Bagindo Dahlan Abdullah
H. Bagindo Dahlan Abdullah (15 Juni 1895 – 12 Mei 1950) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan diplomat Indonesia. Ia pernah diutus negara sebagai Duta Besar Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk Irak, Syria, dan Trans-Jordania.[1]
Bagindo Dahlan Abdullah | |
---|---|
Lahir | Pasia, Pariaman, Hindia Belanda | 15 Juni 1895
Meninggal | 12 Mei 1950 Baghdad, Irak | (umur 54)
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Universitas Leiden |
Pekerjaan | Diplomat |
Dikenal atas | - Pejuang kemerdekaan Indonesia - Duta Besar RIS untuk Irak, Syria, dan Trans-Jordania |
Suami/istri | Nafisah (cerai mati), Siti Akmar |
Anak | Arsad (Ajo Tanjuang), Bagindo Jamaluddin Abdullah, Sidhawati Abdullah, Gandasari A. Win, Surniati Salim, Bagindo Taufik Anwar Abdullah, Bagindo Abdul Malik Abdullah, Fatmah Zahra Asmar |
Orang tua | Abdullah (ayah) dan "Uniang" (ibu) |
Ia diangkat sebagai duta besar untuk ketiga negara tersebut oleh Presiden Soekarno pada tahun 1950, dan resmi bertugas sebagai duta besar pada tanggal 27 Maret 1950. Namun Bagindo menjabat duta besar dalam tempo yang amat singkat, kurang dari tiga bulan, karena ia meninggal dunia pada tanggal 12 Mei 1950 akibat serangan jantung yang menimpanya.[1]
Sesuai saran dan nasihat Haji Agus Salim, jenazah Bagindo Dahlan Abdullah kemudian dimakamkan di Baghdad, Irak, dengan upacara kebesaran di Masjid Syekh Abdul Qadir Jailani di kota tersebut. Saran dan nasihat Agus Salim itu bertujuan agar makam Bagindo akan dikenang lama dan menjadi simbol tali persahabatan antara Indonesia dan Irak.[1]
Referensi
- ^ a b c "H. Bgd. Dahlan Abdullah: Nasionalisme seorang Putra Pariaman" Goodreads. Diakses 10-6-2014.
Pranala luar
- "Nasionalis asal Pariaman: H Bgd. Dahlan Abdullah" Suryadi. Diakses 28-6-2014.
Jabatan diplomatik | ||
---|---|---|
Jabatan baru | Duta Besar Indonesia untuk Irak 1950 |
Diteruskan oleh: Tirtawinata |