  6. Ketua umum Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya pada tahun 1956 - 1998.
  7. Guru besar pada beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Sumatra Utara, Unpad, Universitas Panca Budi, Universitas Prof. Dr. Mustopo, SESKOAD, Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (1960 - 1978).
  8. Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi/Perguruan Panca Budi pada tahun 1961 sampai dengan 1998.
  9. Aspri (Asisten Pribadi) Panglima Mandala I Sumatera di bawah pimpinan Letjen A. Yunus Makoginta, sebagai Kolonel Aktif pada masa Dwikora (1964-1965).
  10. Aspri (Asisten Pribadi) Panglima Mandala I Sumatra di bawah pimpinan Letjen A. Yunus Makoginta dengan pangkat Kolonel (1965 - 1967).
  11. Anggota Dewan Kurator Seksi Ilmiah di Universitas Sumatra Utara pada tahun 1965 sampai dengan 1970.
  12. Pembantu khusus dengan pangkat Kolonel aktif pada Dirbinum Hankam di bawah pimpinan Letjen. R. Sugandhy pada tahun 1967-1968.
  13. Diperbantukan dari Departemen Pertanian ke Penasehat Ahli Menko Kesra pada tahun 1968 hingga 1974.
  14. Penasehat ahli Menko Kesra, tahun 1986 - 1998.
  15. Penasehat ahli/konsultan pada Direktorat Litbang Mabes Polri, Jakarta pada tahun 1990 hingga 2001.
  16. Anggota MPR RI periode 1993-1998.

Riwayat Berorganisasi

Berkas:Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (34).jpg
Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (dok. Keluarga Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin)

Adapun riwayat berorganisasi Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya adalah:

  1. Anggota Sarjana Veteran
  2. Ketua Umum Yayasan PROF. DR. H. KADIRUN YAHYA, tahun 1956 – 1998.
  3. Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar negeri, tahun 1960 – 1972.
  4. Anggota Presidium Seksi Ilmiah merangkap ketua Cabang Sumut Team Konsultasi Penganut Agama Seluruh Indonesia, tahun 1962-1972.
  5. Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta tahun 1963 – 2001.
  6. Anggota Konferensi Islam Asia Afrika Jakarta, tahun 1964.
  7. Penasehat Yayasan Hutapungkut (Ketua : H. Adam Malik), tahun 1965 – 1978.
  8. Anggota World Organization Religion and Science, tahun 1969 – 1970.
  9. Sponsor/Anggota Golongan Karya, Tahun 1970 – 1998.
  10. Anggota Asean Law & Association, tahun 1984 – 2001
  11. Ketua Majelis Pertimbangan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumatera Utara, tahun 1986 – 2001.
  12. Anggota Dewan Pembina / Kehormatan Badan Musyawarah Masyarakat Minang Sumatera Utara, tahun 1987 – 1990.
  13. Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Golkar, tahun 1989 – 2001.
  14. Penasehat Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang), tahun 1989 – 2001.
  15. Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), tahun 1991 – 2001.

Piagam Penghargaan

Dari karya dan baktinya kepada negara, Syaikh Kadirun Yahya mendapat piagam-piagam penghargaan[2], antara lain:

  1. Satya Lencana Penegak, dari Menteri Pertahanan dan Keamanan RI, tahun 1996.
  2. Piagam ucapan terima kasih dari PEMDA TK I Jawa Barat atas bantuannya secara material, moril, dan doa untuk menghentikan letusan Gunung Galunggung, tahun 1982.
  3. Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kapolri Jenderal (Pol) RI Jenderal Anton Soedjarwo, tahun 1986.
  4. Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Soedarmaji, tahun 1986.
  5. Piagam ucapan terimakasih atas bantuannya memberikan dukungan moril dan doa menemukan lokasi jatuhnya pesawat Merpati, tahun 1988.
  6. Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Much. Poedy Sjamsoedin S, tahun 1988.
  7. Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Komandan Datasemen Inteljen KODAM I / BB Letkol. Inf. Sutoro Santo, tahun 1989.
  8. Piagam ucapan terimakasih atas turut serta mensukseskan program Golkar, dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, Bapak Sudharmono, SH, tahun 1987.
  9. Piagam ucapan terimakasih atas turut serta mensukseskan program Golkar, dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, Bapak Wahono, tahun 1989.
  10. Piagam ucapan terimakasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Komandan Satuan Brigade Mobil Dit Samapta Kepolisian Daerah Sumatera Utara Letkol. Pol. Drs. P.E. Kalangi, tahun 1991.
  11. Pejuang / Perintis Kemerdekaan, dari Gubernur Daerah Tk. I Sumatera Utara Bapak Raja Inal Siregar, tahun 1992.

Sejarah belajar Tarekat/ Sufi

dokumentasi aktivitas ber-tarekat Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin di masa muda
dokumentasi aktivitas tarekat Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin di masa muda (dok. Keluarga Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin)

Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya mengenal tarekat pada tahun 1943-1946 melalui seorang khalifah dari Syaikh Syihabuddin Aek Libung (1892-1967) yang berasal dari Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan.[3] Pada waktu itu masa pergolakan (penjajahan Jepang) dan ia belum terlalu mendalami tarekat.

