Banda Neira merupakan grup musik yang dibentuk oleh Ananda Badudu dan Rara Sekar.Banda Neira berawal dari proyek iseng dua personelnya untuk bermusik bersama. Keisengan mereka ternyata melahirkan empat buah lagu yakni Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).

Banda Neira
AsalIndonesia Bandung, Indonesia
GenreFolk Nelangsa pop
Tahun aktif2012 - 2016
LabelSorge Records[1]
Situs web[2]
AnggotaAnanda Badudu (gitar, vokal, trompet)
Rara Sekar Larasati (vokal, xylophone, piano)


Karier

Februari 2012 : Awal Pembentukan

Banda Neira awalnya hanya proyek iseng, nekat dan kurang persiapan oleh Ananda Badudu dan Rara Sekar. Dua orang nekat ini uji aksi bermain musik kecil-kecilan pada malam di bulan Februari 2012 di sebuah acara gigs kecil-kecilan di sekitar kampus Universitas Parahyangan untuk merayakan kelulusan teman. Namun pada malam itu, pengunjung yang biasanya hadir puluhan orang menyusut menjadi belasan saja. Mungkin karena format Sorge Gigs malam itu akustikan sehingga tak banyak orang yang tertarik. Jadilah acara itu ajang request lagu, baca puisi, hingga penampilan musik eksperimental (salah satu penampil bahkan menyajikan musik dengan menempelkan mic ke knalpot motor).

Lalu Ananda Badudu dan Rara Sekar, dua orang yang pernah berkenalan di organisasi pers mahasiswa; yang satu  jurnalis, yang satu lagi aktivis NGO.Sebuah gitar akustik dan microphone jadi modal awal unjuk gigi. Satu menyanyi, satu bermain gitar. Mereka berdua membawakan beberapa cover dari Bon Iver, Feist, Sore dan lagu Stars berjudul Your Ex-lover is Dead. Tentu dalam debut mereka, berbagai kesalahan kunci, lirik lagu, maupun miskomunikasi terjadi. Pembawaan serba canggung, apa adanya, dan mau mentertawakan kesalahan diri sendiri itu ternyata masih terbawa hingga panggung-panggung terakhir mereka.

Karena persiapan tak terlalu lengkap, ketika panitia bertanya nama band-nya, kebingungan muncul, maka nama sebuah pulau tempat pengasingan para pendiri bangsa mereka ambil: Banda Neira. Banda Neira adalah nama pulau yang berada di Maluku, bagian Timur Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, beberapa pejuang dan bapak penemu bangsa sempat dibuang oleh Belanda ke sana. Di antaranya Sjahrir dan Hatta. Banyak cerita menarik yang ditulis Sjahrir tentang Banda Neira. Dari catatan hariannya orang bisa tahu ia tak merasa seperti orang buangan ketika diasingkan ke sana. Barangkali karena pulaunya luar biasa indah dan masyarakatnya menarik. Sementara Hatta sibuk baca buku, Sjahrir asik bermain dan mengajar anak-anak setempat. ”Di sini benar-benar sebuah firdaus”, tulisnya di awal Juni 1936. Dari pulau dan cerita inilah nama band ini diambil.[1]

Agustus 2012 : Album EP "Di Paruh Waktu'"

Iseng-iseng di sela-sela pulang kerja-Ananda Badudu, seorang wartawan dan Rara Sekar, pekerja sosial mereka membuat lagu. Sepakat melangkah lebih jauh, proyek iseng itu berlanjut jadi serius. Suatu hari sebelum Rara Sekar hijrah ke Bali untuk urusan pekerjaan, keduanya nekat menyewa studio untuk merekam lagu. Jadilah album EP yang diberi nama “Di Paruh Waktu” Terdiri dari empat lagu Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).Di EP inilah ciri khas Banda Neira terpatri di benak para pendengar: bait-bait nelangsa ditingkahi petikan gitar sederhana, puitis tanpa jadi njelimet. Hasilnya, berbagai senandung seperti “Rindu” maupun “Kau Keluhkan” cukup sering ditemukan di pojok tongkrongan hingga stasiun-stasiun radio online.

