Mohon jangan gunakan templat "{{Infobox Person}}" di ruang nama pengguna Anda. Gunakan {{Infobox pengguna}}.

Damai Alam Usop (lahir di Palangka Raya, 20 Desember 1994) adalah seorang mantan aktivis mahasiswa yang cukup berpengaruh dikarenakan sikap kritis dan vokal terhadap politik skala regional. Ia adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya Jurusan Sosiologi tahun 20122018.

Biografi

Damai Alam Usop adalah seorang etnis Dayak Islam. Leluhur Damai Alam Usop sendiri bernama Damang Salilah yang berasal dari Suku Dayak Ngaju. Ayahnya bernama Fajar Alam Usop putra sulung tokoh sentral perjuangan Dayak dan akademisi di Provinsi Kalimantan Tengah K.M.A. Usop dan Ibu kandungnya adalah putri dari tokoh dan pahlawan perjuangan kemerdekaan asal Kalimantan Tengah Sersan Kepala (TNI) Dase Durasid.

Pendidikan dan Karir

Damai Alam Usop berkuliah di Universitas Palangka Raya (UPR) dari tahun 2012 sampai 2018; setelah menyelesaikan studi di universitas, ia aktif berpolitik praktis sebagai kader muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia selama kurun waktu sebagai mahasiswa menjadi pembangkang aktif, memprotes rezim kebobrokan kampusnya sendiri dan juga kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi. Damai adalah seorang pengamat sosio-demokrasi, dengan berbagai statement yang dipublikasikan di media-media cetak maupun elektronik. Setelah itu Damai juga sempat merilis tulisan berjudul Kajian Otonomi Khusus di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2019.

Sebagai seorang organisatoris dan penganut pemahaman Sosialisme Indonesia, pada tahun 2016, Ia membantu mendirikan Dewan Perwakilan Mahasiswa skala fakultas sampai skala universitas di UPR, lalu tahun 2017 mendirikan organisasi Forum Komunikasi Pemuda Kalimantan Tengah disingkat FKP-KT, selanjutnya Ia juga mendirikan dan sebagai pengagas organisasi pemuda Nasional Consentrasi Generasi Muda Demokrasi Indonesia (CGMDI) pertama yang berdiri di Provinsi Kalimantan Tengah.

Damai mulai dikenal semenjak aksi besar-besaran mahasiswa pada tanggal 10 April 2017 bersama rekan-rekan aktivis lainnya dalam aliansi Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Palangka Raya (KBM-UPR) semasa di kampus. Aksi tersebut mencatat sejarah baru, lebih dari ratusan mahasiswa mengepung gedung Rektorat Universitas Palangka Raya, mendesak Rektor UPR Prof. Dr. Ferdinand MS mundur dari jabatannya, yang dinilai rektor melanggar undang-undang perguruan tinggi dan tidak mampu membasmi pungutan liar yang masih marak atau korup pada saat itu. Tokoh sentral pergerakan mahasiswa kalteng mulai bermunculan pada saat itu termasuk Ali Assegaff Krismes Santo Haloho Jimmy Balantikan Sumbada Syeba Ferea Janang Firman Tri Oktafiani dan banyak lagi yang lainnya.