Pernikahan Syaikh Kadirun Yahya muda dengan putri Syaikh Haji Jalaluddin yang bermukim di Bukit Tinggi, yang kala itu merupakan tempat pertemuan para syaikh tarekat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat.[4] Melalui mertuanya inilah Syaikh Kadirun Yahya muda akhirnya berkenalan dengan Syaikh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Saidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, di mana Syaikh Muhammad Hasyim Buayan mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syaikh ‘Ali al-Rida di Jabal Abu Qubays, Mekkah, yang dibantu oleh Syekh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syekh Sulaiman al-Zuhdi.[5]

Pada tahun 1947, Syaikh Kadirun Yahya muda hadir di rumah murid Saidi Syaikh Muhammad Hasyim, di Bukit Tinggi, Sumatra Barat. Ketika itulah ia pertama sekali mengikuti kegiatan tawajuh atau zikir berjamaah yang dipimpin oleh Saidi Syaikh Muhammad Hasyim, seorang syaikh tarekat Naqsyabandiyah yang tinggal di nagari Buayan Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Saidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan adalah orang yang disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan biasanya siapa saja yang belum ikut tarekat belum diperbolehkan ikut dalam kegiatan ini. Tetapi pada waktu tawajuh hendak dilaksanakan, saat itu Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan melihat Kadirun Yahya muda, dan membolehkannya ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat (tata cara) singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga. Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri Syaikh Kadirun Yahya, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti kegiatan tawajuh.

Dalam situasi Agresi Militer Belanda II, pada tahun 1949 Syaikh Kadirun Yahya mengungsi ke pedalaman Tanjung Alam, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Di sini ia mencari sebuah masjid/surau, untuk shalat dan berdzikir, selama berjam-jam, berhari-hari. Pada suatu hari datanglah ke Masjid tersebut sekelompok orang dengan maksud melaksanakan khalwat/suluk, yang dipimpin oleh seorang khalifah dari Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam (1873-1958), seorang Syaikh dari Guguk Salo (Tanjung Alam, Batusangkar) yang juga dikenal dengan sebutan Syaikh Abdul Majid Guguk Salo. Khalifah dari Syaikh Abdul Majid ini meminta agar Syaikh Kadirun Yahya memimpin suluk tersebut, dan semula ditolaklah permintaan tersebut. Tetapi setelah berkonsultasi lebih lanjut, maka ia bersedia dengan syarat harus ada izin dari Syaikh Muhammad Hasyim. Setelah mendapatkan izin barulah ia memimpin suluk. Ini merupakan sebuah peristiwa yang langka, di mana Syaikh Kadirun Yahya belum pernah mengikuti suluk, tetapi diberi kepercayaan dan amanah untuk mensulukkan orang.

Setelah kejadian tersebut, Syaikh Kadirun Yahya menemui Syaikh Abdul Majid untuk meminta suluk. Setelah suluk berakhir, ia mendapatkan satu ijazah dari Syaikh Abdul Majid. Menurut menantu/wakil/penjaga suluk yaitu khalifah H. Imam Ramali, Syekh Abdul Majid Guguk Salo pernah berkata bahwa Syaikh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk dan kelak akan dikenal diseluruh dunia sebagai pembawa tarekat Naqsyabandiyah.

Selanjutnya Syaikh Kadirun Yahya, kembali menjumpai Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan untuk mempertanggung jawabkan kegiatan beliau yang “di luar prosedur lazim” tersebut dan sekaligus meminta suluk. Hal ini diperkenankan oleh Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan dengan langsung membuka suluk.

Selama gurunya masih hidup, setiap minggu Syaikh Kadirun Yahya berziarah kepada Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan (tahun 1950–1954). Setelah gurunya wafat, ziarah tetap dilanjutkan antara 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) kali dalam setahun. Pada tahun 1950, Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan mengangkat Kadirun Yahya menjadi khalifah. Pemberian ijazah kepada Kadirun Yahya sekaligus menempatkannya dalam daftar silsilah ke-35 dalam urutan silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Dua tahun kemudian Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan predikat syaikh penuh dengan gelar Saidi Syaikh.[6]

Penilaian Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan tentang Syaikh Kadirun Yahya adalah: Saidi Syaikh Kadirun Yahya, mendapatkan apresiasi tinggi, antara lain dari segi ketakwaan, kualitas pribadi dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan akidah dan syariat Islam. Syaikh Kadirun Yahya, menjadi satu-satunya murid Saidi Syaikh M. Hasyim Buayan yang diangkat menjadi Saidi Syaikh di makam gurunya, yaitu Saidi Syaikh Sulaiman al-Khalidi Hutapungkut (1841-1917) di Hutapungkut, Kota Nopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan diumumkan ke seluruh Negeri.

Dalam Ijazah Syaikh Kadirun Yahya dicantumkan kata-kata, “Guru dari orang-orang cerdik pandai, Ahli mengobat", yang baru beberapa puluh tahun kemudian terbukti kebenarannya. Syaikh Kadirun Yahya diberi izin untuk melaksanakan dan menyesuaikan segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya padanya.[7]

Pada suatu saat yang lain, Syaikh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi juga memberikan ijazah dan pengakuan sebagai syaikh Tarekat kepada Syaikh Kadirun Yahya[8]. Syaikh Syihabuddinn Aek Libung Sayur Matinggi pernah berkata kepada anak kandungnya yang menjaga suluk, yaitu Syaikh Husein, bahwa muridnya yang benar-benar dapat menegakkan Suluk adalah Syaikh Kadirun Yahya. [9]

Pada tahun 1969, Syaikh Kadirun Yahya berziarah dan bertemu dengan Syaikh Muhammad Said Bonjol. Syaikh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepada Syaikh Kadirun sebuah benda berwujud semacam mahkota yang konon telah berusia lebih dari 300 tahun, yang dititipkan oleh guru Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syaikh Ibrahim Kumpulan, di mana Syaikh Ibrahim Kumpulan juga mendapatkannya dari gurunya, yaitu Saidi Syaikh Sulaiman Al Qarimi (Jabal Abu Qubaisy, Mekkah), dengan pesan agar kelak diberikan kepada "seseorang yang pantas, yang memiliki tanda-tanda tertentu". Puluhan tahun berlalu, barulah “orang yang pantas” tersebut ditemukan oleh Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syaikh Kadirun Yahya.


