Tawanto Lawolo

tokoh Nias

Tawanto Lawolo adalah seorang seniman yang berjasa dalam pelestarian kesenian tradisi Nias di Kota Padang.[1] Selain itu, ia dikenal sebagai tokoh masyarakat Nias Kota Padang yang memprakarsai berdirinya Ikatan keluarga Masyarakat Nias (IKMN), memimpin organisasi tersebut sejak 1989 sampai 1998. Ia berperan dalam membantu Pemerintah Kota Padang melakukan pemindahan sebanyak 500 makam orang Nias dari Gunung Padang ke tanah yang disediakan pemerintah di Bungus, Tunggul Hitam, dan Bukit Lubuk pada 1995.[2]

Biografi

Tawanto Lawolo lahir di Kampung Ganting, Kota Padang pada 16 Agustus 1949, saat berlangsungnya Agresi Militer Belanda II. Ayahnya bernama Karim, seorang keturunan Nias dari suku Lawolo yang berprofesi sebagai petani. Adapun ibunya bernama Sitiana mempunyai darah Minangkabau. Tawanto sempat berhenti sekolah dari SR Mata Air karena berkelahi dengan seorang temannya. Namun, ayahnya terus memaksanya bersekolah, sehingga Tawanto akhirnya mau melanjutakan sekolahnya di SR 17 Air Manis pada 1957.

Dari ayahnya, Tawanto mempelajari gamad dan tarian balanse madam yang kelak ia kembangkan sebagai kesenian masyarakat Nias di Padang.

Kehidupan pribadi

Tawanto menikahi Rohati, tetapi tidak berlangsung lama karena bercerai pada tahun 1969 dan telah mempunyai anak yang bernama Armanto. Setelah menjadi muallaf, ia menikah dengan seorang perempuan keturunan Nias yakni Salmi Indriani Harefa pada akhir tahun 1971. Dari pernikahan ini, Tawanto mempunyai empat orang anak: Titin Gustu Salwanti, Tomi Melki Veronika, Tila Yeni Yarni Silvita, dan Trivirman.[2]

Referensi

  1. ^ Indrayuda, 1964- ([2008]). Tari balanse madam pada masyarakat Nias, Padang : sebuah perspektif etnologi. Padang, Sumatera Barat, Indonesia: Universitas Negeri Padang Press. ISBN 978-979-8587-32-0. OCLC 501315227. 
  2. ^ a b Putri Wulandari. Biografi Tawanto Lawolo: Tokoh Masyarakat Nias dan Seniman Kota Padang (1987-2012) (Tesis). Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang.