Den Haag

kota dan munisipal di Belanda, pusat pemerintahan Belanda

Den Haag (bahasa Inggris: The Hague) adalah sebuah gemeente, kota pemerintahan Belanda dan tempat parlemen. Di kota ini didapati pula Kedutaan Besar negara-negara asing. Meskipun demikian, Den Haag bukan ibu kota Belanda; ibu kota Belanda adalah Amsterdam. Tetapi Den Haag merupakan ibu kota provinsi Zuid Holland (Holland Selatan).

Gemeente Den Haag / 's-Gravenhage
Bendera Den Haag    Lambang Den Haag
(Bendera Den Haag) (Lambang Den Haag)
Peta lokasi Den Haag
Peta lokasi Den Haag
Provinsi Zuid Holland
Walikota Drs. Wim Deetman
Wilayah
 - Tanah
 - Air
98,20 km²
82,66 km²
15,54 km²
Penduduk
Kepadatan penduduk
474.291 1 Desember 2005
5.738 jiwa/km²
Kode telepon 070 (+31-70 dari luar negeri)
Kode Pos 2491AA - 2599ZZ

Kota Den Haag memiliki penduduk sebanyak 474.291 jiwa (1 Desember 2005). Nama lain Den Haag adalah 's-Gravenhage.

Kota Den Haag sudah ada sejak tahun 1248, tetapi baru mendapat hak kota pada tahun 1806. Hal ini menyebabkan Den Haag tidak memiliki sebuah universitas.

Mengenai nama Den Haag

Kata Den Haag artinya secara harafiah adalah "pagar". Sudah sejak dahulu kala, nama Die Haghe atau Den Hag(h)e dipakai untuk menyebut daerah ini. Sejak tahun 1602/1603 pimpinan kota mulai menggunakan nama s-Gravenhage secara resmi, yang dianggap lebih indah dan artinya kurang lebih adalah "Pagar para bangsawan". Memang kota Den Haag bermula dari sebuah wilayah kecil yang dipagari.

Sejak tahun 1990 pimpinan gemeente secara konsekuen menggunakan nama Den Haag (dan bukan 's-Gravenhage), Hal ini antara lain dikarenakan kota ini semakin mendunia dengan statusnya sebagai ibu kota yuridis dunia (IGH; VN-ISH). Selain itu hal ini dilakukan supaya lebih mirip dengan nama-nama asing kota ini seperti The Hague dalam bahasa Inggris, La Haye dalam bahasa Perancis, (Den) Haag dalam bahasa Jerman dan La Haya dalam bahasa Spanyol. Pada tahun 1990 sebuah usulan untuk mengganti nama kota secara resmi Den Haag ditolak.

Sejarah

Den Haag sudah ada sejak tahun 1230, ketika sang bangsawan graaf Floris IV dari Holland membangun sebuah kastil sederhana pada tanah Vrouwe Meilindis van Wassenaer. Pada tahun 1248 graaf Willem II, yang kemudian akan menjadi Kaisar Romawi Suci, membangun sebuah kastil yang lebih baik pada sebuah empang yang sekarang menjadi sebuah kolam bernama Hofvijver. Putranya Floris V yang akhirnya mengurusi sehingga gedung kastil yang disebut Ridderzaal ini bisa selesai setelah kematian Willem yang datangnya awal.

Gedung Ridderzaal dan Binnenhof diperkuat, namun desa yang berada di sekelilingnya tidak pernah diberi hak kota, meski Den Haag merupakan tempat tinggal para bangsawan Holland. Kota Den Haag bisa tumbuh sebagai kompromis dari kota-kota Holland lainnya, namun di sisi lain kota-kota tersebut menghalang-halangi Den Haag untuk mendapatkan hak kota dan menjadi sebuah kota berbenteng.

Karena Den Haag tidak dilindungi tembok kota, maka kota ini bisa dijarah pada tahun 1528 oleh seorang militer dari Gelderland bernama Maarten van Rossum. Ia juga membakar habis semua bangunan di luar kastil bangsawan di Den Haag.

Juga pada tahun-tahun awal Perang Delapanpuluh Tahun, Den Haag dijarah dan secara praktis penduduknya habis mengungsi. Sewaktu kota Leiden dikepung Spanyol, Den Haag adalah markas besar dan basis mereka.

