Kerajaan Tamiang

Kesultanan Di Sumatera
Revisi sejak 30 Agustus 2020 07.12 oleh Adhmi (bicara | kontrib)

Kerajaan Tamiang atau Kesultanan Banua Tamiang, atau Benua Tunu merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Aceh, Indonesia, setelah Kesultanan Perlak.[1] Wilayah kerajaan tamiang ini berada di ujung paling timur dari Provinsi Nongroe Aceh Darusalam saat ini, wilayah tamiang tersebut juga merupakan perbatas antara provinsi Aceh dengan provinsi Sumatera Utara. Pada saat sekarang ini kerajaan tamiang berada dalam kawasan administratif dari kabupaten Aceh Tamiang yang resmii berdiri pada tahun 2002 dan merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh Timur. Kerajaan tamiang atau kesultanan banua tamiang juga merupakan kerajaan islam yang berdiri di Aceh jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Kerajaan tamiang ini pernah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Muda Sedia.[2][3][4]

Sejarah kesultanan/Kerajaan Tamiang

Asal usul berdirinya Kerajaan Islam Tamiang berawal dari datangnya satu rombongan yang dipimpin Panglima Pucook Sulooh masyarakat asal negeri Peunaroon (Tanah Alas). Mereka datang ke Aceh untuk membuka daerah baru yang diberi nama Batu Karang di daerah Tamiang sekarang untuk dijadikan tempat permukiman. Mereka penganut Islam yang telah lama menetap di Perlak. Pucook Sulooh meninggal dunia pada 609 H (1212 M).[5] Belum ditemukan data dan sumber yang pasti tentang kapan masuknya Islam, proses perkembangannya, hingga mulai terbentuk Kesultanan Benua Tamiang yang telah dipengaruhi oleh sistem politik yang berasaskan Islam.

Awal abad ke-14 sekelompok da'i (pengkhotbah Islam) dikirim ke Tamiang oleh Sultan Samudra Pasai. Raja yang berkuasa, Po dinok, tidak mendukung kedatangan kelompok ini. Ia menyerang kelompok, tetapi kalah dan meninggal. Sultan Muda Setia kemudian terpilih sebagai Sultan yang pertama (1330-1352). Raja terakhir sebelum Islam adalah Makhdum Saat (Panglima Eumping Beusoe), 1323-1353 M, adalah Raja Eumping Beusoe. Setelah Raja Eumping Beusoe mangkat, diangkat Raja Muda menjadi Raja Kerajaan Islam Banua dengan gelar Raja Muda Seudia, sekaligus raja pertama Kerajaan Islam Banua (setelah namanya diubah menjadi Kerajaan Islam Tamiang), yang memerintah selama 47 tahun, 1353-1398.

Pada masa pemerintahan Raja Muda terjadi agresi Majapahit yang dipimpin Patih Nala pada 1377. Angkatan perang Majapahit menduduki Pulau Kampai di Selat Malaka. Patih Nala mengirim utusan kepada Raja Muda Seudia, meminta Raja untuk menyerahkan puterinya (Puteri Lindung Bulan) untuk persembahan pada Raja Majapahit, Prabu Rajasanagara Hayam Wuruk.

Daftar raja/sultan kerajaan(kesultanan tamiang)

  • 1330 – 1352: Sultan Muda Setia
  • 1352 – 1369: Mangkubumi Muda Sedinu
  • 1369 – 1412: Sultan Po Malat
  • 1454 – 1490: Sultan Po Kandis
  • 1490 – 1528: Sultan Po Garang
  • 1528 – 1558: Pendekar Sri Mengkuta

Referensi

  1. ^ Media, Kompas Cyber. "Sejarah Singkat Kerajaan Perlak dan Kerajaan Benua Raja Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  2. ^ Tamiang, Adlin-Kominfo Aceh. "Sejarah Tamiang". acehtamiangkab.go.id. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  3. ^ Putra, Irwansyah; Prawirohartono, Endy Paryanto; Julia, Madarina (2007-03-01). "Pola makan, penyakit infeksi, dan status gizi anak balita pengungsi di Kabupaten Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam". Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 3 (3): 115. doi:10.22146/ijcn.17562. ISSN 2502-4140. 
  4. ^ "Aceh Timur". jdih.acehtimurkab.go.id. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  5. ^ "3 Kerajaan Islam Berpengaruh di Aceh". Republika Online. 2016-08-29. Diakses tanggal 2020-06-12.