Silsilah Tarekat Naqsyabandiah Al-Khalidiah

Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah
Prof. DR. H. Saidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah (Dok. Yayasan Prof. DR. H. Kadiurn Yahya)

Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai Mursyid Tarekat Naqsyabandiah Al-Khalidiah dengan silsilah keguruan[10] sebagai berikut:

  1. Sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a
  2. Sayyidina Salman Al-Farisi r.a
  3. Al Imam Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Siddiq r.a
  4. Al Imam Sayyidina Ja'far Ash Shadiq r.a
  5. Al 'Arif Billah Sultanul Arifin Asy Syaikh Thaifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan, yang dimasyhurkan namanya Asy Syaikh Abu Yazid Al-Bustami Quddusu Sirruhu (qs)
  6. Asy Syaikh Abul Hasan Ali bin Abu Ja'far Al Kharqani qs
  7. Asy Syaikh Abu Ali Al-Fadhal bin Muhammad Aththusi Al-Farimadi qs
  8. Asy Syaikh Abu Yaqub Yusuf Al-Hamadani bin Ayyub bin Yusuf bin Al-Husain qs dengan nama lain Abu Ali Assamadani
  9. Asy Syaikh Abdul Khaliq Al-Fajduwani Ibnu Al Imam Abdul Jamil qs
  10. Asy Syaikh Ar-Riwikari qs
  11. Asy Syaikh Mahmud Al-Injiri Faghnawi qs
  12. Asy Syaikh Ali Ar-Ramitani yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Azizan qs
  13. Asy Syaikh Muhammad Baba As-Samasi qs
  14. Asy Syaikh Sayyid Amir Kulal bin Sayyid Hamzah qs
  15. Asy Syaikh Bahauddin Naqsyabandi qs
  16. Asy Syaikh Muhammad Al-Bukhari Al-Khawarizumi yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Alauddin al-Aththar qs
  17. Asy Syaikh Ya'qub Al-Jarkhi qs
  18. Asy Syaikh Nashiruddin Ubaidullah Al-Ahrar Assamarqandi bin Mahmud bin Shihabuddin qs
  19. Asy Syaikh Muhammad Az-Zahid qs
  20. Asy Syaikh Darwis Muhammad Samarqandi qs
  21. Asy Syaikh Muhammad Al-Khawajaki Al-Amkani Assamarqandi qs
  22. Asy Syaikh Muayyiddin Muhammad Al-Baqi Billah qs
  23. Asy Syaikh Ahmad Al-Faruqi As-Sirhindi qs
  24. Asy Syaikh Muhammad Ma'shum qs
  25. Asy Syaikh Muhammad Saifuddin qs
  26. Asy Syaikh Asy-Syarif Nur Muhammad Al-Badwani qs
  27. Asy Syaikh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al-'Alawi qs
  28. Asy Syaikh Abdullah Addahlawi qs
  29. Asy Syaikh Dhiyauddin Khalid Al-Utsmani Al-Kurdi qs
  30. Asy Syaikh Abdullah Affandi qs
  31. Asy Syaikh Sulaiman Al-Qarimi qs
  32. Sayyidi Syaikh Sulaiman Az-zuhdi qs
  33. Sayyidi Syaikh Ali Ridha qs
  34. Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Al-Khalidi qs
  35. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi qs

Guru Para Cerdik Pandai

Logo Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya
Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya, menaungi aktivitas dzikrullah jamaah tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Prof. DR. H. Kadirun Yahya, dan aktivitas dunia pendidikan TK-SD-SMP-SMA-SMK-Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan

Surau adalah tempat pembinaan murid-murid Tarekat Naqsyabandiah yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya. Pada tahun 1950, Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya mulai merintis sebuah surau di Bukit Tinggi. Di tempat ini juga pertama sekali beliau mengadakan suluk secara resmi atas izin dari gurunya, Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. Pada tahun 1955, Syaikh Kadirun Yahya pindah ke Kampus SPMA Negeri Medan, sehingga aktivitas kesurauan juga ikut dipindahkannya ke tempat tersebut. Di tempat ini pula kelak berdiri Universitas Pembangunan Panca Budi sedangkan SPMA Negeri pindah ke Jln. Gatot Subroto Km. 12, Medan.

Latar belakang Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya, yang ilmuwan Fisika – Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Islam khususnya Tasawuf dan Tarekat, telah mewarnai syiar perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di masanya.[11]

Syaikh Kadirun Yahya pernah mengatakan, “Sewaktu manusia masih sederhana pemikirannya, agama tak mungkin diterangkan secara ilmiah yang sempurna. Walaupun sebenarnya Islam sebagai agama yang ilmiah dan amaliah. Oleh karena itu, sebagian besar agama diajarkan secara dogmatis dan kepercayaan semata-mata. Hanya sebagian kecil saja agama diajarkan secara ilmiah popular. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, semakin nyata bahwa Islam adalah agama yang sangat ilmiah.”[12]

Dalam berbagai kajiannya, ia menyampaikan bahwa kekuatan agama sebagai sesuatu yang nyata, fakta dan realita. Kekuatan ayat-ayat suci Al-Qur’an adalah ilmu yang riil yang bisa dibuktikan seperti hukum-hukum fisika, kimia dan sebagainya. Hanya martabat dan dimensinya jauh lebih tinggi, mutlak dan sempurna.[13]

