Tjut Nyak Deviana Daudsjah

Revisi sejak 15 Juni 2020 20.29 oleh Milla Donna (bicara | kontrib) (Menggunakan bingkai)

Tjut Nyak Deviana Daudsjah adalah seorang Musisi dan Professor Musik yang berdarah Aceh dan Minahasa dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Februari 1958. Mengenyam pendidikan tinggi musik di Musikhochschule (Perguruan Tinggi Musik) Freiburg, Jerman pada tahun 1977, jurusan Piano Klasik dan Komposisi, 1990 Vocal Jazz dan Strata 3 pendidikan Musik, pada tahun 1999 di Swiss.

Tjut Nyak Deviana Daudsjah merupakan rektor sebuah perguruan tinggi Musik International Music College (Jazz & Rockschulen Freiburg) di Jerman dari tahun 1990 hingga 1995. Salah satu proyek terbesarnya adalah, menyusun kurikulum pendidikan tinggi Musik yang mana diakui dan diakreditasi oleh pemerintah Federal Jerman.

Ia mewakili Jerman dalam berbagai konferensi di berbagai Negara di Eropa dalam rangka pendirian Music School Network Uni Eropa. Pada tahun 1994 ia mewakili Jerman dalam menghadiri International Association of Schools of Jazz Conference, Concerts & Workshops di New York.

Selama di Eropa, Deviana meraih beberapa penghargaan, di antara lain 5 kali juara 1 Jazz & Soul Ensemble di Jerman, dua kali juara 1 vocalist di ajang lomba Nasional Swiss, Pianis terbaik Swiss, pendidik Musik terbaik Jerman dan juara 1 untuk the best Jazz & RnB Trio. Pada tahun 1983 Deviana ditawari rekaman album oleh perusahaan rekaman dunia BMG Ariola dan Polygram, tetapi ia menolak oleh karena tidak ingin terikat pada kontrak selama 7 tahun.

Selain aktif sebagai Pianis, Komposer, Vokalis dan Rektor, Deviana juga aktif sebagai “free lance” Music Director, komposer dan Actress antara tahun 1990 dan 1998 di beberapa Produksi Drama Musikal di Teater Nasional Basel-Swiss, diantara lain “Little Shop of Horrors” karya Howard Ashman & Alan Menken, “My God, My God, What Have You Done Lately” drama compilation karya Woody Allen dan “Battle of The Negros and The Dogs” dari Novelnya Bernard-Marie Koltes.

Sebagai Professor, Deviana juga mengajar beberapa mata kuliah seperti Ear Training, Choir, Piano, Vokal dan Ensemble di Musik Akademie Basel, Swiss dari tahun 1990 sampai tahun 1998.

Pada tahun 1992 Deviana dianugerahi penghargaan sebagai Hervorragende Paedagogin (Pendidik yang luar biasa dalam bahasa Jerman) dan “Outstanding Pianist” oleh Walikota Freiburg, Jerman. Dan menerima penghargaan sebagai Pianis terbaik di Zuerich, Swiss.

Deviana juga tampil Solo sebagai Classical Concert Pianist di berbagai ajang seperti Teater Nasional Basel Swiss, bersama Quartet Women In Jazz dengan Sylvie Guenthert-Kontrabass, Doris Hermann-Altosax dan Beatrice Graf-Drums, di berbagai International Jazz Festival seperti Grand Lancy International Festival Geneva, Blues to Bop Lugano, dan Deviana Trio bersama Karoline Hoefler-Kontrabass dan Beatrice Graf-Drums, diantara lain di Montreux Jazz Festival dan masih banyak lagi.

Walaupun sebagai Rektor Pendidikan Musik di Jerman telah meluluskan sekian banyak Mahasiswa mancanegara dan hidup mapan di Swiss, Deviana memutuskan untuk pulang ke Indonesia pada tahun 2000 karena keprihatinannya terhadap pendidikan Musik di Indonesia dan mendirikan Institut Musik Daya Indonesia pada tahun 2001 yang kemudian diubah namanya menjadi DAYA Indonesia Performing Arts Academy, oleh karena tambahan jurusan, yaitu Tari dan Drama.

Berbagai acara telah diselenggarakan oleh Deviana dan Tim (para Mahasiswa DAYA) di antara lain, Annual Indonesia Open Jazz Festival, sejumlah Drama Musikal seperti Malin Kundang yang pertama, di Gedung Kesenian Jakarta dan Musikal-musikal lain dengan tema cerita legenda Nusantara, seperti Legenda Sungai Landak, Batu Badaong, Fatmawati, Legenda Komodo, Lenong Rumpi dan masih banyak lagi.

Pada tahun 2002 Deviana mendirikan DAYA bigband yang telah pentas di berbagai acara, di antara lain, Istana Negara dan Museum Nasional. DAYA Bigband kemudian berkembang jadi DAYA Orchestra.

Pada tahun 2005 Deviana dianugerahi Citra Kartini Award yang diberikan oleh Menteri Pemberdayaan Wanita untuk kontribusinya dalam pendidikan Musik di Indonesia.

Pada tahun 2007 Deviana diangkat oleh Direktur Jenderal PAUDNi Kementerian dan Kebudayaan menjadi Ketua Konsorsium Musik Nasional dalam rangka perancangan Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional untuk Profesi Musik.

Beberapa anggota Konsorsium Musik dengan Deviana sebagai ketua, menyusun Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Musik dengan difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada tahun 2009 bersama tokoh-tokoh ternama ia mendirikan Asosiasi Pendidik dan Praktisi Seni Pertunjukan Indonesia (PRASASTI) dan Lembaga Sertifikasi Kompetensi Musik yang diakui oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan. Kemudian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Musik disusun setara Strata 1, sebagai Kurikulum yang digunakan untuk Sertifikasi Kompetensi Musik (LSK Musik) untuk seluruh Indonesia.

Pada tahun 2010, Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Musik yang telah dirancang oleh Deviana dan anggota Konsorsium Musik, disahkan serta ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Musik resmi diakui sebagai Profesi oleh pemerintah Indonesia.

Pada tahun 2013 Deviana bekerja sama dengan Cornelia Agatha pada pagelaran Korla Urban Species, sebuah Drama oleh Cornelia Agatha, naskah Tommy Awuy, yang dipentas di Atrium Sampoerna Strategic Square pada tanggal 21 April.

Pada tahun yang sama Deviana juga mengeluarkan album Solo Piano, yaitu Tales of Indonesia dengan berbagai lagu daerah, Tales of Indonesia II dengan lagu anak-anak serta Symphonic Tales of Indonesia dengan lagu daerah yang diproduksi di Ludwigsburg, Jerman bersama Orchester der Kulturen yang terdiri dari Musisi mancanegara, pimpinan Adrian Werum yang merupakan teman baiknya Deviana. Dan melakukan Reunion Concert Tour dengan format Deviana Trio bersama Karoline Hoefler-Kontrabass dan Beatrice Graf-Drums di Swiss dan Jerman, tepatnya di Thalwil-Zuerich, Stuttgart, Freiburg dan Loerrach.

Pada tahun 2014, Deviana bersama rekan Dosen, yaitu Dian Nathalina, S.T., M.Mus.The., diundang oleh Kementerian Kesehatan untuk menulis buku Terapi Musik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan pengaruh suara pada janin dalam kandungan ibu. Disamping itu ia menyelenggarakan International Jazz Festival “Torang Pe Jazz by The Sea” pada bulan Mei di kota Manado, Sulawesi Utara.

Pada tahun 2016, disamping berbagai kegiatan mengajar, aransemen dan orkestrasi, Deviana Quartet yang terdiri dari Indra Bayu Rusady-Kontrabass, Wahyu Prastya-Drums dan Suhandi Kosasih-Percussions tampil di Sydney Conservatory of Music NSW Australia dan memfasilitasi berbagai workshops, atas undangan Beverly Hills School dan Indonesian Community Council NSW. Dan mengadakan pelatihan “Creative Music Teaching” untuk sejumlah guru-guru Musik di Sydney, Australia.

Suhandi Kosasih merupakan sahabatnya Deviana sejak jaman kuliah di Jerman dan rekan Musisi yang bersama Deviana meraih 5 kali juara 1 Jazz & Soul Group di Jerman, yang kemudian pindah ke Australia pada tahun 1988 dan bermukim disana. Ia juga merupakan wakil ketua Indonesian Community Council NSW.

Deviana dianugerahi penghargaan “Perempuan Tangguh” oleh Lensa Indonesia.

Antara tahun 2015-2018 Deviana sering diundang untuk memberikan Music Workshops dan Concerts di The Piano Man Jazz Club New Delhi India, milik kawannya, Arjun Sagar Gupta, dan diantara berbagai kesibukan, ia juga sempat memfasilitasi Workshops mengenai Musik Gereja di beberapa Gereja, diantara lain Gereja Bethel Indonesia di Jakarta dan Gereja Bandung.

