Amelia adalah judul novel yang ditulis oleh seorang novelis asal Inggris, yaitu Henry Fielding. Amelia dipublikasikan pada tahun 1751 dan menjadi novel terakhir yang ditulis oleh Henry Fielding. Pada saat pertama kali terbit, novel Amelia ini mencetak 5000 eksemplar. Novel ini menceritakan tentang kehidupan pasca menikah antara Amelia dan Kapten William Both. Amelia merupakan salah satu novel beraliran sastra klasik yang bertemakan perkawinan dan kecerdasan feminis. Namun, dalam novel ini sikap penulis mengenai isu gender tidak begitu terlihat jelas karena kurangnya pembahasan penulis dalam novel mengenai persoalan gender.[1]

Halaman judul novel Amelia

Latar belakang

 
Henry Fielding

Novel Amelia mulai ditulis oleh Henry Fielding pada tahun 1749. Ia mendapat inspirasi tokoh dari pengalaman hidupnya. Karakter utama dari novel Amelia terinspirasi dari istri pertama Henry Fielding yang meninggal pada November 1744, yaitu Charlotte. Sementara itu, tokoh lelaki yang bernama Kapten Booth mewakili Henry Fielding sendiri.[2] Amelia dipromosikan oleh Andrew Milliar pada 2 Desember 1751 di The General Advertiser. Amelia dicetak sejumlah 5000 eskemplar dan dalam proses pencetakan, novel tersebut sempat mengalami kendala. Kendala yang dihadapi adalah pemilik percetakan sulit untuk memenuhi permintaan. Demi dapat memenuhi permintaan pasar, novel sebanyak 5000 eksemplar tersebut dicetak dengan menggunakan dua mesin cetak milik William Strahan.[2]

Novel Amelia diterjemahkan dalam bahasa Jerman dan memiliki dua terjemahan dalam bahasa tersebut yang diterbitkan pada 1752. Novel Amelia juga diterjemahkan dalam bahasa Belanda yang diterbitkan pada 1756 dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis yang diterbitkan pada 1762. Pada saat yang bersamaan, novel Amelia keluar dalam edisi kedua. Dalam edisikedua, Arthur Murphy, editor Amelia mengungkapkan bahwa novel tersebut dicetak dari salinan yang telah dikoreksi oleh Fielding. Bagian-bagian novel yang kurang bagus telah dihapus sehingga yang dipublikasikan merupakan novel yang memiliki isi sempurna.[2]

Ringkasan

Amelia merupakan novel yang berlatar tempat di London selama tahun 1733. Novel tersebut menceritakan tentang kesulitan yang dialami oleh pasangan yang baru saja menikah. Tokoh Amelia diceritakan menikah dengan Kapten William Both, seorang perwira yang masih muda dan gagah. Akan tetapi, hal tersebut ternyata bertentangan dengan keinginan ibu Amelia. Saat itu pula, pasangan muda tersebut melarikan diri menuju London. Dalam edisi kedua, diceritakan bahwa Kapten William Both mengalami peristiwa dipenjara di Newgate. Selama dipenjara, William digoda oleh seorang wanita yang bernama Miss Matthews. Selama peristiwa dipenjaranya Kapten Wiliiam Both, ternyata ada suatu kejadian yang menyedihkan. Amelia mengalami kecelakaan kereta yang mengakibatkan hidungnya hancur. Kejadian tersebut menyebabkan munculnya lelucon yang mengatasnamakan Amelia dan Kapten William Both menentang lelucon tersebut.[2]

Selama William Both dipenjara, tidak hanya Both saja yang dirayu oleh seorang wanita. Akan tetapi, di luar sana Amelia juga mengalami hal yang sama. Amelia dirayu oleh beberapa pria dan ia menolak semua perhatian yang diberikan kepadanya oleh beberapa pria yang menggodanya. Amelia mengatakan bahwa ia tetap setia kepada Booth walaupun Booth sedang dipenjara. Amelia memaafkan Booth atas kesalahan dan pelanggaran yang dilakukannya, tetapi suatu saat William Booth dapat menarik mereka ke dalam kesulitan seperti saat William Booth memiliki hutang judi untuk membebaskan mereka dari kemiskinan yang menyelimuti mereka. Amelia menemukan sebuah fakta bahwa ia merupakan pewaris dari ibunya. Sejak saat itu, hutang-hutang diselesaikannya dan William Booth pada akhirnya dibebaskan dari penjara. Pada edisi kedua, novel Amelia mengalami beberapa perubahan teks. Ada bagian teks dalam novel yang dihapuskan, seperti beberapa bagian yang menceritakan perselisihan dengan dokter telah dihapuskan bersamaan dengan dialog dan pujian-pujian dari Glastonbury Waters. Edisi kedua juga banyak mengandung adegan baru. Dalam edisi kedua ada adegan saat seorang dokter mengoperasi hidung Amelia dan Booth berpendapat mengenai operasi yang dilakukan. Adegan tersebut dapat dilihat di Buku II Bab 1 saat Booth sedang berbicara dengan Miss Mathhews.[2]

Tema

Novel Amelia mengandung tema tentang Virgilian yang begitu kuat. Novel Amelia juga cenderung menceritakan mengenai kecerdasan seorang feminis. Walaupun novel Amelia dominan menceritakan mengenai pernikahan dan kehidupan setelahnya, novel tersebut juga telah memberikan tiga gambaran sejarah perempuan, yaitu Miss Mathews, Ny. Bennet, dan Ny. Atkinson. Kisah Ny. Atkinson merupakan kisah ketiga yang menggambarkan kecerdasan feminis. Menurut cerita yang ditulis oleh Fielding, Ny. Atkinson menerima suatu pemahaman tentang aliran klasik dari ayahnya. Fielding mengklaim bahwa Ny. Atkinson berbicara mengenai absurditas luar biasa untuk menyamaratakan perempuan dengan laki-laki. Namun, gagasan tersebut tidak diterima oleh Amelia. Dr. Harrinson juga ikut mengkritik Ny. Atkinson dan menyatakan bahwa wanita "tidak mampu belajar". Gagasan tersebut tertuang dalam buku X, bab I. Jill Campbell mengungkapkan bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh Ny. Atkinson dianggap sebagai kekuatan untuk "mengancam".[2]

