Ujungan

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 1 September 2020 15.32 oleh 118.96.130.11 (bicara)

Ujungan adalah sebuah tradisi berupa tarian pukul – memukul yang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengadu dua orang dan mereka harus saling memukul satu sama lain dengan sebuah rotan diiringi musik gamelan. Walau terkesan berbahaya karena terkadang sampai menggoreskan luka, tradisi tersebut memiliki pesan kedamaian, yaitu jika tidak mau disakiti maka jangan menyakiti. Dalam melaksanakan Tari Ujungan, para penari tidak boleh menggunakan kemarahan dan kebencian. Mereka memukul orang lain namun diselingi canda tawa, sehingga tercipta kekompakan di masyarakat.[1]

Di daerah Banjarnegara tepatnya di desa Gumelem kecamatan Susukan, ujungan sebagai festival kebudayaan ketika musim kemarau, awalnya untuk meminta hujan. Namun karena minat masyarakat akan kebudayaan ujungan di banjarnegara. Terkadang di adakan ketika musik kemarau panjang, tapi tidak setiap saat kemarau di adakan, hanya pada saat-saat tertentu saja.

Di daerah Jombang, Tari Ujungan dilakukan pada musim kemarau. Tujuan dari tradisi tersebut adalah sebagai usaha untuk meminta hujan kepada Tuhan. Sama dengan yang ada di Probolinggo, penari yang akan dicambuk melakukannya tanpa diperintah melainkan secara sukarela.[2]

Namun seiring waktu, Tari Ujungan yang awalnya dijadikan sarana untuk meminta hujan kini hanya dilaksanakan sebagai pertunjukan seni  dan hiburan biasa. Pada umumnya para penari mendapat beberapa puluh ribu rupiah untuk sekali tampil.[3]

Dalam pertunjukannya, tidak ada ketentuan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Permainan berakhir ketika kedua penari yang diadu telah merasa cukup. Jika ditilik berdasarkan sejarah, Tari Ujungan diambil dari cerita rakyat Aji Saka, dimana menceritakan kedua anak buahnya yang memperebutkan senjata tuannya.[4]

Namun ada juga yang mengatakan bahwa Tari Ujungan merupakan warisan dari Kerajaan Majapahit. Terlepas dari mana sebenarnya Tari Ujungan berasal, tradisi ini dilaksanakan sekali dalam setahun.[5]

Referensi

  1. ^ Media, Kompas Cyber. "Ujung-ujungan, Simbol Kelemahan Manusia..." KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-02-19. 
  2. ^ "Uniknya Seni Ujung, Tradisi Minta Hujan yang Digelar Warga Jombang". iNews.ID (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-19. 
  3. ^ News, Top; Terkini; Pariwisata, Budaya &; Ekonomi; Hukum; Olahraga; Haji, Info; Politik; Mlaku-mlaku. "Tradisi Ujungan". jatim.antaranews.com. Diakses tanggal 2019-02-19. 
  4. ^ radarmalangonline (2017-09-14). "Ujung-Ujungan, Maknai Berkelahi Untuk Hidup Rukun". Radar Malang Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-19. 
  5. ^ Media, Solopos Digital. "Ritual Minta Hujan Dikemas dalam Pesta Rakyat di Banjarnegara". Semarangpos.com. Diakses tanggal 2019-02-19.