Kemudian Deviana memutuskan untuk mengambil kuliah jurusan Teologi dengan konsentrasi Sejarah Musik Gereja dan pada November 2018 ia lulus dengan predikat Cum Laude di Sekolah Tinggi Teologi Sunergeo dan meraih gelar Magister Teologi dengan Thesis “ Evolusi Musik Gerejawi dari Abad ke 40 Sebelum Masehi Hingga Abad ke 21 Setelah Masehi dan Kontribusinya Bagi Perkembangan Musik Masa Kini“.

Kemudian ia melanjutkan kuliahnya ke Strata 3 dengan konsentrasi Kurikulum Musik Gereja, Liturgi Katolik dan Evangelium untuk Indonesia.

Rancangan Undang Undang Permusikan menuai protes oleh para Musisi Indonesia pada awal 2019.

Deviana kemudian diundang oleh Badan Perancangan Undang Undang Dewan Perwakilan Rakyat untuk membantu dalam merevisi RUU tersebut sebagai pakar Akademisi Musik yang mana akhirnya RUU tersebut ditunda.

Disamping memimpin dan mengajar di kampus DAYA, Deviana juga aktif dalam menulis komposisi dan aransemen Musik Orchestra serta Musik Pop diantara lain String Orchestra untuk Singlenya Ariel Tatum dan memproduksi Drama Musikal “Legenda Penculikan Dewi Shinta” di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Dan pada bulan Oktober 2019, bersama Forum Alumni Jerman dan Forum Alumni Nusantara, ia mengadakan pementasan konser “Indonesia Keren” dengan menampilkan Mahasiswa DAYA, Nona Ria, Tompi dan Glenn dan dibuka oleh Ibu Puti Guntur Soekarno.

Diawal Maret 2020, perkuliahan di kampus DAYA mulai dilaksanakan secara online akibat Pandemik Corona yang mewabah di seluruh dunia.

Deviana merupakan sosok dibalik sejumlah Musisi dan pemain Sandiwara ternama di Indonesia.

DAYA Indonesia Performing Arts Academy

Merupakan sebuah Perguruan Tinggi Seni Pertunjukan dengan Kurikulum Jerman yang dirancang oleh Deviana semasa ia masih menjabat sebagai Rektor di Jerman.

Referensi

https://www.jrs.org/

https://www.jazzcampus.com/de/home.html

https://www.whiteboardjournal.com/ideas/music/mengurai-semrawut-pendidikan-musik-kita-bersama-tjut-nyak-deviana-daudsjah/

https://www.badische-zeitung.de/erfrischend-abwechslungsreiches-saisonfinale-mit-deviana-daudsjah--73021846.html

https://lbb.in/delhi/Giants-of-Jazz-Delhi-82934a

https://www.thejakartapost.com/news/2014/05/12/tjut-nyak-deviana-daudsjah.html

 

https://www.lensaindonesia.com/2015/04/30/ini-dia-10-perempuan-tangguh-indonesia-2015-versi-lensaindonesia-com.html

https://en.tempo.co/read/477274/deviana-daudsjah-tales-of-indonesia

https://talesfromthejazzside.com/podcast/episode-02-tjut-nyak-deviana-daudsjah/

https://christiane-schwarze.de/eva-batt.html

https://www.delhievents.com/2017/05/music-prof-tjut-nyak-deviana-feat-sava.html

http://www.aiaa.org.au/old-website/newsletter/news19/kelilingkeliling.html

https://www.yumpu.com/de/document/view/23639666/deviana-daudsjah-trio-christine-vallin-jazzclub-thalwil

https://www.jazzclub-heidelberg.de/wp-content/uploads/archiv/programm_lars_binder.html

https://intern.jazzclubthalwil.ch/_old/konzertseite.php?id=267

http://www.renatafriederich.com/projekte/Kurzbios_Favorite_Times.pdf

https://www.verlagshaus-jaumann.de/inhalt.loerrach-mit-beilaeufiger-eleganz.66b776e6-b1aa-4293-85ba-2264e9fc68bf.html

https://www.badische-zeitung.de/montag-jazz-und-mehr-fernost-trifft-jazz--72655415.html

https://www.badische-zeitung.de/freiburg/fotos-gala-der-jazz-und-rockschulen--22922203.html?id=22922145

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190207104648-227-367076/profesor-musik-sebut-95-persen-ruu-permusikan-harus-direvisi

https://www.youtube.com/channel/UC91J17V0jVdonDJh3ziLuOQ?view_as=subscriber


Pranala luar