Pangeran Adiwijaya

Revisi sejak 18 Agustus 2020 04.31 oleh Reynan (bicara | kontrib)

Pangeran Adiwijaya atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Syamsuddin IV merupakan volmacht (wali) bagi Pangeran Raja Depati Satria ketika belum cukup umur.

Wali Kasepuhan
Pangeran Adiwijaya
Wali Sultan Sepuh
Masa jabatan
1853–1871
Informasi pribadi
Meninggal1871
Cirebon, Hindia Belanda
KebangsaanCirebon - Kasepuhan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pangeran Adiwijaya dan Taman Sari Gua Sunyaragi

Setelah pertempuran dengan Sultan Sepuh V Sjafiudin yang telah menghancurkan taman sari, Belanda kemudian memperhatikan aktivitas-aktivitas yang ada pada bangunan tersebut. Pada tahun 1852, Pangeran Adiwijaya yang kelak menjadi wali bagi Pangeran Raja Satria (putera tertua dari Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman), membangun kembali dan memperkuat taman sari Gua Sunyaragi, dia mempekerjakan seorang aristek beretnis tionghoa, tetapi kemudian arsitek tersebut ditangkap dan dipaksa mengatakan seluk-beluk taman sari Gua Sunyaragi kepada Belanda untuk kemudian dibunuh. Terbongkarnya aktivitas di taman sari Gua Sunyaragi membuat Belanda memerintahkan kepada Pangeran Adiwijaya untuk menghancurkan taman sari Gua Sunyaragi, tetapi perintah tersebut tidak pernah dilaksanakan[1]. Pangeran Adiwijaya kemudian memerintahkan kepada para bawahan dan para prajurit untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, akhirnya keputusan diambil untuk mengungsikan seluruh persenjataan dan para prajurit keluar dari Taman Sari Gua Sunyaragi, sehingga penyerangan Belanda yang terjadi kemudian tidak mendapatkan apa-apa.[2]

Referensi

  1. ^ KS. Tugiono dkk. 2004. Sejarah - SMA kelas 2. Jakarta: Grasindo
  2. ^ Sulendraningrat, Pangeran Sulaeman. 1985. Sejarah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka