Silat Pangean (Dialek Kuantan: Silek Pangean) adalah salah satu seni bela diri yang berasal dari Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Seni bela diri ini masuk dalam kategori silat yang diwariskan secara turun temurun. Bagi ahli seni bela diri, silat pangean dikenal karena gerakannya yang lembut dan gemulai tapi mematikan sehingga silat ini diminati di Riau.[1][2][3]

Sejarah

Ada beragam versi mengenai asal mula silat pangean. Ada yang mengatakan berasal dari Nagari Pangian, Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatra Barat, adapula yang mengatakan asli dari Pangean, Kuantan Singingi, itu sendiri.[3] Salah satu cerita lisan menuturkan bahwa silat pangean bermula dari seorang penduduk Negeri Rantau Kuantan bergelar Bagindo Rajo yang pergi berguru ke Datuk Betabuh di Lintau, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Saat itu Bagindo Rajo pergi untuk mempelajari agama Islam dan silat untuk membela agamanya. Sewaktu Bagindo Rajo pergi, istrinya yang bernama Gadi Ome tetap tinggal di Pangean dan dijaga oleh Tan Garang. Pada waktu itu Gadi Ome bermimpi didatangi roh Syekh Maulana Ali dari Mekkah dan juga Halimatusakdiah, istri syekh. Dari Halimatusakdiah, Gadi Ome belajar ilmu silat.[1][3]

Sepulangnya dari Lintau, Gadi Ome meminta Bagindo Rajo untuk menunjukkan keahlian yang dimiliki. Namun, Bagindo Rajo berhasil dikalahkan hingga ia meminta diajarkan silat dari istrinya. Bagindo Rajo dan Gadi Ome pun akhirnya sama-sama menjadi pengajar silat pangean dan menurunkan ilmunya.[3] Penurunan ilmu mulanya dilakukan secara matrilineal, terbatas pada kalangan keluarga. Gadi Ome menurunkan ilmunya berdasarkan suku yang dia warisi (matrilineal). Sementara Bagindo Rajo menurunkan ilmunya kepada kemenakannnya. Lambat laun, silek pangean diajarkan ke luar anggota keluarga dengan murid pertamanya adalah Datuk Untuik. Hal ini dilakukan Bagindo Rajo sebagai balas budi atas ayahnya Datuk Untuik, Tan Garang, yang telah menjaga istrinya selama kepergiannya. Lalu, Datuk Untuik mewariskan ilmunya kepada empat murid, yaitu Pendekar Malin, Maliputi, Pak Ngacak, dan Menti Kejam. Keempat murid Datuk Untuik tersebut digelari dengan Induak Barompek (Dialek Kuantan: Induk berempat), gelar tertinggi dalam persilatan pangen dan dari merekalah ilmu silat pangean diajarkan secara turun temurun.[1][2]

Perguruan

Macam-macam silat pangean

Secara umum silat pangean dikelompokkan menjadi tiga macam:[1][2]

  1. Silek Tangan (silat tangan kosong)
  2. Silek Podang (silat dengan pedang)
  3. Silek Parisai (silat dengan pedang dan perisai).

Rujukan

  1. ^ a b c d Ratnawati, Lien (2018). Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. 74. 
  2. ^ a b c Pos, Riau (2020-04-26). "Kembang Suluh Silat Pangean". RiauPos.co. Diakses tanggal 2020-06-06. 
  3. ^ a b c d Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Riau; Internasional; Citizen. "Menelisik Perkembangan Silat Pangean, Tradisi Idul Fitri Di Riau". riau.antaranews.com. Diakses tanggal 2020-06-06.