Untuk itu, pada tanggal 27 November 1956, Syaikh Kadirun Yahya mendirikan Akademi Metafisika di bawah ‘Yayasan Akademi Metafisika’, di Medan. Kemudian pada tahun 1980 ‘Yayasan Akademi Metafisika’ diubah namanya menjadi ‘Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya’. Tujuan dari Yayasan ini adalah:

  1. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran secara modern, baik pendidikan umum maupun pendidikan Agama Islam dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi yang bersifat akademis maupun universitas;
  2. Mengembangkan ajaran Agama Islam berdasarkan Al Qur’an, Al Hadist dan Tasawuf Islam;
  3. Pengembangan ilmu ketabiban/kedokteran antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, narkotika, kanker kulit, kanker payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas, dan lever, prostad, AIDS, mentruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib dan lain lain.
  4. Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal.
  5. Terbinanya insan yang berpengetahuan tinggi baik duniawi maupun akhirati dalam suasana lingkungan yang sehat dan lestari.
  6. Bidang bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas Atheisme/komunisme, kemasyarakatan dan lain lain.

Salah satu kegiatan utama dari Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah mendirikan rumah ibadah (surau-surau) untuk mengamalkan dzikrullah/melaksanakan latihan mental spiritual (i’tikaf/suluk). Sampai tahun 2000-an sudah berdiri 700-an surau/tempat wirid di seluruh Indonesia, 15 (lima belas) di Malaysia, dan 1 (satu) di Amerika Serikat.[1]

Untuk membentuk hubungan antar surau di tingkat pusat dibentuk Badan Koordinasi Kesurauan (BKK), sedang tingkat propinsi dibentuk Badan Kerjasama Surau (BKS). Selanjutnya Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) membentuk suatu badan yang disebut Pusat Kajian Tasawuf, untuk mengangkat Ilmu Metafisika ke permukaan, khususnya Tasawuf dan Tarekat dengan mengadakan seminar, ceramah, dialog dan sebagainya.

Semasa hidupnya, Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya sering tampil sebagai pemakalah seminar-seminar nasional dan internasional yang mengedepankan tema seputar Teknologi Al -Qur’an dalam Tasawuf Islam. Tercatat ada 15 kali seminar nasional dan 2 kali seminar internasional yang melibatkan Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai narasumber. Semua karya-karyanya menegaskan apa yang telah dituliskan oleh guru-gurunya dalam ijazah kemursyidan, bahwa Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya adalah ‘Guru para cerdik pandai’.

Tulisan Ilmiah

Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin dalam aktivitas pendidikan
Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin dalam aktivitas pendidikan

Adapun tulisan-tulisan ilmiah karya Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya dalam format buku dan paper[14]:

  1. Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1979.
  2. Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid I. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982.
  3. Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid 2. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982.
  4. Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982.
  5. Penjelasan Tentang Wasilah dan Mursyid. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982.
  6. Filsafat Tentang "Ke-Akbaran dan ke-Dahsyat-an Kalimah Allah". Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1983.
  7. Teknologi Modern dan Al Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan). Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1983.
  8. Teknologi Modern dan Al Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam mengupas 1SRA’ – MI’RAJ RASULULLAH SAW. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
  9. Azas-Azas &. Dalil-Dalil Thariqatullah. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
  10. Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
  11. Mutiara Al-Qur'an dalam Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid 3. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1985.
  12. Pengantar Teknologi Al Quran. Paper diseminarkan dalam Seminar Internasional Teknologi Al Quran, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1986.
  13. Teknologi Al Qur’an (Teknik Munajat Kehadirat Allah SWT). Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1989
  14. Menganalisa sebab-sebab kekalahan-kekalahan hebat yang dialami Ummat Islam dewasa ini di Timur Tengah. Paper dalam Sarasehan Sehari, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1992.
  15. Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Manusia dalam Menyongsong Abad XXI, Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional di kampus Universitas Brawijaya, Malang, 1993.
  16. Teknologi Maha Dahsyat dalam Al Qur’an. Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional, IAIN Sumatera Utara, Medan, 1993.
  17. Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al-Qur’an Pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”. Paper diseminarkan dalam rangka Dies Natalis ITS Surabaya ke-34 di Kampus ITS Surabaya, 1994.
  18. Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia Sampai Akhir Zaman. Paper dalam Forum Diskusi Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1994.
  19. Teknologi Al-Qur’an: Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Bogor: t.p., 199

Pembicara dalam Forum Ilmiah

Pada periode tahun 1986-1996 Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya sering kali mengadakan forum ilmiah maupun diundang sebagai pemakalah sekaligus pembicara dalam berbagai forum ilmiah seminar skala nasional dan internasional[2], antara lain:

  1. Temu ilmiah Seminar Internasional, “Teknologi Al Qur’an Dalam Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada Bulan Juni 1986.
  2. Temu ilmiah / Seminar Internasional “Penerapan Energi dalam Teknologi Al Qur’an untuk Penanggulangan, Penyembuhan, Pengidap Penyakit Narkotika, Leukemia, Kanker, Alkoholik, AIDS, dan lain-lain”, diadakan di Universitas Panca Budi (UNPAB) bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan MABES POLRI, di Medan pada Bulan Juni 1989.
  3. Seminar Sehari mengenai “Pembentukan Manusia Seutuhnya Melalui Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada Bulan Juni 1990.
  4. Seminar Ilmiah “ Teknologi Al Qur’an, Relevansi, Metodologi, dan Aplikasi”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada Bulan Januari 1993.
  5. Sarasehan Nasional “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Tantangan Zaman Demi Suksesnya Pembangunan”, diadakan oleh Kampus Baitul Amin di Sawangan Bogor pada Bulan April 1993.
  6. Seminar Nasional “Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Menyongsong Abad XXI dan Guna Membuktikan Secara Nyata, Fakta, dan Realita ke-Mahabesaran-an Firman-Firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW”, diadakan oleh Universitas Brawijaya dan ICMI Pusat, di Malang pada Bulan September 1993.
  7. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor pada Bulan Oktober 1993.
  8. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Medan pada Bulan November 1993.
  9. Kongres Nasional Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (IPTEK) serta upaya dalam meningkatkan kesejahteraan umat, “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern dan Dalam Mendukung Kebangkitan Islam di Akhir Zaman dengan Power dan Energi yang Digali dari Dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Universitas Islam Riau Pekanbaru, bekerjasama dengan ICMI Pusat dan Pemerintah Daerah TK I Riau, pada tahun 1994.
  10. Seminar Nasional “Tekonologi Al Qur’an dalam Kaitannya dengan Era Globalisasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Serta Tekonologi Modern”, diadakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan pada Bulan Juni 1994.
  11. Seminar Nasional “Kedahsyatan Teknologi Al Qur’an dalam Tasawuf Islam, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia sampai Akhir Zaman”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada Bulan November 1994.
  12. Seminar Nasional “Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al Qur’an pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, diadakan oleh Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) pada Bulan November 1994.
  13. Seminar Nasional dan Internasional “Technology of Al Qur’an, Creating the People’s Welfare and High Quality Human Resources”, diadakan oleh Universitas Brawijaya di Malang bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Statistik Islam (ICCS) pada Bulan Agustus 1996.

Prinsip dan Motto Kerja

Pandangan hidup Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya dan motto-nya dalam bekerja, dirumuskan dalam Piagam Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya[15], yaitu:

  1. Devotion or worship to God - Pengabdian kepada Allah Swt.;
  2. Devotion or worship to the nation - Pengabdian kepada Bangsa;
  3. Devotion or worship to the country - Pengabdian kepada Negara;
  4. Devotion or worship to the world - Pengabdian kepada Dunia;
  5. Devotion or worship to mankind and humanity - Pengabdian kepada Manusia dan Perikemanusiaan.

Motto kerja yang diajarkan oleh Syaikh Kadirun Yahya kepada murid-muridnya[16] yaitu :

  1. Pray like how prophets pray - Beribadatlah sebagaimana Nabi/Rasul Beribadat.
  2. Stand lika a devotee - Berprinsiplah dalam mental sebagai pengabdi.
  3. Devoted as a patriot - Berabdilah dalam mental sebagai pejuang.
  4. Strive lika a soldier - Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit.
  5. Work as an owner - Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik.

Pemikiran Syaikh Kadirun Yahya

Teknologi Metafisika Al-Qur'an

Salah satu fenomena islam Indonesia sejak tahun 1990an adalah perdebatan pendapat di antara ilmuwan muslim terkait hubungan agama dan sains, yang memunculkan istilah-istilah seperti islamisasi ilmu pengetahuan, ilmuisasi islam, obyektifikasi islam, keserasian, ayatisasi, integrasi, integrasi – interkoneksi, dan lainnya. Sejak 1970-1980an mulai dikenal nama-nama seperti Rasjidi, Moenawar Chalil, Buya Hamka, Hidajat Nataatmaja, Kuntowijoyo, Mulyadhi Kartanegara, Amin Abdullah, hingga Kadirun Yahya, yang mempelopori gerakan agama dan sains ini dalam tiga agenda, yaitu politik penguatan identitas keislaman, semangat melawan sekulerisasi barat, dan sikap defensif yang merupakan bagian dari dakwah.[17]

Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya menggagas pemikiran melalui ilmu metafisika akan mampu menjelaskan apa sebenarnya agama itu. Misteri tentang agama yang misterius, mistis, tak terlihat, dll, bisa didekati dengan menggabungkan ilmu-ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll), agar agama lebih bisa diterima oleh pikiran manusia. Umumnya, ajaran agama sulit dipahami karena tidak ada penjelasan yang logis, sehingga iman umat manusia rentan untuk bergeser ke atheisme atau sekulerisme.

Syaikh Kadirun Yahya menggunakan teori metafisika dari perspektif sains[18], untuk menunjukkan ilmiahnya ayat-ayat Al-Qur'an, dan bukan hanya sekedar dogmatis. Menurutnya ilmu metafisika eksakta sangat efektif untuk dipakai dalam menerangkan teori-teori ilmiah dari pelaksanaan teknis ilmu agama, termasuk di dalamnya bidang ilmu tasawuf dan sufi.

Bagi Syaikh Kadirun Yahya, metafisika adalah fisika di alam meta, merupakan suatu kenyataan tentang keberadaan (realitas) sesuatu secara eksak di alam meta (gaib, transenden, abstrak), maka pendekatan ilmiah dalam pembahasan yang bersifat pasti dan memiliki batasan tertentu, akan lebih mudah mendapat pengertian dan pemahaman, di samping bahwa problem metafisika yang sesungguhnya dapat diterapkan dan dibuktikan eksistensinya, sehingga ilmu eksakta dapat dijadikan sebagai media pendukung dalam lingkungan metafisika dan ilmu pengetahuan.[14]

Dengan latar belakangnya sebagai ilmuwan Fisika – Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni ilmu tasawuf dan tarekat, selain menggunakan dasar Al-Qur’an, al-Hadist dan ijma’ ulama’, Syekh Kadirun Yahya juga berdakwah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pemikiran Syaikh Kadirun Yahya dinilai sesuai dengan perkembangan umat dan zaman di abad teknologi dan informasi. Inilah yang membedakan pola penyampaian dakwah antara Syaikh Kadirun Yahya dengan ulama-ulama lainnya.

