Polusi pertanian

Revisi sejak 1 Agustus 2020 06.38 oleh Syariful Msth (bicara | kontrib) (Sunting isi)

Polusi pertanian merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh produk sampingan seperti biotik dan abiotik dari praktik pertanian, sehingga lingkungan dan ekosistem disekitarnya mengalami kontaminasi atau degradasi. Polusi pertanian juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan masalah ekonomi.[1][2][3]

Polusi air yang terjadi akibat peternakan sapi perah di daerah Wairarapa, Selandia Baru

Sumber abiotik

Pestisida

Pestisida dan herbisida digunakan dalam bidang pertanian dengan tujuan untuk membasmi hama-hama yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang berpotensi dapat mengganggu proses produksi tanaman. Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar, contohnya seperti tanah yang terkontaminasi. Proses kontaminasi tanah terjadi ketika pestisida yang telah digunakan menumpuk dan bertahan di tanah. Pestisida yang berada di tanah tersebut dapat memicu proses Metabolisme mikrobial, meningkatkan penyerapan bahan kimia bagi tanaman, dan beracun bagi organisme tanah. Waktu bertahan pestisida dan herbisida dapat bertahan di tanah tergantung dari bahan-bahan kimia atau senyawa yang terkandung di dalamnya. Bahan yang terkandung didalam pestisida dan herbisida tersebut mempengaruhi proses sorpsi dan kondisi lingkungan tanah.[4]

Pestisida dapat terakumulasi pada hewan yang memakan hama dan organisme tanah yang telah terkontaminasi oleh pestisida. Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan lebih berbahaya bagi hewan-hewan yang menguntungkan bagi tanaman, seperti serangga penyerbuk, dan musuh alami dari hama (serangga yang memangsa hama) dibandingkan terhadap hama yang ingin kita basmi.[5][6]

Pelindian pestisida

Pelindian pestisida terjadi ketika pestisida bercampur dengan air dan bergerak melalui tanah, sehingga berpotensi mencemari kualitas air tanah. Proses pelindian tersebut berkorelasi dengan karakteristik tanah dan pestisida tertentu serta tingkat curah hujan dan irigasi.[7][8]

Pelindian kemungkinan besar terjadi apabila pestisida yang digunakan larut dalam air, ketika tanahnya cenderung berpasir; jika penyiraman berlebihan terjadi setelah aplikasi pestisida; jika kemampuan adsorpsi pestisida ke tanah rendah.

Pelindian tersebut tidak hanya berasal dari ladang yang sedang digarap, tetapi juga dapat berasal dari area proses pencampuran pestisida, tempat pencucian mesin aplikasi pestisida, atau area pembuangan.[9][10]

Sumber biotik

Gas rumah kaca yang berasal dari limbah tinja

Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organizatio) PBB memperkirakan bahwa 18% gas rumah kaca antropogenik berasal dari sektor peternakan dunia. Laporan tersebut juga menyarankan bahwa emisi dari sektor peternakan lebih besar daripada emisi dari sektor transportasi. Sementara sektor peternakan dunia saat ini memainkan peran dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca, namun perkiraan tersebut dianggap sebagai representasi yang keliru. Sementara di sisi lain, FAO menggunakan penilaian siklus hidup peternakan hewan (semua aspek termasuk emisi dari tanaman pakan, transportasi ke proses pemotongan, dan lain sebagainya), namun mereka tidak menerapkan penilaian tersebut untuk sektor transportasi.[11]

Referensi

  1. ^ "Agricultural Pollution". Agrivi Blog (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  2. ^ planet, heart ❤️ Founded Conserve Energy Future with the sole motto of providing helpful information related to our rapidly depleting environment Unless you strongly believe in Elon Musk‘s idea of making Mars as another habitable; universe, do remember that there really is no 'Planet B' in this whole (2013-07-17). "Causes, Effects and Solutions of Agricultural Pollution on Our Environment". Conserve Energy Future (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  3. ^ July 31; Lindwall, 2019 Courtney. "Industrial Agricultural Pollution 101". NRDC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  4. ^ "Environmental Databases | Pesticides | US EPA". web.archive.org. 2014-07-04. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  5. ^ "Pollinators". www.fs.fed.us. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  6. ^ "About Pollinators". Pollinator.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  7. ^ "Pesticide Leaching & Runoff Management | UNL Water". water.unl.edu. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  8. ^ "The Problem of Leaching – Pesticide Environmental Stewardship" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01. 
  9. ^ "Environmental Fate of Pesticides". web.archive.org. 2015-12-25. Diakses tanggal 2020-08-01. 
  10. ^ Lindahl, Anna M. L.; Bockstaller, Christian (2012-12-01). "An indicator of pesticide leaching risk to groundwater". Ecological Indicators (dalam bahasa Inggris). 23: 95–108. doi:10.1016/j.ecolind.2012.03.014. ISSN 1470-160X. 
  11. ^ Pitesky, Maurice E.; Stackhouse, Kimberly R.; Mitloehner, Frank M. (2009-01-01). Sparks, Donald L., ed. Advances in Agronomy. Advances in Agronomy (dalam bahasa Inggris). 103. Academic Press. hlm. 1–40. doi:10.1016/s0065-2113(09)03001-6.