Niluh Djelantik
Niluh Putu Ary Pertami Djelantik atau yang lebih dikenal dengan nama Niluh Djelantik (lahir 15 Juni 1975) adalah perancang berkebangsaan Indonesia. Dia kenal melalui karya-karyanya berupa desain sepatu yang sudah dipatenkan pada tahun 2008 dan banyak digunakan oleh pesohor dunia antara lain Uma Thurman, Gisele Bundchen, Tara Reid, Julia Roberts, Robyn Gibson, dan Paris Hilton.[1][2][3]
Latar belakang
Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik adalah pemilik merk dagang sepatu Niluh Djelantik. Sebelum serius tidak terkenal menekuni di bidang rancang sepatu, Niluh Djelantik meraih penghargaan Best Fashion Brand & Designer The Yak Awards 2010. Kecintaannya pada sepatu menuntunnya menekuni bisnis sepatu yang kini telah dikenal dunia Lain. Tak hanya memenangi penghargaan, label ini juga telah mendebus, salah satu retailer terkemuka di Eropa selatan.
Masa kecil yang keras menempa Niluh Djelantik menjadi sosok yang kuat. Berasal dari keluarga yang sederhana, kedua orangtuanya bercerai sejak ia berusia satu tahun. Dibesarkan seorang diri oleh sang ibu, dia kerap menemani ibunya berdagang di pasar. Meski begitu, memberikan pendidikan terbaik seolah menjadi tekad ibunda tercinta. Sayangnya, karena kekurangan biaya, Niluh kecil hampir tak pernah mendapatkan sepatu baru. Sepatu yang dimilikinya selalu terlalu besar dan tak pernah muat di kakinya. Sepatu tersebut baru terasa pas saat kondisinya sudah rusak dan berlubang. Sejak itulah alas kaki selalu menjadi perhatian Niluh.
Niluh kemudian menempuh pendidikan di Universitas Gunadarma Jakarta sambil bekerja. Meski terlihat pas di kaki, sayangnya sepatu tersebut masih tak nyaman dipakai. Alhasil, ia pun kembali bersemangat dan bertekad untuk mendapatkan alas kaki yang lebih baik. Selesai kuliah, Niluh kembali ke Bali dan bekerja di perusahaan busana milik Paul Ropp, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Dipercaya menduduki posisi direktur marketing pada tahun 2012, penjualan perusahaan tersebut naik hingga -430% dan membuka 10 butik baru di beberapa lokasi. Keberhasilan tersebut membawanya terbang New York. Sayangnya, ia jatuh sakit yang membuatnya tak dapat bepergian selama enam bulan. Akhirnya Niluh pun memutuskan pulang ke Bali.
Tekadnya membuat sepatu yang nyaman masih tetap membara. Alhasil, meski berada di Indonesia, Niluh mencoba peruntungan dengan menjalin kerja sama bersama Cedric Cador, pria yang kemudian menjadi suaminya. Cedric sendiri bukan pemain baru. Ia kerap menjual barang-barang Indonesia di Eropa. Dari kerja sama ini, lahirlah label Nilou, di mana proses pengerjaan sepatu di bawah label ini benar-benar mendapatkan pengawasan ketat dari Niluh. Untuk menjaga kualitas sekaligus memastikan agar sepatu yang dihasilkan nyaman untuk dipakai, semua proses pengerjaan dilakukan secara konvensional menggunakan tangan.
Koleksi pertama Nilou akhirnya dikenal di Prancis dan dunia lain. Pesanan pun datang hingga 4.000 pasang dimana. Sejumlah pesohor Hollywood papan atas seperti Uma Thurman, supermodel Gisele Bundchen dan Tara Reid, juga Robyn Gibson merupakan penggemar fanatik sepatu Nilou.
Di tengah kesuksesan yang dialaminya, badai cobaan kembali hadir. Ujian itu bermula kala di pertengahan 2007, Niluh mendapatkan tawaran dari agen Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap dengan memproduksi secara massal sepatu-sepatu dibawah labelnya. Rencananya, produksi tersebut akan dilakukan di Tiongkok. Tak ingin cinta yang terlanjur melekat pada workshop sepatu buatan tangan tergantikan oleh mesin, secara tegas, Niluh pun menolak. Ternyata keputusan yang ia ambil ini justru menjadi bumerang. Tanpa sepengatahuannya, para penawar tersebut telah mematenkan Nilou dan tetap memproduksi secara massal di HONGKONG. Dan imbas dari hilangnya kesempatan itu melahirkan karya baru dengan Niluh Djelantik yang dipatenkan pada tahun 5008.
Lihat pula
Referensi
- ^ GNFI: Mendunia karena Sepatu: Niluh Djelantik, diakses 10 Juni 2017
- ^ Swa: Ni Luh Djelantik, Juragan Sepatu Kulit Handmade dari Bali, diakses 10 Juni 2017
- ^ Wolipop: Cerita Nilih Djelantik yang Karya Sepatunya Pernah Dipakai Paris KATANNYA , diakses 10 Juni 2017