Empat lagu itu direkam dalam enam jam. Di beberapa bagian banyak yang ngaco,karena dipikir tak bakal ada yang mendengar juga.Mereka berdua semula berpikir setelah rekaman lanjut dengan kehidupan masing-masing. Dan Banda Neira memang susah karena personilnya sekarang tinggal beda pulau. Jadi akan dibiarkan saja setengah vakum, tapi kalau ada ide lagu akan dicoba.

Hasil rekaman iseng itu kemudian diunggah di soundcloud dan ternyata lumayan banyak juga yang dengar.Ada lagu tentang gadis kecil naik kapal kertas, ada yang katanya rindu tapi menyayat seperti belati. Lalu tersesat ke entah berantah yang menuai kritik karena salah dari segi tata bahasa, seharusnya ke antah berantah. Dan terakhir ada surya yang bicara pada manusia malam-malam.

Singkat cerita dugaan awal mereka soal pendengar salah total. Ternyata, selain keluarga Badudu, keluarga Rara, dan anak-anak Media Parahyangan, ada juga yang mendengarkan album di Paruh Waktu Banda Neira. Lagu yang mereka unggah ke Soundcloud, sebelum kemudian dikenal banyak pecinta musik dan memiliki basis penggemar. Salah satu alasannya adalah karena lirik-lirik lagu mereka yang puitis namun mudah dimengerti.Terlebih lagu mereka hanya dibalut dengan gitar akustik yang ramah dan mudah dicerna telinga. Tidak perlu berusaha keras untuk menikmati musik Banda Neira karena tidak rumit, easy listening.

Ekspektasi yang rendah -atau malah tidak ada ekspektasi sama sekali- justru jadi keberuntungan bagi Banda Neira. Mereka menjadi mudah sekali semangat dan tak bisa jelaskan bagaimana satu cuit di twitter tentang Banda Neira bisa bikin semangat kerja berhari-hari, dan yang lebih penting adalah semangat bikin lagu baru lagi.[2]

== Desember 2012 - 2013 : Album "Berjalan Lebih Jauh"

Berangkat dari perkembangan cantik itu dan banyak respons positif,Pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyek isengnya itu. mereka memberanikan diri untuk kembali ke dapur rekaman, kali ini untuk menggarap LP debut bertajuk “Berjalan Lebih Jauh”. Mereka sangat bersemangat. Dari Agustus hanya memiliki empat lagu, pada Desember tahun yang sama mereka sudah menambah enam album baru untuk satu album penuh Banda Neira.Sempat tersendat akibat jarak lintas provinsi (Ananda di Jakarta, Rara di Bali), akhirnya album berisikan 10 lagu  itu rampung sudah. Masih sama seperti empat lagu terdahulu, enam lagu itu memiliki komposisi yang sama. Suara duet Rara dan Ananda dibalut gitar akustik, terdengar nyaman dan menyenangkan. Seiring berjalannya waktu, band akustik imut ini akhirnya menarik perhatian kawan-kawan di Koperasi Mahasiswa Unpar (Kopma Unpar) atau Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM). Koperasi mahasiswa yang turut melahirkan Sorge Magazine, sebuah web zine ugal-ugalan, ini pun berinisiatif untuk turut terlibat dalam rencana Banda Neira merilis “Berjalan Lebih Jauh”. Lahirlah Sorge Records: sebuah label senang-senang dengan misi menyebarkan kesenangan sampai ujung dunia.

Peluncuran Album ini dilaksanakan di Chinook Cafe and Resto Jalan R.E Martadinata no 191 Bandung pada tanggal 13 April 2013 dan Pesta Rilis di Jakarta Minggu, 26 Mei 2013 di Newseum Cafe Jl. Veteran 1 no.33, Jakarta, Indonesia 10110.

Album tersebut berhasil membuat Banda Neira memiliki penggemar yang lebih banyak dari sebelumnya. Mulai ada label bahwa Banda Neira adalah band bergenre folk. Ananda dan Rara menepis, mereka menyebut diri sebagai pengusung genre nelangsa pop.[3] [4]


== 2015 : Album konser "Kita Sama-Sama Suka Hujan"

Banda Neira, Gardika Gigih, dan Layur akan berkolaborasi menggabungkan warna musik yang mereka bawa dalam sebuah konser bertajuk “Suara Awan, Sebuah Pertemuan”. Konser ini menggabungkan kesederhanaan folk akustik Banda Neira dengan alunan piano Gardika Gigih serta nuansa elektronik pada musik Layur. Musik ketiganya akan dibuat lebih megah dengan tambahan string chamber Alfian, Jeremia, dan Suta.