Menurutnya, teknologi jangan selalu diartikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin atau komputer. Secara sederhana teknologi adalah serangkaian metode yang mencakup pengertian yang lebih luas. Misalnya dalam mencangkul, diperlukan suatu metode atau cara. Tanpa menguasai bagaimana metode mencangkul, maka tidak dapat diperoleh hasil cangkulan yang baik, bahkan bisa membuat orang terluka. Dalam hal contoh sederhana yang lain, memasak misalnya, meskipun telah tersedia alat dan bahan yang diperlukan untuk memasak suatu masakan, tapi jika tidak mengetahui metode atau cara dalam memasak, maka masakan yang dimaksud tentu tidak akan jadi.[14]

Contoh yang lain, tentang air. Apabila diterapkan teknologi elektrolisa, air akan mengeluarkan tenaga dahsyat, air akan terurai menjadi oksigen dan atom hidrogen, yang jika disatukan kembali dan disulut dengan menggunakan api, maka akan meledak dan menyemburkan api yang dapat melebur besi. Jika air dialirkan melalui turbin yang dirangkai dengan dinamo, akan mengeluarkan energi listrik yang mencapai kekuatan hingga 170.000 KVA.

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa ayat-ayat dalam al-Qur’an dan kalimah Allah (dzikir) juga tidak akan mampu mengeluarkan tenaga dahsyat, selama tidak dikuasai metodologinya, yang mana teknologi itu disebut oleh Syaikh Kadirun Yahya dengan istilah “Teknologi Metafisika Al-Qur’an”. Dengan teknologi ini, kalimah Allah dan ayat-ayat al-Qur’an akan dapat mengeluarkan energi-energi metafisis ke-Tuhan-an yang maha dahsyat.

Unsur Tak Terhingga (Infinity)

Tuhan menurunkan energi tak terhingga (infinity) dalam bentuk firman-Nya. Kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allâh, atau ayat-ayat khusus Al-Qur'an, dapat menghancurkan segala sesuatu yang negatif antara surga dan bumi. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mendapatkan akses ke faktor Tak Terhingga ini, yang hanya mungkin dilakukan dengan cara berhubungan (secara kerohanian) dengan Nabi.

Sama seperti energi listrik harus dibawa oleh kabel dari sumbernya ke lampu, energi ilahi yang tak terhingga ini hanya bisa didapatkan dengan menghubungkan (rohani) melalui Nabi dan rantai orang-orang suci, yaitu para ulama pewaris ilmu Nabi. Energi tak terbatas kalîmah Allâh ini dijelaskan Syaikh Kadirun Yahya dalam rumus tak terhingga pada konsep matematika:

1 / ~ = 0

[angka berapa pun] / ~ = 0

[iblis, setan, hantu, kanker, narkotika, atom, nuklir, apapun yang fisik maupun metafisika] / ~ = 0

unsur tak terhingga (~) di sini menurut Syaikh Kadirun Yahya adalah kalimah Allah atau ayat-ayat Al-Qur'an

Unsur tak terhingga (~) dalam konsep matematika ini yang dipergunakan Syaikh Kadirun Yahya untuk mendefinisikan kebenaran hakiki tentang Tuhan dan tasawuf (tarekat). Unsur tak terhingga (~) ini mencerminkan keunikan Tuhan, di mana Tuhan duduk di tahta-Nya (Arsy), yang berada pada jarak tak terbatas/ tak terhingga dengan kita.

Karena jarak sama dengan kecepatan dikalikan dengan waktu

s = v x t

di mana

s = spazium = distance = jarak

v = velocitas = speed = kecepatan

t = tempo = time = waktu

maka komunikasi dengan Tuhan membutuhkan kecepatan yang tak terhingga (~), atau akan mengambil waktu yang tak terhingga (~)

s = ~, dan oleh karena itu v atau t harus = ~

Para nabi, yang secara teratur berkomunikasi dengan Tuhan, dapat melakukannya karena rohani mereka (diri spiritual mereka) memiliki "radiasi frekuensi" yang tak terhingga untuk mencapai Tuhan. Menurut Syaikh Kadirun Yahya, ini adalah "cahaya di atas cahaya" yang disebutkan dalam Al-Qur'an 24:35. Ini adalah cahaya dengan frekuensi dan energi tak terhingga, yang muncul dari Tuhan dan tersambung dengan diri rohani Rasulullah, yang kemudian diteruskan kepada para ulama pewaris ilmu Rasulullah (silsilah keguruan mursyid-mursyid tarekat) Inilah yang dikatakan sebagai "Tali Tuhan" (habl min Allâh), yang melaluinya individu dapat terhubung dengan unsur tak terhingga tersebut.

Syekh Kadirun Yahya mendefinisikan metafisika eksakta sebagai kajian yang membahas masalah-masalah metafisika, yaitu yang bersifat abstrak, transenden dan gaib melalui pendekatan pada ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll).

Syaikh Kadirun menjelaskan sintesis sains, teknologi, dan tasawuf modern, dengan menggunakan rumus eksakta fisika dan matematika sebagai metafora untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan, dan sebagai wujud atau simbol bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan secara ilmiah. Ia menjelaskan tentang teknologi metafisika berupa penyaluran kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allah, yaitu dzikir dengan metode tarekat, memusatkannya, dan mengarahkannya untuk berbagai tujuan di dunia ini.

Tarekat sebagai Metodologi

Pada dasarnya ilmu tarekat di dalam al Qur’an merupakan metode pelaksanaan teknis dari suatu amalan yang sangat tinggi, yaitu dzikrullah. Di sinilah yang dimaksudkan oleh Syekh Kadirun Yahya bahwa tarekat merupakan sebuah metodologi di dalam ilmu tasawuf, yaitu melalui pengamalan dzikir, pengamalan kalimah Allah.