Novel Amelia menghadirkan konflik dan pertikaian antara beberapa tokoh. DI novel diceritakan bahwa suami Ny. Atkinson, Sersan Atkinson yang mengambil peran untuk menyelesaikan pertikaian antartokoh novel tersebut. Pertikaian tersebut berhubungan erat dengan persoalan intelektual tokoh satu dengan tokoh yang lain. Status Ny. Atkinson di novel sebagai wanita berpendidikan tinggi dan sebagai seorang advokat bagi wanita-wanita lain untuk dapat dididik. Oleh karena itu, perannya dapat memicu ketegangan yang lebih serius antara dirinya dan suaminya. Pembahasan mengenai masalah peran gender di dalam novel tidak dikomentari oleh pengarang. Akan tetapi hal tersebut dikomentari oleh Anne Donnellan dan bertanya "haruskah kita mengira bahwa seorang wanita mengetahui sedikit tentang bahasa Yunani dan Latin, menjadi pemabuk dan prajurit?"[3]

Ulasan

Ada seorang yang menanggapi novel Amelia untuk pertama kali, yaitu John Cleland. Pada Desember 1751, dalam ulasannya di Monthly Review, Cleland menganggap bahwa karya tersebut sebagai pukulan paling berani yang belum pernah dicoba dalam kepenulisan. Fielding mengambil peran utama pada awal titik saat semua pendahulunya telah kehilangan tokoh sebagai modal mereka. Selain itu, ada ulasan novel yang tertulis pada Majalah London menyatakan bahwa di dalam novel Amelia terlalu banyak unsur anakronisme. Karya novel Amelia ini termasuk dalam karya pribadi. Pada saat itu, karya-karya pribadi para penulis di London menjadi sasaran "perang kertas" antara para penulis di London, salah satunya novel Amelia karya Henry Fielding.[4] Dalam artikel yang diterbitkan oleh Jurnal Covent-Garden pada 11 Januari 1752, Fielding memberikan tanggapannya dengan cepat dalam sebuah artikel. Fielding menyatakan bahwa seorang ahli bedah terkenal yang menyembuhkan Amelia Booth dari kecelakaan yang menyebabkan hidungnya terluka sedemikian rupa sehingga dia memiliki bekas luka yang masih membekas. Dalam hal tersebut, pengarang melupakan hal penting untuk memberitahukan kepada pembacanya mengenai tindakan orang yang ingin memfitnah dan melaporkan bahwa Amelia Booth tidak memiliki hidung karena kecelakaan yang menimpanya. Selain itu, ada seorang yang menulis satire tentang Amelia di Jurnal Drury-Lane, yaitu Bonnell Thornton. Satire yang ditulis oleh Thornton dipublikasikan dalam Jurnal Drury-Lane untuk pertama kalinya pada 16 Januari 1752. Tobias Smolle juga ikut serta untuk menanggapi terbitnya novel Amelia. Smollet membuat pamflet secara anonim pada 15 Januari 1752. Pamflet tersebut dibuat untuk memuji novel yang ditulis oleh Fielding. Seorang penulis asal Inggris yang menjadi musuh Fielding, yaitu Samuel Richardson memberi pernyataan bahwa novel yang ditulis oleh Fielding tersebut telah mati dan telah diterbtikan 40 tahun silam. Saat memberi pernyataan tersebut, Richardson mengaku bahwa dirinya belum pernah membaca novel Amelia. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian ada seseorang yang berpendapat bahwa Amelia merupakan kelanjutan dari Tom Jones. Seseorang tersebut adalah Walter Scott, seorang novelis sejarah dan sejarawan. Dalam beberapa tahun terakhir, para kritikus novel telah memeriksa ulang aspek-aspek yang terdapat dalam novel yang sebelumnya diabaikan, seperti gambar-gambar Virgilian dalam novel Amelia. Seorang kritikus bernama Ronald Paulson menyatakan bahwa dalam novel Amelia, penulis ingin menunjukkan alur cerita mengenai perkawinan dan menghubungkannya dengan masalah-masalah publik yang ada pada masyarakat dan bangsa terbelakang.[5]

Referensi

  1. ^ Fielding, Henry, 1707-1754. (1984, ©1983). Amelia. Battestin, Martin C. (edisi ke-1st American ed). Middletown, Conn.: Wesleyan University Press. ISBN 0-8195-5084-1. OCLC 10072608. 
  2. ^ a b c d e f The Cambridge companion to Henry Fielding. Rawson, Claude Julien. Cambridge: Cambridge University Press. 2007. ISBN 978-0-521-85451-1. OCLC 73954907. 
  3. ^ Campbell, Jill, 1958- (1995). Natural masques : gender and identity in Fielding's plays and novels. Stanford, Calif.: Stanford University Press. ISBN 0-8047-2391-5. OCLC 30915861. 
  4. ^ Battestin, Martin C. (1989). Henry Fielding : a life. Battestin, Ruthe R. London: Routledge. ISBN 0-415-01438-7. OCLC 20490252. 
  5. ^ Paulson, Ronald. (2000). The life of Henry Fielding : a critical biography. Malden, Mass.: Blackwell. ISBN 0-631-19146-1. OCLC 42072268.