Dialek Medan

Dialek Kota Medan adalah Bahasa Indonesia ala Medan sebagai dialek bahasa komunikasi harian yang digunakan oleh orang Medan dan sekitarnya. Bahasa ini hanya berlaku dan dipahami  oleh orang medan. Pendatang memerlukan waktu untuk bisa memahaminya.

Bahasa Indonesia ala Medan ini, menggunakan Bahasa Indonesia sebagai komponen utamanya, yang kemudian banyak kosa kata yang muncul dan berkembang secara khusus akibat penduduk multi-etnis yang saling berinteraksi bertahun-tahun sejak jaman kolonial. Intonasi/tekanan dan susunan kalimatnya juga menjadi khas, perpaduan intonasi Batak, Jawa, Melayu dan suku-suku lainnya.[1][2][3][4][5][6][7][8]


Sejarah

Kota Medan adalah kota multi etnik, tercatat ada 14 suku bangsa yang tinggal di Kota Medan. Kota ini dibangun oleh tokoh dari Suku KaroGuru Patimpus--, tetapi bahasa karo tidak dijadikan bahasa utama di Kota Medan. Kota ini berdiri di area Kesultanan Melayu tetapi Bahasa Melayu tidak juga menjadi bahasa utama masyarakat Kota Medan. Jumlah penduduk kota Medan yang mayoritas adalah Suku Jawa, tetapi Bahasa Jawa tidak juga menjadi bahasa utama dalam tata pergaulan keseharian masyarakat Medan. Orang Batak diluar sumatera dikenal sebagai orang Medan, tetapi Bahasa Batak juga tidak digunakan sebagai bahas utama di Kota Medan.

Bukan hal yang aneh jika masing-masing suku yang tinggal di Kota Medan hingga kini tetap mempertahankan bahasa ibunya dan masih menggunakannya untuk berkomunikasi diantara mereka. Itu terjadi karena migrasi berkelompok besar pada jaman kolonial. Mereka dari Jawa, Tiongkok, Pakistan, India, Banjar, Arab dsb.

Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pengantar utama antar suku bangsa ini. Dalam perkembangannya banyak terdapat serapan kosa kata yang kemudian dipakai secara umum diantara penduduk Kota Medan. Inilah Bahasa Indonesia ala Medan.[9][10]

