Museum Kayu Wanagama

museum di Indonesia
Revisi sejak 21 Juni 2020 13.24 oleh Anggoro Sholikin (bicara | kontrib) (membuat halaman baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Museum Kayu Wanagama adalah museum khusus yang berdiri atas kolaborasi pemikiran antara dosen Universitas Gadjah Mada, yaitu Oemi Hani’in Soeseno dan Etty Suliantoro Sulaiman yang bekerja sama dengan Perum Perhutani. Gagasan ini muncul setelah mereka menghadiri pameran Museum Antropologis di Perancis dan pendirian Jati Centre di Cepu. Pembangunan museum dimulai pada tahun 1995 di kawasan hutan pendidikan Wanagama. Bahan baku bangunan museum berasal dari dua buah rumah kayu buatan tahun 1880 yang disumbangkan oleh Perum Perhutani. Bahan ini diubah menjadi satu bangunan berbentuk rumah panggung. Peresmian Museum Kayu Wanagama dilakukan pada tanggal 8 Agustus 1998 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Muslimin Nasution. Koleksi unggulan dari Museum Kayu Wanagama adalah arca Gupolo yang terbuat dari kayu yang telah berusia 50 tahun.[1]

Sejarah

Pendirian museum kayu Wanagama dirintis oleh para pimpinan Universitas Gadjah Mada dan Perhutani. Pendirian museum ini juga menjadi awal keberadaan Hutan Wanagama. Pembangunan Museum Kayu Wanagama dilakukan pada tahun 1995. Tujuan pembangunannya adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang berbagai jenis kayu dan pemanfaatannya.[2] Museum ini diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1998 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Menteri Kehutanan Repbulik Indonesia, Muslimin Nasution.[3] Museum Kayu Wanagama berada di Jalan Jogja – Wonosari kilometer 30. Lokasi ini berada di dalam kawasan Hutan Wisata Wanagama, Desa Bunder, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum ini dapat dicapai dari arah Kota Yogyakarta yang menuju ke Hutan Wanagama.[4]

Desain

Bentuk bangunan dari Museum Kayu Wanagama adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu.[2] Bahan baku bangunan museum berupa dua buah rumah kayu buatan tahun 1880 sumbangan dari Perum Perhutani yang dirombak menjadi satu bangunan dalam bentuk rumah panggung. Bahan material berbeda-beda pada tiap konstruksi bangunan. Bahan bangunan yang digunakan pada tanah hingga lantai terbuat dari beton. Bahan bangunan untuk lantai dan dinding adalah kayu. Bahan bangunan untuk atap dari genteng adalah tanah. Museum Kayu Wanagama juga menyediakan fasilitas pendukung yaitu rumah makan, pasar seni, tanaman hutan, pertamanan percobaan, area perkemahan, ruang kelas, asrama, dan gedung serba guna.[3]

Koleksi

Museum Kayu Wanagama mengoleksi berbagai macam perlengkapan rumah, seperti meja dan kursi yang terbuat dari beragam jenis kayu. Pada museum ini juga ditemukan barang- barang bersejarah dari berbagai daerah dan barang milik tokoh-tokoh penting di Indonesia. Koleksi tersebut seperti meja lurah dari Jepara, Arca Gupolo dari kayu sengon, meja dan kursi mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia yaitu Soedjarwo, fosil kayu jati yang berusia ratusan tahun, kayu jati dengan ukiran Jepara, dan berbagai jenis kerajinan berbahan kayu lainnya yang telah berusia ratusan tahun.[4]

Referensi

  1. ^ Rusmiyati; et al. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 28. ISBN 978-979-8250-67-5. 
  2. ^ a b "Menyatu dengan Alam di Museum Kayu Wanagama". JogjaSuper : Jasa Transportasi Dan Paket Wisata (dalam bahasa Inggris). 2018-11-26. Diakses tanggal 2020-06-21. 
  3. ^ a b Admin (01-04-2012). "Museum Kayu Wanagama". budaya.jogjaprov.go.id. Diakses tanggal 21-06-2020. 
  4. ^ a b danielkurniawan. "Museum Kayu Wanagama, Mempelajari Hasil Alam (pepohonan dan kayu) Indonesia". Wisata Yogyakarta. Diakses tanggal 2020-06-21.