Bioindikator

hewan atau tumbuhan yang digunakan sebagai pengukur kualitas pencemaran suatu lingkungan
Revisi sejak 17 Juni 2020 06.43 oleh DavidLeonardo5322 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Sungai adalah salah satu badan air dan merupakan kekayaan air, bentuk dari sebuah ekosistem aquatic yang memiliki daya guna sebagai penyimpan air akan tetapi sungai ju...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sungai adalah salah satu badan air dan merupakan kekayaan air, bentuk dari sebuah ekosistem aquatic yang memiliki daya guna sebagai penyimpan air akan tetapi sungai juga berpotensi tempat yang praktis untuk pembuangan limbah, baik padat maupun cair yang menyebabkan sungai tercemar baik secara kimia, fisik dan biologi dan  berdampak pada penurunan kualitas air (Syahza, Suwondo, Bahruddin, & Darmadi, 2017).

Bioindikator adalah petunjuk logis baik hewan maupun tumbuhan yang menunjukkan kondisi sebuah lingkungan berdasarkan jumlah organisme yang ditemukan.  sedangkan Biomonitoring adalah perhitungan analisis air dengan cara biologis. Menurut Roziaty, kusumadani dan aryani (2017) berikut adalah organisme makrointebrata berdasarkan tingkat kerusakan kualitas air :

1.Tidak tercemar : Trichoptera (Seriscosmatidae, Lepidosmatidae, Glossosomatidae); Planaria.

2.Tercemar ringan : Plecoptera (Perlidae, Peleodidae); Ephemeroptera (Leptophlebiidae, Pseudocleon, Ecdyonuridae, Caebidae); Trichoptera (Hydropschydae, Psychomyidae); Odonanta (Gomphidae, Plarycnematidae, Agriidae, Aeshnidae); Coleoptera (Elminthidae).

3.Tercemar sedang : Mollusca (Pulmonata, Bivalvia); Crustacea (Gammaridae); Odonanta (Libellulidae, Cordulidae)

4.Tercemar: Hirudinea (Glossiphonidae, Hirudidae); Hemiptera.

5.Tercemar agak berat : Oligochaeta (ubificidae); Diptera (Chironomus thummi-plumosus); Syrphidae.

6. Sangat Tercemar: Tidak terdapat makrozoobentos. Besar kemungkinan di jumpai lapisan bakteri yang sangat toleran terhadap bakteri yang sangat toleran terhadap limbah organik (Sphaerotilus) (Roziaty, Kusumadani, & Aryani, 2017)

Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera (EPT) merupakan kelompok organisme yang sering digunakan untuk melihat kualitas air jumlah EPT dapat menjadi peringatan bagi masyarakat untuk melihat kualitas air. Peningkatan tingginya keberadaan organisme ini disebuah perairan akan menjadi syarat akan kebersihan perairan. Dan sebaliknya jika organisme ini disebuah perairan rendah maka hal ini menunjukkan bahwa sungai memiliki kecenderungan tercemar (Diantari, Ahyadi, Rohyani, & Suana, 2017)


Makroinvertebrata adalah organisme yang dapat dijadikan sebagai biomonitoring yang dapat melihat  kualitas sungai dan kemudiandianalisis menggunakan metode Family Biotic Index (FBI). FBI adalah penghitungan indeks kualitas air dengan rumus:

Keterangan:

FBI     = nilai indeks makroinvertebrata bentik

I          =  urutan kelompok familia yang menyusunkomunitas makro-invertebrata

xi         =  jumlah individu kelompok famili ke-I

ti          =  tingkat toleransi kelompok famili ke-i N = jumlah seluruh individu yang menyusun komunitas makroinvertebrata.

Tabel interpretasi FBI untuk melihat kualitas air

Famili Biotik Indeks Kualitas air Tingkat Pencemaran
0.00 – 3,75 Sangat baik Tidak terpolusi bahan Organik
3,76 – 4,25 Baik sekali Sedikit terpolusi bahanOrganik
4,26 – 5,00 Baik Terpolusi beberapa bahan organik
5,01 – 5,75 Cukup Terpolusi agak banyak
5,76 – 6,50 Agak buruk Terpolusi banyak
6,51 – 7,25 Buruk Terpolusi sangat banyak
7,26 – 10,00 Buruk sekali Terpolusi berat bahan organik

(Dwitawati, Sulistyarsi, & Widiyanto, 2015)


Daftar Pustaka

Diantari, N. P., Ahyadi, H., Rohyani, I. S., & Suana, I. W. ( 2017). Keanekaragaman Serangga Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Sungai Jangkok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Entomologi Indonesia , 135–142 .

Dwitawati, D. A., Sulistyarsi, A., & Widiyanto, J. (2015). Biomonitoring Kualitas Air Sungai Gandong Dengan Bioindikator Makroinvertebrata Sebagai Bahan Petunjuk Praktikum Pada Pokok Bahasa Pencemaran Lingkungan SMP Kelas VII. Jurnal Florea, 41-46.

Roziaty, E., Kusumadani, A. I., & Aryani, I. (2017). Biologi Lingkungan . Surakarta: Muhammadiyah University Press .

Syahza, A., Suwondo, Bahruddin, & Darmadi. (2017). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu Implementasi Pengendalian Kerusakan Daerah Tangkapan Air Sebagai Upaya Pengendalian dan Pengolaan. Pekanbaru: Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyrakat .