Hwang Jini

Revisi sejak 22 Juni 2020 13.12 oleh Cun Cun (bicara | kontrib) (memperbaiki)

Hwang Jin-i (kadang ditulis Hwang Jin-yi), lahir di Gaeseong tahun 1506 - meninggal 1560, tanggal lahir dan kematian tidak diketahui, adalah seorang gisaeng dari Dinasti Joseon.[1] Sebenarnya tidak banyak fakta yang diketahui tentang dirinya, melainkan cerita tentang kehidupannya berkembang dari banyak anekdot dan legenda.[2]

Hwang Jini
Hangul
황진이
Hanja
黃眞伊
Alih AksaraHwang Jini
McCune–ReischauerHwang Chini
Nama Kisaeng
Hangul
명월
Hanja
明月
Alih AksaraMyeong-wol
McCune–ReischauerMyŏngwŏl

Kecantikan, kepandaian dan kebebasan Hwang Jin-i dianggap legendaris di Korea. Kehidupan personalnya telah diangkat dalam berbagai pentas seni tradisional, drama, film dan opera.

Kehidupan awal

Hwang Jin-i lahir di Kota Seongdo, Dinasti Joseon. Walaupun pada masa remajanya ia tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan berbakat seni, namun hidupnya termasuk tidak beruntung. Sedari kecil ia harus keluar rumah demi menjual bakat seninya. Tidak jelas kapan ia dilahirkan karena tidak ditemukan catatan, namun dipercaya ia merupakan putri tidak sah seorang bangsawan (yangban) dan seorang gisaeng yang cantik.[1]

Saat remaja ia kehilangan kekasih pertamanya karena meninggal. Dalam prosesi pemakaman, Jin-i meninggalkan blus miliknya di atas peti mati kekasihnya sebagai bentuk penyesalan dan kesedihan. Hal ini yang kemudian membuatnya ingin menjadi gisaeng.

Menjadi gisaeng

Setelah meninggalkan rumah, Hwang mendaftarkan diri ke sekolah yang membina gisaeng (gyobang). Di sana ia mengasah keterampilan bermain musik dan menulis puisi. Alat musik yang mahir ia mainkan adalah geomungo dan puisi yang ia tulis adalah genre sijo. Kepandaiannya membuatnya terkenal di seluruh negeri. Ia kemudian terdaftar sebagai hojang, sebuah pekerjaan semacam tokoh pengawas catatan tentang pekerjaan dan aktivitas umum. Setelah terdaftar sebagai gisaeng, ia bebas untuk berlatih. Selain itu ia juga menghibur dalam banyak pesta yang diselenggarakan kaum bangsawan dan istana Dinasti Joseon.[1] Dalam tugasnya sebagai penghibur, Myeongwol tidak berdandan atau mengenakan baju yang bagus.[1] Menurutnya kedua hal itu akan menghalangi kebebasannya dalam berekspresi.[1]

Hwang Jin-i menggunakan nama gisaeng Myeongwol yang berarti Purnama Terang. Para Gisaeng dilatih menjadi seorang penghibur yang mahir dalam bidang musik, tari, dan puisi. Gisaeng bukanlah pelacur, namun karena status mereka yang rendah, tidak jarang menjadi santapan dan sasaran empuk bangsawan kaya. Hwang Jin-i mendobrak semua kebiasaan itu dan menempatkannya sebagai seorang gisaeng yang bernilai lebih.[1]

Hwang Jin-i besar dalam periode kekacauan Dinasti Joseon. Pada saat kelahirannya, raja zalim bernama Yeonsan-gun baru saja dijatuhkan dan digantikan oleh Jungjong, saudara tirinya. Joseon pada saat itu sedang mengdaposi gaya hidup baru yang memungkinkan para gisaeng mendapat tempat untuk menmperlihatkan bakat seni mereka.

Sebagai gisaeng yang berkedudukan lebih bebas dari wanita biasa yang terkurung dalam rumah, Hwang Jin-i tercatat memiliki banyak hubungan dengan beberapa pria.[1] Namun, mengingat kecerdasan dan kebebasannya, hubungan mereka tidak bertahan lama. Hwang Jin-i pernah dekat dengan seorang literati bernama Seo Gyeong-deok. Seo Gyeong-deok menyukai Hwang Jin-i, bahkan menjulukinya "bunga mawar di antara duri, indah dipandang namun tidak bisa dipetik". Seo Gyeong-deok juga menjuluki Hwang Jin-i sebagai salah satu dari "Tiga Keajaiban Gaeseong", selain dirinya sendiri dan keindahan alam Air Terjun Bakyeon.[1] Hubungan mereka akhirnya kandas.

Akhir hidup

Tidak diketahui kapan Hwang Jin-i meninggal. Ia mensyaratkan agar jasadnya dimakamkan secara sederhana di pinggir sungai di kampung halamannya. Hal ini kemungkinan menunjukkan perlawanannya pada tradisi Konfusianis Joseon yang kolot.[1] Sebagai wanita penghibur dari kelas bawah, ia bebas untuk berekspresi dan bergaul dengan berbagai kelas.[1]

Alat musik dan sijo

Hwang Jin-i ahli memainkan geomungo serta menulis sijo. Geomungo merupakan alat musik petik yang dilengkapi 6 senar sutera. Pada abad ke-15 Joseon, seni menulis puisi sijo berkembang pesat. Sijo terdiri dari 3 baris dan seringkali bisa dinyanyikan bersama permainan alat musik.

Hwang Jin-i menulis puisi dengan indah sehingga menarik perhatian beberapa pria, seperti halnya sang guru Seo Gyeong-deok.[2] Hwang menulis sijo baik dalam aksara Tionghoa (hanmun) maupun hangeul. Hanya 6 sijo karya Hwang Jin-i yang hingga kini masih tersisa.[2]

Berasal dari kota Gaeseong, bekas ibukota Dinasti Goryeo di sebelah utara Hanyang, Hwang menuliskan sijo tentang keindahan daerah itu serta Istana Manwoldae (Istana Purnama) yang dahulu pernah terkenal.[1]

"girdled by mountain streams on both sides and protected by the Songaksan, the Mountain of the Pines"

Hasil karya

Dua buah karya sijo Hwang Jini yang paling dikenal:

"동짓달 기나긴 밤을.."
동짓달 기나긴 밤을 한 허리를 버혀 내어
춘풍 니불 아래 서리서리 넣었다가
어론님 오신 날 밤이어든 굽이굽이 펴리라
Oh that I might capture the essence of this deep midwinter night
And fold it softly into the waft of a spring-moon quilt,
Then fondly uncoil it the night my beloved returns.
"청산리 벽계수(靑山裏 碧溪水)야..."
청산리 벽계수(靑山裏 碧溪水)야 수이 감을 자랑 마라.
일도창해(一到滄海)하면 다시 오기 어려우니
명월(明月)이 만공산(滿空山)할 제 쉬어간들 어떠리.
Respectable Byuk Kye-Soo, do not boast of leaving so early.
When you venture out to the sea, it will be difficult to return.
The full bright moon above the empty mountain, how about staying here to rest.

Pranala luar

Referensi

Lihat pula