Sebenarnya sudah sejak tahun 1400-an Den Haag sudah memiliki beberapa ribu jiwa penduduk sehingga sebenarnya berstatus kota dan bukan desa. Namun sebuah kota pada saat itu diharuskan memiliki kadar otonomi yang cukup tinggi. Sehingga para bangsawan (graaf atau graven) Holland dan para penerus mereka, para adipati Bourgondia dan Habsburg, memilih untuk berkuasa secara penuh pada tempat tinggal mereka. Kemudian mulai tahun 1581, Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden ("Republik Tujuh Provinsi Belanda") meneruskan perkara ini, karena Den Haag merupakan tempat keberadaanStaten-Generaal, atau organ pemerintahan yang tertinggi.

Lalu istana stadhouder ("semacam pemerintahan") Holland juga terletak di Den Haag. Semula pada tahun 1580 ada perdebatan sengit apakah Den Haag masih akan dibangun lagi atau tidak. Kota Delft yang sangat berkuasa kala itu kurang suka jika di daerah sekitarnya dibangun sebuah kota yang penting dan bisa menjadi saingannya. Selain itu Delft juga menginginkan supaya Staten-Generaal masih tetap berada di kota itu. Akhirnya diputuskan untuk membangun kembali kota Den Haag dan supaya Staten-Generaal tetap berada di kota ini.

In 1622 telde Den Haag 16.000 inwoners. In de 17e eeuw werd Den Haag omgeven door grachten, die door stadhouder prins Maurits als aanzet tot volledige vestingwerken waren aangelegd, maar van de geplande echte verdedigingswerken kwam verder niets. Aan het eind van de 18e eeuw was het bevolkingsaantal opgeklommen tot ongeveer 40.000, waarmee dit "dorp" de op twee na grootste nederzetting van Nederland was geworden (na Amsterdam en Rotterdam). Door de aanwezigheid van het stadhouderlijk Hof, de Staten-Generaal en buitenlandse diplomaten en (buitenlandse) adel had Den Haag een veel aristocratischer karakter dan de meeste andere Nederlandse steden. Er was een groot contrast tussen de aristocratische wijk rondom het Binnenhof en Voorhout en de meer volkse delen van het "dorp".

Pas in 1806, onder Frans bewind, kreeg Den Haag zijn stadsrechten, maar in die tijd was een vestingmuur eerder een keurslijf dan een voordeel: Den Haag bleef zonder omwalling en kon zich op ruime schaal uitbreiden. Na 1850 begon de stad zich uit te breiden buiten de 17e eeuwse grachtengordel. Het inwonertal was toen ruim 70.000. Omstreeks 1870 zou het aantal van 100.000 worden gehaald, en rond 1900, in de fin du siècle-tijd van Louis Couperus, telde de stad ongeveer 200.000 inwoners. Ten zuiden van de oude binnenstad ontstonden toen dichtbevolkte arbeiderswijken (Laakkwartier, Schilderswijk, enz.), terwijl tegen de duinkant nieuwe wijken voor de meer gefortuneerde burgers gebouwd werden (Statenkwartier, Duinoord, Archipelbuurt, enz.). In die tijd speelde Den Haag ook in kunstzinnig opzicht een belangrijke rol vanwege de schilders van de Haagse School.

In 1899 vond in Den Haag de Eerste Haagse Vredesconferentie plaats, die leidde tot de oprichting van het Internationaal Hof van Arbitrage, dat in Den Haag gevestigd werd. De Amerikaanse staalmagnaat Andrew Carnegie schonk een bedrag van $ 1.500.000 voor de bouw van het Vredespaleis (gebouwd tussen 1907 en 1913), waarin dit Hof zou zetelen. Tevens werd later ook het Internationaal Gerechtshof in het Vredespaleis gevestigd.

Tegen het eind van de Tweede Wereldoorlog, op 3 maart 1945, kwamen tijdens het Bombardement op Bezuidenhout 510 mensen om het leven. Het bombardement werd uitgevoerd door de geallieerden en had als doel de vernietiging van de mobiele V2-lanceerinrichtigingen van de Duitsers.

In de 20e eeuw heeft Den Haag gebieden geannexeerd wegens ruimtegebrek. De voormalige gemeente Loosduinen werd in 1923 als eerste samengevoegd met Den Haag. Met ingang van 1 januari 2002 zijn de nieuwbouwwijken Leidschenveen en Ypenburg als gevolg van grenscorrecties toegewezen aan Den Haag, ten koste van Leidschendam, Pijnacker, Rijswijk en Voorburg.

De profvoetbalclub van Den Haag is ADO Den Haag, dat uitkomt in de Eredivisie.

KBRI Den Haag

 
Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Kerajaan Belanda:
Tobias Asserlaan 8
2517 TC Den Haag
Nederland

Telepon: +31-70-3108100

Pranala luar