Bahasa Lampung
Bahasa Lampung (cawa Lampung) atau rumpun bahasa Lampungik adalah sebuah bahasa atau kelompok dialek Austronesia dengan jumlah penutur jati sekitar 1,5 juta, terutama dari kalangan suku Lampung beserta rumpunnya di selatan Sumatra, Indonesia. Terdapat dua atau tiga ragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A), Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O), dan Komering. Ragam terakhir terkadang dianggap sebagai bagian dari Lampung Api, tetapi terkadang juga dianggap sebagai bahasa yang berdiri sendiri terpisah dari bahasa Lampung. Orang Komering umumnya menganggap bahwa suku mereka berbeda dari orang Lampung, walaupun masih berkerabat dekat.
Bahasa Lampung BPS: 0071 2
cawa Lampung[1] | |||||
---|---|---|---|---|---|
Dituturkan di | Indonesia | ||||
Wilayah | Lampung Sumatra Selatan | ||||
Etnis | Suku Lampung Suku Komering | ||||
Penutur | 1,5 juta (2018)[a] | ||||
Dialek | Api/Pesisir Nyo/Abung Komering | ||||
Alfabet Latin Aksara Lampung | |||||
Kode bahasa | |||||
ISO 639-3 | Mencakup:ljp – Lampung Apiabl – Lampung Nyokge – Komering | ||||
Glottolog | lamp1241 [3] | ||||
BPS (2010) | 0071 2 | ||||
Lokasi penuturan | |||||
Ragam bahasa Lampung di Sumatra bagian selatan:
Lampung Api
Lampung Nyo
Komering | |||||
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini. | |||||
Koordinat jamak | |||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||
Portal Bahasa | |||||
Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi Lampung sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.[4]
Klasifikasi
Hubungan eksternal
Bahasa Lampung merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia dari cabang Melayu-Polinesia, walaupun posisi tepatnya dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,[5][6][7] sehingga keduanya sempat digolongkan ke dalam subkelompok yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti misalnya dalam klasifikasi linguis Isidore Dyen pada 1965, yang menempatkan bahasa Lampung ke dalam "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa Malayan (mencakup bahasa Melayu, Minangkabau, dan Kerinci), Aceh dan Madura.[8]
Linguis Berndt Nothofer (1985) memisahkan bahasa Lampung dari kelompok "Malayic" versi Dyen, tetapi masih memasukkannya ke dalam "Javo-Sumatra Hesion" bersama bahasa-bahasa Melayik, Sunda, Madura, dan, dengan tingkat kekerabatan yang lebih jauh, bahasa Jawa.[9] Malcolm Ross (1995) menempatkan Lampung ke dalam kelompoknya independen yang tidak terkait bahasa manapun dalam Melayu-Polinesia.[10] Penggolongan ini diikuti oleh Karl Adelaar (2005), yang tidak memasukkan bahasa Lampung ke dalam kelompok Melayu-Sumbawa yang ia usulkan—kelompok ini meliputi bahasa Sunda, Madura, dan cabang Malayo-Chamik-BSS (mencakup Melayik,[b] Chamik, dan Bali-Sasak-Sumbawa).[6][11]
[[Berkas:Surat pantun cara Lampung.png|jmpl|upright=1.2|kiri|Kumpulan syair dwibahasa Lampung-Melayu, ditulis menggunakan aksara Jawi dan Lampung Di antara bahasa-bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa bahasa Sunda kemungkinan merupakan kerabat terdekat bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia (PMP) menjadi y dan mengalami metatesis atau pertukaran bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari bahasa Proto-Austronesia. Kata ini diturunkan menjadi palay yang berarti 'ingin' atau 'lelah' dalam bahasa Sunda dan 'rasa perih akibat kaki yang letih' dalam bahasa Lampung.[9] Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,[12][13] hubungan kekerabatan antara bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.[14]
Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke d dalam bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi hipotesis Indonesia Barat yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.[15] Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal Indonesia Barat dalam bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari bahasa Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan bahasa Lampung ke dalam subkelompok Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.[7]
Lihat pula
Notes
- ^ Ditotalkan dari jumlah penutur seluruh ragam bahasa Lampung di Ethnologue. Rinciannya: 827 ribu penutur untuk ragam Api, 180 ribu untuk Nyo, dan 470 ribu untuk Komering.[2]
- ^ Istilah "Melayik" atau Malayic dalam bahasa Inggris telah berulang kali didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli bahasa. Melayik versi Adelaar kira-kira berpadanan dengan "Malayan" versi Dyen.
Rujukan
Sitiran
- ^ Aliana 1986, hlm. 39.
- ^ Lampung Api di Ethnologue (22nd ed., 2019); Lampung Nyo di Ethnologue (22nd ed., 2019); Komering di Ethnologue (22nd ed., 2019)
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Lampungic". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Katubi 2007, hlm. 9.
- ^ Walker 1976, hlm. 1.
- ^ a b Anderbeck 2007, hlm. 7–8.
- ^ a b Smith 2017, hlm. 459.
- ^ Dyen 1965, hlm. 26.
- ^ a b Nothofer 1985, hlm. 298.
- ^ Ross 1995, hlm. 75, 78.
- ^ Adelaar 2005, hlm. 358.
- ^ Blust 1981.
- ^ Adelaar 2005, hlm. 357, 385.
- ^ Anderbeck 2007, hlm. 108–110.
- ^ Smith 2017, hlm. 456.
Daftar pustaka
- Abdurrahman, Sofjan; Yallop, Colin (1979). "A brief outline of Komering phonology and morphology" (PDF). Dalam Halim, Amran. Miscellaneous Studies in Indonesian and Languages in Indonesia, Part VI. NUSA: Linguistic Studies of Indonesian and Other Languages in Indonesia. 7. Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA. hlm. 11–18. Diakses tanggal 5 May 2019.
