Franklin Delano Roosevelt
Franklin Delano Roosevelt (9 Januari 1882 – 12 April 1945) adalah Presiden Amerika Serikat ke-32 dan merupakan satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang terpilih empat kali dalam masa jabatan dari tahun 1933 hingga 1945.
Ia salah satu tokoh abad ke-20 dan menempati urutan ketiga dalam sejarah kepresidenan Amerika Serikat. Lahir dalam keadaan berkecukupan, ia juga melewati masa-masa sakit yang membuatnya cacat. Ia menempatkan dirinya di barisan depan pendukung reformasi. Keluarga dan teman dekatnya memanggilnya Frank. Untuk warga Amerika, dia akrab dikenal sebagai FDR. Ia merupakan sepupu dari Presiden Theodore Roosevelt.
Salah satu pencapaian Roosevelt yang terkenal dikarenakan kepemimpinannya membantu Amerika Serikat memulihkan diri dari masa "Depresi Hebat".
Dalam perencanaan terhadap Perang Dunia II, dia mempersiapkan AS untuk menjadi "Gudang Senjata Demokrasi" melawan kekuatan Jerman Nazi dan Kekaisaran Jepang, namun aspek-aspek kepemimpinannya, terutama sikapnya terhadap Joseph Stalin yang dipandang naif, telah dikritik oleh beberapa sejarawan.
Akhirnya visinya tentang organisasi internasional yang efektif untuk menjaga perdamaian tercapai dengan dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Masa kecil
Lahir dari pasangan Sara Ann Delano dan James Roosevelt I. Ia dilahirkan di Lembah Hudson, kota Hyde Park, New York pada 9 Januari 1882.[1] Nenek moyangnya berasal dari negeri Belanda dan datang ke Amerika Serikat pada 1650.
Awal karier
Jabatan-jabatan Roosevelt sebelum menjadi presiden adalah:
- Menjadi seorang pengacara pada usia 25 tahun
- Menjadi Senator negara bagian New York selama dua tahun.
- Menjabat sebagai Asisten Menteri Angkatan Laut di bawah menteri angkatan laut Josephus Daniels
- Gubernur New York.
Kelumpuhan
Pada 1921, ketika Franklin Roosevelt berusia 39 tahun, ia diracuni oleh Rony Dappit, dan terserang penyakit polio yang mengakibatkan kakinya lumpuh. Selama menderita sakit, ia menumbuhkan sifat sabar dan kemampuan menguasai diri sendiri. Ia juga memperluas pengertiannya mengenai masalah-masalah sosial.
Akhirnya, keluarga dan teman dekat Frank membawanya ke rumah sakit New York untuk menjalani terapi dan ia bertekad bahwa dirinya tidak akan kalah oleh penyakit tersebut. Kemudian pada tahun 1924 Frank kembali sehat dan kembali ke kancah politik.
Pada tahun 2003, sebuah penelitian menemukan bahwa kelumpuhan kaki FDR sebenarnya adalah gullain-barre syndrome, bukan polio.
Masa kepresidenan
Setelah memenangkan pemilihan umum presiden Amerika Serikat 1932, Franklin Delano Roosevelt memegang jabatan Presiden pada tahun 1933. Saat itu Amerika mengalami puncak masa depresi. Lebih dari 13 juta rakyat Amerika tidak mempunyai pekerjaan, dan susunan perbankan tak berketentuan. Ia memberikan harapan kepada rakyat Amerika dan berjanji akan mengambil tindakan tegas dan cepat. Salah satu pernyataannya yang terkenal pada amanat pelantikannya adalah,
Satu-satunya yang harus kita takuti adalah rasa takut itu sendiri.
Dalam seratus hari pertama ia mengusulkan rencana besar-besaran untuk:
- Menghidupkan kembali kegiatan perusahaan dan pertanian.