Menurut Syaikh Kadirun Yahya, kekuatan potensi kalimah Allah adalah maha dahsyat, sehingga mampu mempertahankan eksistensi dunia dari kehancuran total oleh tenaga apa pun. Maka ilmu tersebut perlu diriset, di mana letak ilmiahnya, the how to do-nya, dari amalan-amalan tarekat yang kelihatannya mubazir dan seolah-olah hanya membuang waktu. Namun sebenarnya semuanya itu akan terbukti, kalau dilaksanakan dengan metode dzikir yang tepat, dan akan memperoleh manfaat yang besar dari kekuatan yang terkandung dalam al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur'an dan Hadist, Tuhan telah menunjukkan banyak contoh mengenai energi tak terhingga tersebut, seperti pada kejadian banjir Nabi Nuh, bencana yang dialami kaum Nabi Luth, mu’jizat Nabi Sulaiman, Nabi Daud melawan Goliath, Nabi Isa menghidupkan orang mati, krikil batu sijjil untuk memusnahkan tentara Abrahah, Nabi Ibrahim melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara Indonesia. Saat Islam mulai mendarat di tanah Jawa, dengan para ulama yang dikenal dengan sebutan “Wali Songo” mulai mendakwahkan Islam. Semula rakyat merasa keberatan, bahkan menolaknya, dengan alasan mereka telah mempunyai agama kebatinan Jawa. Di sinilah kemudian diterjunkan ke garda depan kekuatan-kekuatan metafisika berupa tasawuf dan ilmu sufinya, dengan berbagai fenomena keajaiban dan karomahnya. Barulah kebatinan di tanah Jawa tersebut mundur dan tunduk menerima Islam. Kemudian dilanjutkanlah dakwah Islam itu dengan pengajaran ilmu fiqh sebagai pengatur dalam tatakrama kehidupan umat Islam.

Demikian pula tidak sedikit kisah-kisah tentang Syaikh Kadirun Yahya dalam mempraktekkan teknologi metafisika melalui energi tak terhingga ini, seperti memadamkan letusan gunung Galunggung di Jawa Barat atas permintaan pemerintah daerah setempat, memberantas pemberontakan gerombolan komunis di Malaysia atas permintaan perwira angkatan bersenjata Malaysia, menyembuhkan berbagai penyakit berat, mengusir jin, dll. Semua merupakan praktek menyalurkan energi tak terhingga kalimatullah, melalui berbagai media seperti batu, air, dan tongkat.

Kisah-kisah menarik tentang sosok pribadi dan perjalanan spiritual Syaikh Kadirun Yahya, peran aktifnya dalam dunia pendidikan, dunia sosial kemasyarakatan, dunia militer dan ketatanegaraan, serta cerita-cerita karomahnya dengan berbagai penjelasan ilmiah mengenai teknologi Al-Qur'an ini, membuat tarekat yang dipimpinnya mendapatkan banyak pengikut. Murid-muridnya berasal dari beragam kalangan, mulai masyarakat kelas bawah, usahawan, profesional, artis, seniman, akademisi (guru, mahasiswa, dosen, doktor, sampai profesor), kalangan militer (polisi dan tentara, dari pangkat rendah sampai perwira tinggi), kalangan pejabat (dari kepala daerah, menteri, sampai keluarga Diraja Malaysia), baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Paradigma dan Kontroversi Tarekat dan Sains

Sebagai seorang profesor yang menekuni ilmu-ilmu fisika, kimia dan matematika, serta menulis risalah-risalah tentang  metafisika, Syaikh Kadirun Yahya dianggap telah berhasil merekonsiliasi pengalaman mistis dalam tarekat dengan ilmu sains. Kombinasi antara pengetahuan ilmiah dengan reputasi pencapaian spiritual yang tinggi ini, menjadi daya tarik khusus bagi kalangan mahasiswa dan kaum intelektual untuk mempelajari tarekat yang dibawanya.

Bagi sebagian dari para pengikutnya, dzikir dengan metode tarekat dianggap sebagai salah satu solusi penting untuk menjawab masalah-masalah politik, ekonomi, bahkan berbagai permasalahan yang lain. Dari situlah pemikiran sufistik ditafsirkan kembali sebagai sumber inspirasi untuk praktek keagamaan kontemporer yang sesuai dengan perkembangan jaman.

Namun selain mendapatkan banyak pengikut, ada pula sebagian kalangan yang menolak pemikiran Syaikh Kadirun Yahya maupun tarekat yang dibawanya. Pemikirannya tentang teknologi metafisika Al-Qur'an untuk penjelasan tentang tarekat, cerita-cerita karomahnya, perjalanan hidupnya, dan praktek-praktek teknis tarekat yang dilakukan jamaah tarekatnya, dianggap kontroversial oleh para penentangnya, bahkan terjadi intimidasi terhadap jamaah tarekat ini di beberapa daerah. Penolakan-penolakan dan intimidasi ini pun disanggah dengan cara damai oleh para pengikut Syaikh Kadirun Yahya melalui berbagai tulisan ilmiah dan forum-forum ilmiah.

Walaupun terdapat kontroversi di sebagian kalangan, namun karya-karya ilmiah pemikiran Syaikh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Syaikh Kadirun Yahya, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat.

