Wregas Bhanuteja

sutradara laki-laki asal Indonesia

Raphael Wregas Bhanuteja (lahir di Jakarta, 20 Oktober 1992) adalah seorang sutradara film dan penulis skenario dari Indonesia. Wregas adalah sutradara film Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di Semaine de la Critique, Festival Film Cannes 2016 dengan film pendeknya yang berjudul Prenjak atau In The Year of Monkey dalam judul versi internasionalnyaI.[1]

Wregas Bhanuteja

Biografi

Wregas Bhanuteja tumbuh besar di Yogyakarta dan mulai mengenal pembuatan film pendek sejak SMA di SMA Kolese De Britto Yogyakarta[2]. Setelah lulus SMA pada tahun 2010, Ia melanjutkan kuliah S-1 Film di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta dengan mayor penyutradaraan film.[3][4] Selama kuliah, Ia telah menghasilkan beberapa film pendek, di antaranya berjudul Senyawa (2012) yang diproduksi dengan kamera film seluloid 16 mm. Pada masa kuliah, Wregas juga sempat magang sebagai asisten sutradara di film Sokola Rimba (2013) karya sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana.[5] Wregas lulus dari FFTV IKJ pada tahun 2014 dengan film pendek Tugas Karya Akhir berjudul Lemantun (2014) yang bercerita tentang lemari warisan dari neneknya. Lemantun mendapat banyak penghargaan di festival film pendek seperti, film pendek terbaik di XXI Short Film Festival 2015 dan film pendek terbaik di Apresiasi Film Indonesia 2015.[6]

Setelah lulus, Wregas sempat terlibat sebagai Asisten Sutradara 2 di film Nyanyian Musim Hujan (2014) karya sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana. Wregas juga terlibat sebagai Behind The Scene Director di film Ada Apa Dengan CInta 2 (2016) dan film Athirah (2016) yang juga diproduksi oleh Miles Films.[7]

Pada tahun 2015, film pendek Wregas berjudul Lembusura (2014) yang menceritakan tentang letusan Gunung Kelud, terseleksi untuk berkompetisi di 65th Berlin International Film Festival 2015 dalam kategori Berlinale Shorts Competition. Dalam festival tersebut, Wregas menjadi sutradara termuda yakni di usia 22 tahun[8]. Sepulang dari Berlin, Wregas kembali membuat sebuah film pendek berjudul The Floating Chopin (2015) yang menceritakan tentang interpretasinya tentang lagu Chopin Larung dari Guruh Soekarno Putra. Wregas membuat film tersebut hanya berdua dengan Ersya Ruswandono sebagai Director of Photograhy. Film The Floating Chopin terseleksi untuk berkompetisi dalam 40th Hong Kong International Film Festival 2016.[9]

Pada tahun 2016, Wregas membuat sebuah film pendek bersama Studio batu Yogyakarta, dengan judul Prenjak, yang bercerita tentang wanita penjual korek api di Yogyakarta. Film Prenjak berhasil terseleksi di 55th Semaine de la Critique, Cannes Film Festival 2016 serta berhasil memenangkan penghargaan Leica Cine Discovery Prize sebagai film pendek terbaik di festival tersebut. Hal ini membuat Wregas menjadi sutradara Indonesia pertama yang mendapat penghargaan di Festival Film Cannes.[10]

Pada tahun 2019, Wregas kembali dengan film pendek bertajuk Tak Ada yang Gila di Kota Ini / No One is Crazy in This Town (2019). Film ini lolos untuk berkompetisi di program Wide Angle: Asian Short Film Competition di Busan International Film Festival (BIFF) yang dihelat pada 3-12 Oktober 2019 di Busan, Korea Selatan. Film yang merupakan hasil adaptasi cerita pendek karya Eka Kurniawan berjudul sama ini mengangkat kisah Marwan (diperankan oleh Oka Antara) yang diperintahkan untuk menyingkirkan para penyandang gangguan mental ke hutan[11].

Filmografi

Tahun Judul Festival Penghargaan
2012 Senyawa
2014 Lemantun XXI Short Film Festival (2015) Film Pendek Terbaik
Apreasiasi Film Indonesia (2015) Film Pendek Terbaik
Piala Maya (2015) Film Pendek Terbaik
2014 Lembusura Berlin International Film Festival (2015)
2015 Floating Chopin
2016 Prenjak

(In The year of Monkey)

Cannes Film Festival (2016) Leica Cine Discovery Prize, Best Short Film, 55th Semaine de la Critique
Melbourne International Film Festival (2016) Cinema Nova Awards, Best Short Film
Festival Film Indonesia (2016) Piala Citra, Film Pendek Terbaik
Prague Short Film Festival (2016) Best Short Film
2019 Tak Ada yang Gila di Kota Ini

(No One is Crazy in This Town)

Busan International Film Festival (2019)

Referensi

  1. ^ "'Prenjak' dari Yogyakarta menang di Cannes, Indonesia catat sejarah". BBC Indonesia. Diakses tanggal 2017-06-21. 
  2. ^ "5 Fakta Wregas Bhanuteja, Sutradara Muda Indonesia Pemenang Film Pendek Di Cannes". hai.grid.id. Diakses tanggal 2017-06-21. 
  3. ^ Triyono, Heru (2016-06-02). "Sutradara Wregas Bhanuteja: Ketelanjangan bukanlah sensasi". https://beritagar.id/ (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21.  Hapus pranala luar di parameter |newspaper= (bantuan)
  4. ^ Ismarani, Dian. "Wregas Bhanuteja, Sutradara Muda Pemenang Cannes Lewat Filmnya Tentang Alat Kelamin | Youthmanual". Youthmanual. Diakses tanggal 2017-06-21. 
  5. ^ "Sinema dan Cerita bersama Wregas Bhanuteja | Whiteboardjournal". www.whiteboardjournal.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21. 
  6. ^ Dewantara, Andreas. "Film Lemantun di XXI Short Film Festival 2015: Tentang Lemari dan Kritik Sosial di Dalamnya". Diakses tanggal 2017-06-21. 
  7. ^ "Jadi Sutradara BTS AADC 2, Wregas Bhanuteja Tekan Ego". muvila.com. Diakses tanggal 2017-06-21. 
  8. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "Putra Indonesia Jadi Sutradara Termuda di Festival Film Berlin | Sosial&Budaya | DW | 15.02.2015". DW.COM. Diakses tanggal 2017-06-21. 
  9. ^ SLATE_Id. "The Floating Chopin: Saat Gelisah Tetap Instagrammable - Qubicle" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21. 
  10. ^ Post, The Jakarta. "Indonesian short movie Prenjak wins award at Cannes". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21. 
  11. ^ "Film 'Tak Ada yang Gila di Kota Ini' Tayang di Festival Busan". hiburan (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-09-06.