- Adelaar, Karl Alexander (2005). "Malayo-Sumbawan". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 44 (2): 356–388. doi:10.1353/ol.2005.0027.
- Aliana, Zainul Arifin (1986). Ragam dan dialek bahasa Lampung [Varieties and dialects of Lampung language] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Amisani, Diana (1985). Kedudukan dan fungsi bahasa Lampung [The position and function of Lampung language] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Anderbeck, Karl Ronald (2007). "An initial reconstruction of Proto-Lampungic: phonology and basic vocabulary". Studies in Philippine Languages and Cultures. SIL International. 16: 41–165. Diakses tanggal 23 April 2019.
- Blust, Robert (1981). "The reconstruction of proto-Malayo-Javanic: an appreciation". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Brill. 137 (4): 456–459. doi:10.1163/22134379-90003492 . JSTOR 27863392.
- Budiman, Budisantoso (17 October 2018). "Unila diizinkan buka prodi Bahasa Lampung" [Unila (Lampung University) has gotten the permit to open a Lampung language major]. Antaranews.com (dalam bahasa Indonesian). Bandarlampung. Diakses tanggal 17 May 2019.
- Dyen, Isidore (1965). A lexicostatistical classification of the Austronesian languages. Baltimore: Waverly Press.
- Hanawalt, Charlie (2007). "Bitter or sweet? The vital role of sociolinguistic survey in Lampungic dialectology". Studies in Philippine Languages and Cultures. SIL International. 16: 11–40. Diakses tanggal 23 April 2019.
- Inawati, Iin (2017). "Tantangan dan Strategi Praktis Pemertahanan Bahasa Lampung" [Challenges and Practical Strategies in Preserving Lampung Language]. PESONA: Jurnal Kajian Bahasa Dan Sastra Indonesia (dalam bahasa Indonesian). 3 (2): 163–173. doi:10.26638/jp.445.2080 .
- Junaidi, Akmal; Grzeszick, René; Fink, Gernot A.; Vajda, Szilárd (2013). Statistical Modeling of the Relation between Characters and Diacritics in Lampung Script. 2013 12th International Conference on Document Analysis and Recognition. Washington, DC. hlm. 663–667. doi:10.1109/ICDAR.2013.136.
- Katubi, Obing (2007). "Lampungic languages: looking for new evidence of language shift in Lampung and the question of its reversal". Studies in Philippine Languages and Cultures. SIL International. 16: 1–10. Diakses tanggal 23 April 2019.
- Kusworo, Ahmad (2014). "Lampung in the Twentieth Century: The Making of 'Little Java'". Pursuing Livelihoods, Imagining Development: Smallholders in Highland Lampung, Indonesia. Asia Pacific Environment Monographs. 9. Canberra: ANU Press. hlm. 18–40. ISBN 9781925021486. JSTOR j.ctt5vj72v.7.
- Matanggui, Junaiyah H. (1984). "Fonologi Bahasa Lampung Dialek O" [The phonology of the O-dialect of Lampung] (PDF). Linguistik Indonesia (dalam bahasa Indonesian). 2: 63–76. Diakses tanggal 21 May 2019.
- Nothofer, Bernd (1985). "The subgrouping of Javo-Sumatra Hesion: A reconsideration". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Brill. 141 (2/3): 288–302. doi:10.1163/22134379-90003386. JSTOR 27863679.
- Ricklefs, M. C.; Voorhoeve, P.; Gallop, Annabel Teh (2014). Indonesian Manuscripts in Great Britain: A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public Collections (New Editions with Addenda et Corrigenda). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794618837.
- Ross, Malcolm D. (1995). "Some current issues in Austronesian linguistics". Dalam Tryon, Darrell T. Comparative Austronesian dictionary: an introduction to Austronesian studies. Trends in Linguistics. 10. Berlin: Mouton de Gruyter. hlm. 45–120. ISBN 9783110884012.
- Sayuti, Warnidah Akhyar (1986). Struktur sastra lisan Lampung [Structure of Lampung oral literature] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Septianasari, Lina (2016). "Language Trajectory and Language Planning in Maintaining Indigenous Language of Lampung". Advances in Social Science, Education and Humanities Research. Ninth International Conference on Applied Linguistics (CONAPLIN 9). 82. Bandung. hlm. 104–108. doi:10.2991/conaplin-16.2017.22 . Diakses tanggal 18 May 2019.
- Smith, Alexander D. (2017). "The Western Malayo-Polynesian Problem". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 56 (2): 435–490. doi:10.1353/ol.2017.0021.
- Sudradjat, R. (1990). Interferensi leksikal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Lampung [Lexical interference from Indonesian to Lampung] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794590711.
- Udin, Nazaruddin (1992). Tata bahasa bahasa Lampung dialek Pesisir [A grammar of the Pesisir dialect of Lampung] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794591920.
- Walker, Dale Franklin (1976). A Grammar of the Lampung Language: the Pesisir Dialect of Way Lima (PDF). NUSA: Linguistic Studies of Indonesian and Other Languages in Indonesia. 2. Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA. hlm. 0–49. Diakses tanggal 23 April 2019.
- Walker, Dale Franklin (1975). "A Lexical Study of Lampung Dialects" (PDF). Dalam Verhaar, John W.M. Miscellaneous Studies in Indonesian and Languages in Indonesia, Part I. NUSA: Linguistic Studies of Indonesian and Other Languages in Indonesia. 1. Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA. hlm. 11–22. Diakses tanggal 23 April 2019.
- Wetty, Ni Nyoman (1992). Struktur bahasa Lampung dialek Abung [Structure of the Abung dialect of Lampung] (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794592013.
Pranala luar