Terlepas dari adanya pro dan kontra terhadap metode maupun materi dakwah tarekat yang dibawanya, hal ini menunjukkan bahwa Syaikh Kadirun Yahya telah dianggap banyak memberi pengaruh dalam berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah. Pemikiran dan pergerakannya telah membuat banyak orang mengikuti ajaran tarekat tersebut, atau sekedar menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan secara ilmiah saja. Kini Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah yang dibawa Syaikh Kadirun Yahya telah berkembang luas menjadi salah satu tarekat terbesar di Indonesia maupun di Malaysia, dan telah tersebar sampai ke Thailand, Brunei, Jepang, Australia, Amerika dan Inggris.

Wafat

Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya wafat pada 9 Mei 2001 atau 15 Safar 1422 H,[14] dalam usia 84 tahun, dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Kabupaten Bogor[19].

Referensi

  1. ^ a b c d Nur, Prof. K. H. Djamaan (2002). Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya. Medan: USU Press. ISBN 979-458-191-7. 
  2. ^ a b Mutmainnah, Anisah (2018). "Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara". 
  3. ^ Agama dan pergeseran representasi : konflik dan rekonsiliasi di Indonesia. Wakano, Abidin, 1973- (edisi ke-Cet. 1). Jakarta, Indonesia: Wahid Institute. 2009. ISBN 978-602-95295-0-0. OCLC 489734391. 
  4. ^ Bruinessen, Martin van. (1994). Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis (edisi ke-Rev. ed). Bandung, Indonesia: Penerbit Mizan. ISBN 979-433-000-0. OCLC 949660598. 
  5. ^ Mohamad al-Merbawi, Abdul Manam Bin; Abdullah, Mohd Syukri Yeoh; Abdullah, Osman Chuah; Wan Abdullah, Wan Nasyrudin Bin; Ahmad, Salmah (2012-12-02). "TAREKAT NAQSHABANDIYYAH KHALIDIYYAH IN MALAYSIA: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif". MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. 36 (2). doi:10.30821/miqot.v36i2.120. ISSN 2502-3616. 
  6. ^ Fakhriati (2013). "Kadirun Yahya: Perjalanan Menuju Saidi Syekh dalam Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah". Jurnal Lektur Keagamaan. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta. 11 (1): 238–260. ISSN 1693-7139. 
  7. ^ Bruinessen, Martin Van (2007). "After The Days of Abu Qubays: Indonesian Transformations of The Naqshabandiyya-Khalidiyya". Journal of the History of Sufism. Paris, France: Simurg Press. 5: 225–252. ISSN 1302-6852. OCLC 611947677. 
  8. ^ Erawadi, Erawadi (2014-06-09). "PUSAT-PUSAT PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI TAPANULI BAGIAN SELATAN". MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman (dalam bahasa Inggris). 38 (1). doi:10.30821/miqot.v38i1.53. ISSN 2502-3616. 
  9. ^ Lubis, Sakban (2018). "Tharekat Naqsabandiyah Kholidiyah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, MA di Universitas Pembangunan Panca Budi Medan". Almufida. 03 (01): 44–69. ISSN 2549-1954. 
  10. ^ Kadirun Yahya, Yayasan Profesor DR H (2003). "Silsilah Thariqat Naqsyabandiyah Serumpun". Gema Panca Budi. XI (edisi ke-115). Medan: Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya. 
  11. ^ NURUL AMIN HUDIN, LC (2016-12-07). "TITIK TEMU ILMU EKSAKTA DAN TASAWUF PEMIKIRAN SYEKH KADIRUN YAHYA". UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. 
  12. ^ Yudhasatria, Ebma (2014). "Pemikiran Kadirun Yahya Tentang Tasawuf 1950-2001" (dalam bahasa Inggris). Fakultas Ilmu Sosial. 
  13. ^ May, Asmal (2017-08-01). "MENYINGKAP ENERGI ZIKIR DALAM KONSEP TASAWUF SYEKH KADIRUN YAHYA". Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman. 11 (1): 165–185. doi:10.24014/af.v11i1.3856. ISSN 2502-7263. 
  14. ^ a b c d Izzati, Nurul (2019-04-07). "Kontroversi Tasawuf Nusantara: Kadirun Yahya dan perdebatan tentang otentisitas ajaran tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah" (dalam bahasa Inggris). UIN Sunan Ampel Surabaya. 
  15. ^ Hakim, U.N. Lukman (2011). "Aktualisasi Metafisika dalam Kehidupan Manusia di Abad 21". Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Medan: Universitas Pembangunan Panca Budi Medan (dipublikasikan tanggal Desember). 4 (2): 602–6011. ISSN 1979-5408. 
  16. ^ Simamora, Nur Aisah (2016). "Integrasi Keilmuan Pada Perguruan Tinggi Islam Di Kota Medan" (dalam bahasa Inggris). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 
  17. ^ Bahri, Media Zainul (2018-12-01). "Expressing Political and Religious Identity: Religion-Science Relations in Indonesian Muslim Thinkers 1970-2014". Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies (dalam bahasa Inggris). 56 (1): 155–186. doi:10.14421/ajis.2018.561.157-188. ISSN 0126-012X. 
  18. ^ Syarifuddin; Prof. Dr. Muzakkir, MA; Nur, Dr.Anwarsyah (2017). "Metaphysical thought Muhammad Iqbal and Correlation in the Reconstruction of the characters on Education Institutions (Case Study on Education Foundation of Prof. Dr. H. Kadirun Yahya)" (PDF). International Journal for Innovative Research in Multidisciplinary Field. Gujarat, India: Research Culture Society (dipublikasikan tanggal 31/12/2017). 3 (12): 63–72. doi:DOIs:10.2015/IJIRMF.2455.0620 Periksa nilai |doi= (bantuan). ISSN 2455-0620. 
  19. ^ "Prof Sayyidi Syekh Kadirun Yahya Guru Besar Pemimpin Para Sufi | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2018-09-12. 


Pranala luar