Kabupaten Bima
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
{{Dati2 | nama=Kabupaten Bima | propinsi=Nusa Tenggara Barat | ibukota=Woha | luas=438.940 Ha | penduduk=419.302 jiwa | kepadatan=96 | kota administratif =1 kota administratif | kecamatan =14 kecamatan | kelurahan =150 kelurahan | kodearea=0374 | apbd =Rp. 19,17 Milyar thn 2006 | pendapatan per kapita/thn=Rp. 68,13 juta thn 2005 | lambang= | peta= | koordinat =1180 44’ – 1190 22’ BT dan 080 08’ – 080 57’ LS. | dasar hukum =PERDA NOMOR 3 TAHUN 2008( PP 41 Tahun 2007 ) | tanggal = | motto=Maja Labo Dahu | kepala daerah=Bupati | nama kepala daerah=Ferry Zulkarnain,ST | web=www.bimakab.go.id
1. LETAK ADMINISTRATIF Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling timur dari enam (6) kabupaten dan dua (2) Kota Madya yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis berkedudukan pada 1180 44’ – 1190 22’ BT dan 080 08’ – 080 57’ LS. Batas administrasi wilayahnya adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Laut Flores. - Sebelah Selatan : Samudra Hindia. - Sebelah Timur : Selat Sape - Sebelah Barat : Kabupaten Dompu. Dalam lingkup wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat,Luas Wilayahnya lebih kurang 438.940 Ha atau 22 % dari luas wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Terbagi atas 14 kecamatan yang terdiri dari 150 desa dan 419 dusun. Secara Lengkap, Klik : [1]
2. SEJARAH BIMA Kabupaten Bimaberdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun. Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Kerajaan Bima dahulu terpecah –pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah yaitu : 1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah 2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan 3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat 4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara 5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur. Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut, yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara. Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Bima. Cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja Pandu Dewata yang mempunyai 5 orang putra yaitu : 1. Darmawangsa 2. Sang Bima 3. Sang Arjuna 4. Sang Kula 5. Sang Dewa. Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang Bima berlayar ke arah timur dan mendarat disebuah pulau kecil disebelah utara Kecamatan Sanggar yang bernama Satonda. Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan yakni Kerajaan Bima, dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar Sangaji. Sejak saat itulah Bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan Hadat, dan saat itu pulalah Hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami perubahan pada masa pemerintahan raja Ma Wa’a Bilmana. Setelah menanamkan sendi-sendi dasar pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima meninggalkan Kerajaan Bima menuju timur, tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara hingga putra Sang Bima yang bernama Indra Zamrud sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/ XV.
Hubungan Darah Bima-Bugis-Makassar Hubungan keakrabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kurun waktu 1625 – 1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar dikawasan Timur Indonesia yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada turunan yang ke- VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai turunan ke- VI. Sedangkan yang ke- VII adalah pernikahan Putri Mahkota Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa. ada beberapa catatan yang kami temukan, bahwa pernikahan Salah satu Keturunan Sultan Ibrahim (Sultan Bima ke- XI) masih terjadi dengan keturunan Sultan Gowa. Sebab pada tahun 1900 (pada kepemimpinan Sultan Ibrahim), terjadi acara melamar oleh Kesultanan Bima ke Kesultanan Gowa. Mahar pada lamaran tersebut adalah Tanah Manggarai. Sebab Manggarai dikuasai oleh kesultanan Bima sejak abad 17. Secara Lengkap, Klik : [2]
3. SENI BUDAYA A.Pacoa Jara (Pacuan Kuda) Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut “Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima. Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti Hari Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda (Oktober). Pacuan kuda ini dilaksanakan dalam bentuk kejuaraan, bahkan melibatkan juga peserta dari daerah lain, Dompu, Sumbawa, hingga dari Lombok. Yang menarik, hadiah bagi jawara pacuan kuda ini tidak sedikit, sehingga banyak peminatnya. Hadiah pertama antara lain sebuah sepeda motor + sepasang anak sapi + hadiah lainnya. Setiap peserta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,- Jika ternyata kalah dan keluar, peserta yang penasaran bisa mendaftar lagi. Nah, untuk satu periode pacuan, jumlah pendaftar ini bisa mencapai 800 hingga 1000 peserta! Selain di Panda, arena pacuan ada juga di kota Bima dan di Sila. b.Ntumbu (Adu Kepala) Salah satu budaya bima yang masih bertahan dan terus dikembnangkan adalah adu kepala. Buaya dan sekalugus keseniaan ini berlokasi di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Tradisi yang sudah berumur sama dengan keberadaan daerah bima ini tidak sembarang orang dapat memainkannya. Hal ini karena perlu dipelajari secara serius dan mendalam melalui seorang guru. Sehingga tidak heran, hanya terdiri dari beberapa orang saja yang mampu memerankan tradisi tersebut. Belum lama ini digelar budaya adu kepala di halaman Kantor Bupati Bima dan mendapat prehatian luas dari masyarakat, termasuk turis manca negara. Secara Lengkap, Klik : [3]
4. PRODUK UNGGULAN A. Tembe Nggoli B. Mutiara Alam Bima Secara lengkap, Klik : [4]
5. MAKANAN KHAS A. Tumi Sepi (Tumis Udang Rebon). B. Mangge Mada (Gulai Jantung Pisang) C. Uta Mbeca Ro'o Parongge (Sayur Daun Kelor) Secara Lengkap, Klik : [5]
6. KOTA BIMA DAN SEKITARNYA Inilah Kota Bima, Klik disini : [6]
7. PEMERINATAH A. Visi dan Misi, Klik : [7] B. Agenda Pembangunan, Klik : [8] C. Daftar Instansi, Klik : [9]
8. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Klik disini : [10]
9. INDUSTRI DAGANG Klik disini : [11]
10. KETENAGA KERJAAN Klik disini : [12]
11. PARIWISATA Klik disini : [13]
Referensi
SUMBER LITERATUR : [14]
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia)Situs Bima Center
- (Indonesia)Kabupaten Bima. Harian Kompas, 18 September 2003
- (Indonesia)Dou Mbojo (Orang Bima) Online Community
- (Indonesia)Raja Muda Bima Dilantik Jadi Bupati. Tempo Interaktif, 8 Agustus 2005
-->