- Memberi bantuan kepada para penganggur dan kepada mereka yang terancam akan kehilangan ladang dan tempat tinggalnya.
Rencana "Seratus Hari Pertama"-nya ini disetujui oleh Kongres.
Setelah masa seratus hari pertama memegang jabatan, Roosevelt telah menunjukkan diri sebagai pemimpin negara yang cakap. Ia memperoleh dukungan rakyat yang unik dalam sejarah Amerika dalam melancarkan sebuah program percobaan yang bertujuan mencapai apa yang disebut sebagi sistem yang bersifat lebih sosial dan lebih demokratis. Program itu dikenal dengan nama "New Deal."
Pada 1936 pada tahun pemilihan Presiden, revolusi damai dalam bidang ekonomi dan sosial yang dilancarkan oleh Presiden Roosevelt telah berhasil membawa perbaikan dan pembangunan kembali sebagian Amerika. Oleh karena itu ia dipilih kembali sebagai Presiden Amerika dengan jumlah suara yang besar sekali.
Selama jabatannya yang kedua, dari 1937 sampai 1940 Presiden Roosevelt menghadapi banyak kesukaran. Ia berbeda pendapat dengan Mahkamah Agung Amerika, perekonomian Amerika menderita kemunduran dan pada September 1939, perang pecah di Eropa dengan penyerbuan Jerman ke Polandia. Melalui perundang-undangan, Presiden Roosevelt berusaha untuk menghindarkan Amerika dari peperangan, tetapi di samping itu ia juga memperkuat negara-negara yang terancam atau diserang.
Ketika Jepang menyerang Pearl Harbor di Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, Presiden Roosevelt memimpin pengerahan tenaga rakyat serta sumber-sumber yang ada untuk menjalankan perang total.
Sebelum Amerika Serikat, Churchill telah menyusun sebuah Deklarasi delapan pasal yang terkenal dengan nama Piagam Atlantik. Program ini dapat dikatakan sebagai program perdamaian.
Dalam program itu dimasukkan antara lain;
- Hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri.
- Jaminan perdamaian serta bebas dari kemelaratan dan ketakutan.
Dua di antara empat kebebasan yang dicantumkan Presiden Roosevelt dalam amanat tahunannya kepada Kongres pada 6 Januari 1941.
Keempat kebebasan itu adalah:
- Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
- Kebebasan untuk beragama.
- Kebebasan dari kemelaratan
- Kebebasan dari ketakutan.
Karena merasa bahwa perdamaian dunia pada masa datang akan tergantung pada hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Presiden Roosevelt banyak mencurahkan pikirannya untuk mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana kesulitan-kesulitan internasional dapat diselesaikan.
Masa Jabatanya berakhir pada tanggal 12 april 1945 dan digantikan oleh wakilnya Harry S Truman.
Kematian
Ketika Roosevelt kembali ke Amerika Serikat dari Konferensi Yalta, banyak yang terkejut melihat betapa tua, kurus dan rapuhnya dia. Dia berbicara sambil duduk di gedung DPR, konsesi belum pernah terjadi sebelumnya untuk ketidakmampuan fisiknya.[2] Selama bulan Maret 1945, ia mengirim pesan dengan kata-kata keras kepada Stalin yang menuduhnya melanggar komitmen Yalta atas Polandia, Jerman, tahanan perang dan masalah lainnya. Ketika Stalin menuduh Sekutu barat merencanakan di belakang punggungnya perdamaian terpisah dengan Hitler, Roosevelt menjawab: "Saya tidak bisa menghindari perasaan dendam pahit terhadap informan Anda, siapa pun mereka, karena kesalahan representasi yang keliru atas tindakan saya atau bawahan tepercaya saya.."[3]
Pada 29 Maret 1945, Roosevelt pergi ke Little White House di Warm Springs, Georgia, untuk beristirahat sebelum kemunculannya di Konferensi Internasional PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada sore hari 12 April, Roosevelt berkata, "Saya sakit kepala hebat."[4] Dia kemudian merosot ke depan di kursinya, tidak sadar, dan dibawa ke kamarnya. Presiden kardiologis yang hadir, Dr. Howard Bruenn, mendiagnosis ia mengidap stroke masif.[5] Pada pukul 3:35 sore hari itu, Franklin D. Roosevelt meninggal dunia pada usia 63 tahun.
