Lat-lat adalah sebuah hidangan khas masyarakat kepulauan Kei (Maluku Tenggara dan Kota Tual, Provinsi Maluku). Hidangan ini berupa sayur dan sudah menjadi warisan leluhur dengan cita dan rasanya yang lezat. Sayur ini dibuat dari anggur laut serta memiliki keunikan tersendiri karena diolah menjadi urap tanpa dimasak. Bahan baku utama lat-lat memiliki penyebutan yang berbeda di tiap daerah. Seperti di Sulawesi yang menyebutnya Lawi-lawi sedangkan di Lombok menyebutnya Latoh. [1]

Bahan-bahan

Bahan baku dari masakan lat-lat ini ialah rumput laut yang juga disebut oleh masyarakat setempat dengan anggur laut. Rumput laut tersebut diambil oleh masyarakat dari dasar laut atau dari pinggiran-pinggiran pantai yang agak dalam. Rumput laut yang diambil tersebut merupakan rumput laut yang tumbuh alami do dasar laut. Selain bahan dasarnya rumput laut, lat-lat tersebut juga di tambahkan dengan dengan parutan kelapa.[2] Untuk membuat sebuah hidangan lat-lat maka diperlukan berbagai bahan-bahan termasuk bahan utamanya yaitunya rumput laut. Untuk lebih rincinya Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitunya 500 gram rumput laut atau anggur laut, setengah buah kelapa yang sudah diparut, 4 siung bawang merah, 4 buah cabe rawit, 1 buah jeruk niih, dan kemudian garam secukupnya.[1]

Proses pembuatan

Langkah pertama dalam proses pembuatan lat-lat ini ialah mencuci bersih lat atau rumput laut tersebut. Lat-lat yang baru didapat bisa langsung dicuci untuk menghilangkan pasir serta sedikit lendir yang tertempel di lat-lat. Selanjutnya kupas halus-halus bawang merah beserta cabe rawit. Kemudian, campurkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan tadi, campurkan juga kelapa yang sudah diparut beserta garam secukupnya dan selanjtyna di aduk. Bahan-bahan atau bumbu yang telah di aduk tadi kemudian dikukus selama lebih kurang 15 menit. Setelah dikukus lebih kurang 15 menit, hilangkan uap panas yang terdapat pada kukusan tersebut. Setelah itu, campurkan lat segar yang sudah dicuci tadi lalu beri perasan jeruk nipis dan kemudian aduk hingga bumbu tersebar merata. Terakhir lat-lat siap dihidangkan. Rasanya sangat segar dan cocok dijadikan lalapan.[1]

Sayur khas masyarakat Kepulauan Kei ini menjadi warisan turun temurun dan merupakan pengikat keharmonisan keluarga karena sering dihidangkan untuk makan siang, malam, bahkan untuk acara-acara besar seperti upacara adat, upacara penyambutan dan lain-lain. Kini, Lat-lat telah terdaftar menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2011 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.[3]

Referensi

  1. ^ a b c VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2018-01-31). "Mencicip Urap Lat, Anggur Laut Khas Maluku Tenggara – VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-03. 
  2. ^ Bernadus, Tommy. "Lat dan Mbal, Wisata Kuliner Khas Pulau Kei". detikTravel. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  3. ^ [1] Lat-lat: Warisan Budaya Tak benda Indonesia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)