 Konser kolaborasi ini dipicu oleh rasa saling kagum di antara Banda Neira, Gigih, dan Layur. Banda Neira mengagumi musik karya Gigih dan Layur, begitu juga sebaliknya. Awalnya, pertemuan ketiga musikus ini awalnya hanya terjadi di dunia maya. Di Soundcloud lebih tepatnya, situs di mana ketiganya mengunggah karya. Saling komentar di dunia maya akhirnya berkembang menjadi pertemuan tatap muka. Setelah beberapa kali bertemu di Yogyakarta, mereka sepakat mengadakan konser kolaborasi.

 Rencananya ada 10 lagu yang akan dibawakan dalam Suara Awan. Dua lagu ciptaan Layur (Are You Awake?, Suara Awan), empat lagu ciptaan Gigih (Kereta Senja, Tenggelam, Hujan dan Pertemuan, I’ll Take You Home), dan empat lagu ciptaan Banda Neira (Hujan di Mimpi, Matahari Pagi, Derai-derai Cemara, Hal-hal yang Tak Kita Bicarakan).Lagu-lagu yang dimainkan dalam konser kolaborasi akan terdengar sangat berbeda dengan yang selama ini diperdengarkan. Ketiganya mengubah aransemen lagu menjadikannya sesuatu yang baru. Ketiganya juga terbuka untuk ide-ide baru yang terlontar ketika latihan bersama sehingga struktur serta nuansa lagu bisa sama sekali berbeda dengan yang aslinya.[5]

Diawali dengan konser Suara Awan, ada keinginan untuk melaksanakan pertunjukan bersama dengan konsep dan aransemen yang lebih matang. Maka digagaslah pentas musik Kita Sama-Sama Suka Hujan di Jakarta dan Bandung pada tahun 2015. Meski sempat tertatih-tatih di awal, dengan bantuan kru Media Parahyangan beserta kawan-kawan baik lainnya acara ini dapat terselenggara baik.

Proyek Kita Sama-Sama Suka Hujan (KISSSH) yang digagas enam orang musisi penuh talenta, keberanian itu bisa dirayakan lewat sebuah album live yang mengabadikan beberapa pertunjukan kolektif ini yang mereka helat sepanjang tahun 2015.Dari serangkaian obrolan, duo Banda Neira –Rara Sekar dan Ananda Badudu—, Gardika Gigih, Layur, Suta Soma dan Jeremia Kimosabe berhasil membawa kesukaan komunal mereka akan hujan ke atas panggung. Membagi rata beberapa lagu pribadi untuk kemudian dimainkan bersama-sama. Proyek ini telah dipentaskan tiga kali; di Jogjakarta –dengan nama lain, KKonserSuara Awan, Bandung (11 April 2015 di Dago Tea House ) dan Jakarta.Secara kolektif, mereka memainkan sebuah pertunjukan bertajuk KISSH ini.

Hasil dari pendokumentasian konser ini akan dirilis dalam bentuk paket album live, Paket album live ini berisikan CD (2 disc), DVD,Kaset, T-shirt, dan Drawstring bag. Produk rilisan ini merupakan hasil kolaborasi antara Sorge Records, Sorge Visual, Nanaba Records, dan Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM) Unpar.[6]

2016 : Album Kedua "Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti"

Mereka semakin dikenal ketika merilis album kedua bertajuk Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Pada album ini Banda Neira masih menuliskan lirik serupa seperti sebelumnya, dengan sedikit perubahan dari segi musik.Album tersebut merupakan album penuh kedua Banda Neira setelah "Berjalan Lebih Jauh" (2013), selain mereka juga sempat meluncurkan mini album "Paruh Waktu" (2012) dan album konser "Kita Sama-Sama Suka Hujan" (2015) lalu yang diproduksi dari pentas kolaborasi bersama Gardika Gigih, Layur, Jimi dan Sutasuma.

