Raijin
Raijin adalah salah satu dewa tertua di antara semua dewa dalam agama Shinto. Menurut agama Shinto, banyak nama dewa yang mewakili kekuatan alam dan eksistensi yang berbeda, seperti halnya Raijin, dipercayai sebagai dewa petir, dewa guntur, cahaya, dan badai bagi kepercayaan orang-orang Jepang. Raijin memiliki nama lain yang meliputi kaminari-sama/ dewa gemuruh ( 雷 様 ), raiden sama/ dewa petir dan gemuruh (雷電 様), narukami sama/ dewa yang gemilang (鳴 る 神), dan yakusa no ikazuchi no kami/ dewa bencana dan badai (厄災 の 雷 の 神).[1]
Asal-usul
Raijin adalah keturunan langsung dari Izanagi (ayah) dan Izanami (ibu), dua dewa yang turun dari surga untuk menciptakan pulau-pulau di Jepang. Ia lahir dari mayat Izanami yang terbakar ketika sedang berada di yomi (dunia bawah yang penuh kegelapan dan kematian) tepat setelah selesainya penciptaan Negara Jepang. Ia memiliki saudara dari dewa-dewa penting Jepang lainnya, seperti Amaterasu dan Susanoo serta kakak dewa api yaitu Kagutsuchi.
Ia digambarkan pada banyak ilustrasi kesenian sebagai sosok yang besar dan berotot dengan wajah yang menyeramkan. Kadang-kadang ia memiliki tanduk, sementara di waktu lain ia hanya memiliki rambut panjang yang berdiri tegak. Selain itu, banyak juga ditemukan gambar Raijin menunjukkan tiga jari di masing-masing tangannya. Tiga jari tersebut masing-masing mewakili masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dia sering diwakili dengan ekspresi wajah yang memungkinkan untuk melepaskan semua kekejamannya, dia dipersenjatai dengan palu yang dia ketuk drum untuk menciptakan suara petir. Dia sering memiliki kulit merah, yang menyoroti karakter iblisnya.
Mitos
Menurut berbagai kebudayaan Jepang, Ia adalah salah satu dewa yang paling ditakuti, hingga hari ini, Raijin dikatakan terus menculik dan melahap anak-anak yang tidak menyembunyikan pusar mereka. Kisah ini berdasarkan dari asal-usul Raijin di Yomi di mana kelahirannya tidak wajar. Para penghuni Yomi sangat iri dan benci terhadap manusia yang lahir alami, yang pusarnya bisa berfungsi sebagai pengingat akan kelahiran Raijin di negeri orang mati.
Pada musim kemarau, para petani di Jepang memohon dan berdoa kepada Raijin agar dapat menurunkan hujan dan guntur. Dikatakan bahwa petir Raijin, ketika menghantam tanaman, akan menghasilkan hasil panen yang berlimpah sehingga sangat membantu petani untuk menyuburkan ladang-ladang mereka.
Raijin adalah bagian penting dari kehidupan dan budaya orang-orang Jepang. Selain dipandang sebagai oni atau iblis, mereka memandang Raijin sebagai roh yang baik. Raijin sering disandingkan dengan Fujin-dewa pengendali angin dalam seni tradisional Jepang. Mereka juga dianggap sebagai pelindung di banyak kuil dan tempat pemujaan. Beberapa penggambarannya yang paling terkenal adalah pada patung penjaga pintu gerbang di Kuil Sensoji Asakusa, Tokyo serta di bangunan Sanjusangen-do, sebuah kuil Buddha di Kyoto dan dianggap sebagai karya seni Jepang yang paling diminati.