Perenialisme pendidikan

Pereanialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu.[1] Pareanialisme merupakan salah satu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20 dan sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan kaum progresif. [1]

Pereanlisme menentang pandangan progressivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum parenalis adalah dengan jalan mundur ke belakang, denga menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan. [1]

Menurut pereanlisme, pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Parenalisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.[1]

Tokoh-tokoh

Teori atau konsep pendidikan perenalisme dilatarbelakangi oleh filsafat-filsafat plato sebagai Bapak Idealisme Klasik, filsafat Aristoteles sebagai Bapak Realisme Klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran Gereja Katolik yang tumbuh pada zamannya. [2]

Plato

Plato merupakan salah seorang filsuf yunani yang hidup pada zaman filsafat sopisme. Menurut Plato, tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar terhadap asas normatif dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan. menurut Plato, masyarakat yang ideal adalah masyarakat adil sejahtera. Manusia yang terbaik adalah manusia yang hidup atas dasar prinsip ide mutlak, yaitu suatu prinsip mutlak yang menjadi sumber realitas semesta dan hakikat kebenaran abadi yang transendental yang membimbing manusia untuk menemukan kriteria moral, politik, dan sosial serta keadilan Ide mutlak adalah Tuhan. [1]

Aristoteles

Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Hasil pemikirannya disebut filsafat realisme. Ia mengajarkan cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih dekat pada alam kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat mencapainya. Ia menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral. Aristoteles juga menganggap kebahagiaan sebagai tujuan dari pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat, totalitas. Aspek-aspek jasmaniah, emosi, dan intelek sama dikembangkan, walaupun ia mengakui bahwa kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikir. [1]

Thomas Aquinas

Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata. [1]

Teori belajar

Menurut kaum perenialisme, teori dasar dalam belajar adalah sebagai berikut;

  • Mental disiplin, menurut kaum parenialisme, latihan dan pembinaan berpikir (mental discipline) merupakan salah satu kewajiban dan keutamaan dalam proses belajar.
  • Rasionalitas dan asas Kemerdekaan, makna rasionalitas dan asas kemerdekaan adalah otoritas berpikir harus disempurnakan dan menjadikan manusia untuk menjadi dirinya sendiri.
  • Belajar untuk berfikir, para kaum parenalisme meyakini bahwa dengan adanya asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan anak.
  • Belajar sebagai persiapan hidup, belajar sebagai persiapan hidup adalah tiap-tiap proses belajar harus menuju terhadap kesempurnaan hidup, baik duniawi maupun surgawi
  • Belajar melalui pengajaran, belajar melalui pengajaran bertujuan agar siswa dapat ke tahap selanjutnya yaitu learning by discovery. Menurut kaum parenialisme, seorang guru harus mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa, serta melakukan moral authority atas murid-muridnya. [1]

Peran pendidik dan peserta didik menurut parenialisme

Menurut kaum perenialisme, peserta didik merupakan mahluk rasional sehingga pendidik memiliki posisi yang dominan dalam kegiatan pembelajaran dikelas, serta membimbing jalnnya pembelajaran atau diskusi yang membuat mudah peserta didik. Peserta didik juga dianggap mereka sudah memiliki potensi yang harus diarahkan sehingga peserta didik dapat menyimpulkan kebeneran-kebenaran secara tepat. [3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h Kristiawan, Muhammad (2016). Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours. Jogjakarta: Valia Pustaka Jogjakarta. hlm. 25. ISBN 978-602-71540-8-7. 
  2. ^ Pelu, Musa (233). "Lintasan sejarah filsafat pendidikan perenialisme dan aktualisasinya". Agastya. 1 (2): 239. 
  3. ^ Arfan Mu'ammar, Muhammad (2014). "Perenialisme pendidikan (analisis konsep filsafat perenial dan aplikasinya dalam pendidikan Islam". Nur El-Islam. 1 (2): 20.