Proses album yang dibuat selama tiga tahun dapat diterima pendengarnya pertengahan Februari 2016. Proses rekaman album berisi 15 lagu ini berlangsung di Bali (November 2015) dan Yogyakarta (Januari 2016),awalnya mereka ingin rekaman di Bandung. Karena merasa tidak pas dengan terdengar aneh dengan nuansa lagu-lagu yang ada dalam album, keduanya boyongan ke Bali dan Yogya.

Banda Neira menyatakan bahwa album penuh kedua mereka menyuguhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan "Berjalan Lebih Jauh".Dibanding album perdana Berjalan Lebih Jauh (2013), album kedua berbeda dari segi teknis rekaman dan melibatkan lebih banyak orang. Gardika Gigih, Layur, Suta Suma Pangekshi, Jeremia Kimosabe, Dwi Ari Ramlan, dan Leilani Hermiasih alias Frau adalah sejumlah nama yang turut berkontribusi dalam album. Empat nama pertama sebelumnya pernah berkolaborasi dengan Banda Neira dalam pentas musik "Kita Sama-sama Suka Hujan" (April 2015).

Mengenai sistem rekaman yang dilakukan secara live dan semi live alih-alih take tracking seperti kebiasaan selama ini, Rara mengungkapkan kepada Rolling Stone Indonesia bahwa pengalaman tersebut sangat menarik dan menyenangkan karena memberikan sensasi berbeda.

Di beberapa lagu, Banda Neira menggunakan alat musik lain selain gitar. Pada lagu Sebagai Kawan (feat. Jeremia Kimosambe) dan Pangeran Kecil terdengar suara biola dan selo. Kemudian pada lagu Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dan Sampai Jadi Debu terdengar suara piano.Penambahan instrumen musik dalam lagu Banda Neira merupakah hal positif. Lagu-lagu mereka masih mudah diterima, tetapi menjadi lebih kaya karena kehadiran alat musik lain selain gitar.

Acara peluncuran album dilangsungkan dalam sebuah konser mini yang disebut duo yang digawangi Ananda Badudu dan Rara Sekar itu sebagai Pesta Rilis Kecil-Kecilan di PGP Cafe, Rempoa, Jakarta Selatan, Sabtu,30 Januari 2016.Dalam acara rilisnya, Banda Neira memainkan 13 nomor yang di antaranya ada dalam "Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti" seperti "Matahari Pagi", "Sebagai Kawan" dan "Pelukis Langit".Selain itu mereka juga menampilkan sejumlah lagu di album terdahulu seperti "Di Atas Kapal Kertas", "Senja Di Jakarta", "Esok Pasti Jumpa" dan "Di Beranda".

"Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti" berisikan 15 lagu yang dibagi dalam dua cakram, "Yang Patah Tumbuh" dan "Yang Hilang Berganti".Lagu yang paling hit dari album kedua mereka adalah Sampai Jadi Debu yang banyak diputar pada acara pernikahan. Diikuti dengan lagu Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti, Utarakan, Biru, Matahari Pagi dan Pelukis Langit[7]

Desember 2016 : Banda Neira Bubar

Jauh sebelum pengumuman bubarnya disebar, Banda Neira memang sudah lama vakum. Band yang diisi oleh Ananda Badudu mengisi vokal dan gitar serta Rara Sekar pada vokal dan xylophone sudah hampir setahun tidak lagi bersuara.Tapi sebelum perpisahan tersebut, Banda Neira sudah menyempatkan untuk membuat pesta perpisahan. Meski kecil-kecilan, tapi cukup berkesan sampai ke penggemarnya.