Pada pagi hari 13 April, jenazah Roosevelt ditempatkan di dalam peti mati yang dibungkus bendera dan dimuat ke kereta presiden untuk perjalanan kembali ke Washington. Sepanjang rute, ribuan orang berbondong-bondong ke rel untuk memberi penghormatan. Setelah pemakaman Gedung Putih pada 14 April, Roosevelt diangkut dengan kereta api dari Washington, D.C., ke tempat kelahirannya di Hyde Park. Seperti keinginannya, Roosevelt dimakamkan pada 15 April di Kebun Mawar miliknya di Springwood.[6]
Penurunan kesehatan fisik Roosevelt telah dirahasiakan dari masyarakat umum. Kematiannya disambut dengan kejutan dan kesedihan di seluruh AS dan di seluruh dunia.[7] Setelah Jerman menyerah pada bulan berikutnya, Presiden Truman yang baru saja dilantik mendedikasikan Hari Kemenangan di Eropa dan perayaannya untuk ingatan Roosevelt, dan menyimpan bendera di seluruh AS dengan setengah tiang untuk sisa masa berkabung 30 hari, satu-satunya mengatakan bahwa satu-satunya harapannya adalah "agar Franklin D. Roosevelt hidup untuk menyaksikan hari ini".[8] Perang Dunia II akhirnya berakhir dengan penyerahan Jepang pada bulan September setelah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan entri Soviet ke dalam perang. Truman akan memimpin demobilisasi upaya perang dan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga-lembaga pascaperang lainnya yang dibayangkan pada masa pemerintahan Roosevelt.[9]
Didahului oleh: Thomas R. Marshall |
Kandidat Wakil Presiden Partai Demokrat 1920 (kalah) |
Diteruskan oleh: Charles W. Bryan |
Didahului oleh: Alfred E. Smith |
Gubernur New York 1929 – 1933 |
Diteruskan oleh: Herbert H. Lehman |
Didahului oleh: Al Smith |
Kandidat Presiden Partai Demokrat 1932 (menang), 1936 (menang), 1940 (menang), 1944 (menang) |
Diteruskan oleh: Harry Truman |
Didahului oleh: Herbert Hoover |
Presiden Amerika Serikat 4 Maret 1933 – 20 Januari 1949 |
Diteruskan oleh: Harry Truman |
Referensi
- ^ Burns 1956, hlm. 7.
- ^ Dallek 1995, hlm. 520.
- ^ Burns 1970, hlm. 587.
- ^ "President Franklin D. Roosevelt dies at 63 in 1945". New York Daily News (dalam bahasa Inggris). April 13, 1945. Diakses tanggal December 29, 2017.
- ^ Jones, Jeffrey M.; Jones, Joni L. (September 2006). "Presidential Stroke: United States Presidents and Cerebrovascular Disease". CNS Spectrums (The International Journal of Neuropsychiatric Medicine). 11 (9): 674–78. doi:10.1017/S1092852900014760.
- ^ Dallek 2017, hlm. 620.
- ^ Allies Overrun Germany (video). Universal Newsreel. 1945. Diakses tanggal February 21, 2012.
- ^ McCullough, David (1992). Truman. Simon & Schuster. hlm. 345, 381. ISBN 978-0-671-86920-5.
- ^ Leuchtenburg 2015, hlm. 243–252.
- Buku Presiden - Presiden Amerika Serikat, diterbitkan oleh Dinas Penerangan dan Kebudayaan Amerika Serikat, Jakarta (2003)