Tauhid rububiyah

Revisi sejak 4 Juli 2020 14.26 oleh Dcac Inverter (bicara | kontrib) (Makna Tauhid Rububiyah Allah: Merapikan dan wikifikasi)

Tauhid Rububiyah atau Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.[1]

Makna Tauhid Rububiyah Allah

Makna dari tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dari kejadian-kejadian yang hanya Allah bisa lakukan sebagai satu-satunya illah yang berhak di ibadahi serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah adalah Rabb, Raja, pencipta semua makhluk dan hanya Allah yang mengatur dan yang bisa merubahnya[2]. Kejadia-kejadian yanh hanya bisa dilakukan Allah seperti menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan:

“’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)

Konsekuensi Tauhid Rububiyah

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

Sikap Jahiliyah dalam Tauhid Rububiyah

Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikit pun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?

Tujuan Cerita Allah dalam Al Qur'an

Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa Al Quran dan tauhid rububiyyah memiliki dua tujuan.

Pertama Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:

Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): "Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya". (Az Zumar: 3 )

Kedua syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah

Agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:

Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’. (QS. Yunus: 18)[3]


Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya:

Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah. (QS. Az Zukhruf: 87)

Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah. (QS. Al Ankabut: 61)

Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah. (QS. Al Ankabut: 63)

Kesimpulan Umum

Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah. Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka. Makanya, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita sadari betapa besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita. Banyak yang masih menyakini bahwa selain Allah, ada yang mampu menolak mudharat dan mendatangkan mamfa’at, meluluskan dalam ujian, memberikan keberhasilan dalam usaha, dan menyembuhkan penyakit. Sehingga, mereka harus berbondong-bondong meminta-minta di kuburan orang-orang shalih, atau kuburan para wali, atau di tempat-tempat keramat. Mereka harus pula mendatangi para dukun, tukang ramal, dan tukang tenung atau dengan istilah sekarang paranormal. Semua perbuatan dan keyakinan ini, merupakan keyakinan yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Allah.

Renungan

Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rizki, menyembuhkan segala macam penyakit, menolak segala macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan, menyengsarakan, menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan seseorang, kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada selain-Nya.

Dikutip sebagian dari sumber:

  1. http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=9
  2. Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45

Pranala luar

  1. ^ Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)
  2. ^ Syarh Kitab Tauhid. hlm. 17. 
  3. ^ Lihat (kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)