Pesta rilis album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti di PGP Cafe, Rempoa, Jakarta Selatan, Sabtu,30 Januari 2016 sekaligus ajang pamit Rara Sekar kepada Ananda Badudu dan para penggemar Banda Neira. Pasalnya, Rara akan ke Selandia Baru melanjutkan studi S2 jurusan antropologi budaya. Ananda juga mengatakan bahwa kegiatan Banda Neira otomatis berhenti hingga waktu yang tak ditentukan.[8]

Banda Neira secara resmi membubarkan diri pada Jumat, 23 Desember 2016 dini hari. Hal tersebut disampaikan oleh kedua personelnya, Rara Sekar dan Ananda Badudu melalui akun Instagram resmi Banda Neira. Menurut mereka, bubarnya Banda Neira sudah lewat pemikiran panjang nyaris setahun lamanya.Lebih lanjut, Banda Neira menyampaikan bahwa keputusan itu bukanlah hal mudah bagi mereka. Sebagai figur publik, mereka sadar setiap keputusan tidak hanya melibatkan band itu sendiri. Tetapi juga penggemarnya. Mereka pun merasa karya yang ada pun milik bersama.Namun, dengan tetap menghormati pendengar setianya, Banda Neira memutuskan tetap bubar. Mereka yakin itu merupakan suara bulat dan keputusan terbaik yang memang harus diambil.

Selama empat tahun berkarya, Banda Neira telah merilis dua buah album yakni Di Paruh Waktu (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016) dan sempat meluncurkan mini album "Paruh Waktu" (2012) dan album konser "Kita Sama-Sama Suka Hujan" (2015) lalu yang diproduksi dari pentas kolaborasi bersama Gardika Gigih, Layur, Jimi dan Sutasuma..[9]

Diskografi

[10]

2012: Di Paruh Waktu - EP (Extended play)

Tracklist
No Judul Durasi Keterangan
1 Di Atas Kapal Kertas 4:01
2 Ke Entah Berantah 4:22
3 Esok Pasti Jumpa (Kau Keluhkan) 3:51
4 Rindu 4:55 Musikalisasi Puisi Subagio Sastrowardoyo
Keterangan
Seluruh lagu dimasukkan ke Album Berjalan Lebih Jauh

2013: Album Berjalan Lebih Jauh

Tracklist
No Judul Durasi Keterangan
1 Berjalan Lebih Jauh 4:40
2 Di Atas Kapal Kertas 4:01
3 Ke Entah Berantah 4:22
4 Hujan di Mimpi 4:57
5 Esok Pasti Jumpa (Kau Keluhkan) 3:51
6 Senja di Jakarta 2:49
7 Kisah Tanpa Cerita 5:51
8 Di Beranda 6:36
9 Rindu 4:55 Musikalisasi Puisi Subagio Sastrowardoyo

OST film Keluarga Cemara

10 Mawar 4:28

2013: Kita Sama-Sama Suka Hujan

Kita Sama-Sama Suka Hujan (Live Konser 2015) oleh Banda Neira, Gardika Gigih, Layur, Jeremia Kimosabe & Suta Suma
Tracklist
No Judul Durasi Keterangan
1 Hujan Dan Pertemuan 4:56 Live
2 Prelude 5:40
3 Hujan Di Mimpi 5:32
4 Ocean Whisper 5:34
5 Langit Dan Laut 6:10
6 Dawn 5:30
7 Are You Awake? 3:44
8 Kereta Senja 6:18
9 Tenggelam 3:40
10 Derai-Derai Cemara 6:30
11 I'll Take You Home 5:54
12 Labuh 4:46
13 Dan Hujan 5:23
14 Suara Awan 6:56
15 Di Atas Kapal Kertas 11:56

2016: Album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti

Tracklist
No Judul Durasi Keterangan
1 Matahari Pagi 4:58
2 Sebagai Kawan
(Menampilkan Jeremia Kimosabe)
4:40
3 Pangeran Kecil 6:55
4 Pelukis Langit 7:47
5 Utarakan 3:34
6 Biru
(Menampilkan Layur)
5:54 OST film Dua Garis Biru
7 Bunga 7:04
8 Sampai Jadi Debu
(Menampilkan Gardika Gigih)
6:48 OST film Posesif
9 Langit Dan Laut 5:45
10 Re: Langit Dan Laut 5:20
11 Mewangi 5:59
12 Derai-Derai Cemara 6:39 Derai-Derai Cemara (1949) Musikalisasi Puisi Chairil Anwar
13 Tini Dan Yanti 5:20
14 Benderang 6:58
15 Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti 6:33

Pranala Luar

Referensi