Didik Sedyadi
SIAPA ITU SEJENIS ORANG GILA?
HAHAHAHA PERKENALKAN AKU (RIANXMONRYNZ)
Perjalanan Hidup
Ia kini bemukim di Majalengka, Jawa Barat sejak tahun 1990. Guru matematika di SMA Negeri 1 Majalengka ini, istrinya juga seorang guru matematika, di SMPN 1 Kertajati, Majalengka. Satu anak Burhanuddin Latif, seorang dosen matematika PNS di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ia memang memiliki hobi menulis. Didik mengawali pengalaman menulisnya saat kelas 1 SMP yang dimuat di Koran Parikesit, Solo (1978). Pengalaman lainnya, Juara I Mengarang Pekan Penghijauan Nasional – tingkat Purbalingga (1978) ketika kelas I SMP. Juara Harapan I Lomba Cerpen Ashshiddiq Intelektual Forum Bandung (2004), Juara Harapan I Sayembara Novel (Kyai Megawulung Nagih Punagi) dalam rangka Kongres Bahasa Jawa – Taman Budaya Yogyakarta(2002), 3 (tiga) buah cerita panjang bersambung (Cerbung) di Majalah Djaka Lodang Yogyakarta : Baunge Ajag Pegunungan Tepus (1989), Teror Kembang Kanthil (1995), Ngundhuh Wohing Pangigit-igit (2000).
Penulis yang termasuk aktivis Sastra Jawa, namanya tercatat dalam buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Jawa Modern – Susunan Tim Peneliti Sastra Balai Bahasa Yogyakarta terbitan Adiwacana Yogyakarta (2006). Ia aktif menjadi penulis kolom “Mendhoan - Dialek Banyumasan” pada Majalah Mingguan Djaka Lodang Yogyakarta mulai tahun 1991 dengan nama samaran utama Diks Blakakisut. Nama samaran lain yang pernah digunakan dalam kolom Dialek Banyumasan ini di antaranya: Dul Purba, Bosse Penjorangan dan Mas Guru. Namun karena kesibukannya, ia mengajukan pengunduran diri dari penulis kolom di tahun 2017.
Selain tulisan dalam jalur "sastra Jawa" ia aktif pula menulis dalam bahasa Indonesia. Ia menyimpan lebih dari 200 tulisan cerpen dan artikel pendidikan di akun kompasiana.com/didik sedyadi. Untuk mengabadikan karya-karya fiksi yang ditulisnya telah dibukukan, 5 buah buku telah diterbitkan yaitu Novel Kyai Keramat (2014), Kumpulan Cerpen Pelarian Gang Dolly (2015) , Kumpulan Cerpen Fira Haruskah Kutunggu Kau di Sorga? (2016) , Kumpulan Cerpen Cinta dari Ufuk Timur (2017) dan Kumpulan Cerpen Yang Melintas di Taman Surga Roudhoh (2018).
Pendidikan
- SD Bobotsari 3 (lulus tahun 1977)
- SMP Negeri 1 Bobotsari (lulus tahun 1981)
- SMA Negeri 2 Purwokerto (lulus tahun 1984)
- S1 Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Semarang (lulus tahun 1989).
- S2 Magister Manajemen Pendidikan ditempuh di Universitas Galuh setelah menjadi guru.
- Pengalaman mengajar di SMA Muhammadiyyah 1, Banjarnegara, Jawa Tengah pada tahun 1989-1992.
- Mengajar di SMA Negeri 1 Majalengka (1993-sekarang)
Kiprah pada Sastra Jawa
Proses Kreatif Cerpen dan Prospek Sastra Jawa
Dalam hal proses kreatif penulisan sebuah cerpen tidak dapat dipastikan kapan selesai ditulis; bisa sehari; dua hari; bahkan bisa beberapa hari. Namun menurut Didik, dalam proses pembuatan cerbung, berbeda. Sebab cerbung umumnya lebih luas batasannya, tidak terikat inspirasi singkat. cerbung bisa diawali dengan membuat pola. Tokoh sastra ini mengemukakan alasan mengapa sastra jawa saat ini lebih relatif kurang melegenda karena (1) pada saat ini kuantitas pengarang cukup banyak (2) jika ada pengarang yang mencoba model atau eksperimen baru, aneh misalnya, seperti yang dipantik oleh Suwardi Endraswara di sekitar tahun 1993, belum bisa diterima di masyarakat.
Sedangkan untuk melestarikan sastra Jawa, setiap lembaga pemerintah diharapkan memiliki atau berlangganan majalah berbahasa Jawa (2) mewajibkan sastra jawa dalam kurikulum muatan wajib/muatan lokal.
Ketika ia dimintai tanggapannya tentang kritik, penerbit atau pembaca sastra jawa, Didik mengemukakan bahwa penerbit karya sastra jawa benar-benar merupakan kerja sosial yang jauh dari perhitungan materi. Bagi perkembangan karya sastra ini adalah mutlak dan pasti. Sebenarnya yang menjadi permasalahan awal adalah bagaimana membangun kesan positif pada orang Jawa terhadap karya sastra Jawa itu sendiri. Padahal yang perlu diperhatikan saat ini adalah adanya realitas bahwa pembaca sastra Jawa lambat laun mengalami "kepunahan". Pembaca saat sekarang adalah orang-orang yang sudah tua, dan jumlahnya pun semakin berkurang. [1]
Karya
- Wacan Bocah majalah Parikesit (1978)
- Cerpen, cerbung dan novel banyak dijumpai di majalah Parikesit (19 judul cerpen 1978-1986)
- Kartika Minggu (13 judul cerpen 1985-1989)
- Mekar Sari (1 cerpen 17 Maret 1993)
- Jaya Baya (5 judul cerpen, 1986-1987)
- Panjebar Semangat ( 2 judul cerpen 1987 dan 1994)
- Djaka Lodang (34 judul cerpen antara lain Baunge Ajag Pegunungan Tepus 1991)
- Cerpen boss! (FPBS IKIP Yogyakarta)
- Sumarah (Taman Budaya Yogyakarta, 1999)
- Novel Kyai Keramat (Herya Media Bekasi, 2014)
- Kumpulan Cerpen Pelarian Gang Dolly (Herya Media Bekasi, 2015) ISBN: 978-602-5414-91-6
- Kumpulan Cerpen Fira, Haruskan Kutunggu Kau di Surga? (Peniti Media Pondok Gede Jakarta, 2016) ISBN 978-602-73374-7-3
- Kumpulan Cerpen Cinta dari Ufuk Timur (Penebar Media Pustaka Yogyakarta, 2017) ISBN 978-602-61404-7-0
- Kumpulan Cerpen Yang Melintas di Taman Surga Roudhoh (Penebar Media Pustaka Yogyakarta, 2018)[1] ISBN 978-602-5414-91-6
Rujukan
- ^ Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern. Suwondo, Tirto. (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Adiwacana. 2006. ISBN 9799960487. OCLC 224862919.