Kosa Kata

  • Aci: boleh; pantas. “Enggak aci ah, aku sudah duluan kok, antrilah”
  • Acem: bagaimana? (acemmana, macamana)
  • Alamak: Alah Mak (oh my god)
  • Alip: permainan petak umpet –alip cendong--. “Main alip yok woi..”
  • Awak: saya/kamu juga bisa. “Awak masih di rumah ini, bentar lagilah”
  • Ambal: karpet; sajadah
  • Anak mudanya: tokoh pahlawan dalam film. “Weees datang anak mudanya.”
  • Angek: iri, cemburu
  • Anggar: sok jago
  • Atrek: mundur
  • B1: anjing –biang—
  • B2: babi
  • BPK: babi panggang karo
  • Becakap: berbicara
  • Balen: bagi/minta
  • Baling: rusak. “Udah baling kawan itu, becakap sendiri dia kutengok.”
  • Bante: bantai
  • Bedangkik: pelit
  • Bedogol: bodoh; bego
  • Begadang: kerupuk kulit goreng berbentuk segi empat berwarna coklat
  • Belacan: terasi
  • Belanda: pelit -bernuansa serakah-. “Belanda kali kau”
  • Bendol: benjol
  • Bengak: bego
  • Bengap: lembam; babak belur
  • Beserak: berantakan, berserak
  • Berantam: berkelahi
  • Betor: becak motor
  • Bereng: melihat/melirik dengan tajam -bernuansa menantang-. “Alaah mak, diberengnya aku tadi, bikin keder saja pun.”
  • Berondok: sembunyi
  • Beselemak: belepotan. “Beselemak kali kau makan.”
  • BK: plat nomor polisi kendaraan “Berapa BK mu?”
  • Bocor alus: agak gila
  • Bonbon: permen
  • Bongak: bohong “Malas awak, banyak kali bongakmu”
  • Bolong: berlubang
  • Bos: ayah (bapak) . “Sehat Bosmu?”
  • Bos Besar: Orang Tua dari pimpinan; tokoh beken;
  • Broti: kayu untuk tiang
  • Cak/Cok/Cobak: coba…. “Cak mainkan dulu.”
  • Cakap: omong. “Banyak kali cakapmu.”
  • Cakap kotor: omong kotor
  • Celat: cadel
  • Celit: pelit
  • Cemana: macam mana? Bagaimana?
  • Cendek: pendek
  • Cengkunek: lagak; omong kosong; bohong, bertingkah “Banyak kali cengkunek kau”
  • Cetek: dangkal
  • Ceng/enceng: bubar; selesai
  • Cincai: sepakat bisa diatur
  • Cincong: omong; alasan
  • Congor: mulut –istilah kasar—
  • Congok: rakus
  • Cop: ungkapan untuk minta rehat dulu
  • Cuak: penakut
  • Cup: ungkapan untuk menandai terlebih dahulu sesuai menjadi pilihannya dan tidak boleh diambil orang lain (dek-jawa), “cup, kursi ujung punyaku ya!”
  • Deking: beking; pelindung. “Siapa dekingmu? Berani kali main proyek disini?”
  • Demon: demonstrasi; gaya
  • Dongok: bodoh; pandir
  • Doorsmeer: tempat cuci kendaraan
  • Ecek-ecek: pura-pura
  • Enceng/ceng: bubar; selesai.
  • Eskete: gak bekawan, musuhan. (Sudah Tidak Kawan)
  • Estra: ekstra; preview film
  • Gacok: benda andalan; jagoan andalan; joki
  • Galon: pom bensin
  • Gecor: besar mulut, tak bisa simpan rahasia
  • Gedabak: sebutan untuk “badan yang besar”
  • Gerak: berangkat
  • Gerot: gegar otak, -ungkapan untuk mengatakan orang yang agak kurang waras.
  • Gelek: ganja
  • Getek: genit
  • Gobi: ikan kecil di parit --Lebistes reticulatus--
  • Gol: masuk penjara
  • Golek-golek: tidur-tiduran
  • Gondok: dongkol. “Gondok aku dibuatnya.”
  • Goni botot: tukang butut/rongsok
  • Goplah: adu kartu
  • Gosok/menggosok: menyetrika
  • Guli: kelereng
  • Gumarapus: sembrono
  • Hajab: mampus, hancur. “Hajab, ada polisi ditekongan itu, tak bawak SIM pula awak”
  • Hambus: pergi; jauh-jauh
  • Hepeng: uang
  • Honda: sepeda --motor merek apa pun--.
  • Hubar-habir: acak-acakan, berantakan
  • Ikan laga: ikan cupang
  • Jambu: agak; tak seberapa “Lapar-lapar jambu”
  • Jangek: kerupuk kulit
  • Jumpa: bertemu;
  • Kaco: aduk/kacau balau, “Kaco dulu teh manismu”, “Kaco kali barisan ini”
  • Kali: sekali, banget
  • Kalok: kalau
  • Kamput: merek minuman keras –kambing putih
  • Kates: pepaya
  • Kedan: teman, sohib
  • Kede sampah: kedai kelontong yang menjual sayuran
  • Kede Aceh: grosir; warung kelontong –dahulu kebanyakan orang Aceh yang jualan--
  • Keder: takut
  • Kiyam: main sepak bola tanpa alas kaki; nyeker; kaki ayam
  • Kek: kayak; seperti --biasa disambung dengan kata mana--. “Kek mananya sepeda barumu, lantam kali kulihat”
  • Kekeh: tertawa
  • Kelen/klen: kalian
  • Keling: hitam pekat  
  • Kelir: pensil warna
  • Kemek: traktir makan
  • Kepling: kepala lingkungan (sekelas RW ya)
  • Keplor: kepala lorong (sekelas RT)
  • Kereta angin: sepeda
  • Kereta: sepeda motor
  • Kreak: belagu; tidak bermutu
  • Ko: kau
  • Kocik: kecil
  • Kombur: Ngobrol atau bercakap-cakap
  • Kondor: Longgar
  • Kongsi: bagi-bagi; patungan
  • Kopek: kelupas
  • Kornel: tendangan pojok dalam sepak bola
  • Koyak: Sobek, robek
  • Langsam: jalan/gas pelan ajeg -steady-
  • Langgar: Tabrakan/tabrak.
  • Lantak: habis
  • Lantam: bicara sombong; pedas mulut; nyelekit
  • Lasak: banyak gerak; tidak bisa diam
  • Leles: sisa; tukang leles: suka ambil sisa-sisa orang lain
  • Lencong: tai/kotoran ayam
  • Lenje: sakit jiwa; sarap
  • Lengkong: cincau hitam
  • Lepoh: bodoh
  • Lepuk: pukul. “Kena lepuk dia sama orang di kampung sebelah.”
  • Letup: tembak
  • Lereng: sepeda onthel
  • Lewong/leyong: hilang, raib. “Leyong udah uangku dibawa lari.”
  • Ligat: lihai, lincah.
  • Limper: lima perak, dulu dipakai untuk uang logam pecahan Rp 5,-
  • Limpul: lima puluh perak, Rp 50,-
  • Limrat: lima ratus, Rp 500,-
  • Litak: habis tenaga: kondisi capek karena sangat sibuk
  • Loak: Payah, jelek, berantakan. “Loak kali kawan itu sekarang.”
  • Lobe: kopiah; topi haji
  • Lobok: kedodoran; kebesaran
  • Locak: kalah terus menerus
  • Longoh/longor: bodoh, tolol
  • Lorong: gang.
  • Main-main: istilah untuk jam istirahat sekolah
  • Mancis: korek api gas
  • Mandi: teh manis dingin; es teh manis
  • Manipol: akronim Mandailing polit. Ejekan untuk orang yang pelit.
  • Masuk angin: melempem –khusus makanan--
  • Melalak: pergi tanpa kejelasan tujuan
  • Mencong: miring
  • Mengkek: manja
  • Mentel: centil; genit
  • Mentiko: belagu, merasa paling hebat, suka cari masalah
  • Merajuk: ngambek
  • Mereng: miring
  • Merepet: mengomel
  • Merling: mengkilap
  • Mersi: mereng sikit, setengah pesong, setengah gila
  • Minyak: bensin. “Patutlah mogok, habis pulak minyaknya.”
  • Minyak lampu: minyak tanah
  • Minyak makan: minyak goreng
  • Monja/monza: gerai pakai bekas impor. –berasal dari zona bursa pakaian bekas di jalan Monginsidi, yang diplesetkan menjadi Mongonsidi Plaza.
  • Motor: mobil
  • Molong: sodomi
  • Nampak: Terlihat, kelihatan.
  • Nembak: kabur tak bertanggungajawab. “Habis makan, nembak kawan tu.”
  • Ngeten: mengintip
  • Nokoh: menipu. “Nokoh aja dia kerjanya,” menipu saja kerjanya dia.
  • Nungkik: nungging; turun tajam; muntah nungkik: muntah sejadi-jadinya.
  • Orang itu: mereka. “Kemana pula orang itu, rame-rema naik kereta.”
  • Orang rumah: istri
  • Oyong: limbung, keleyengan
  • Pajak: pasar. Pajak Petisah, Pajak Sambas
  • Pakcik: om; adik ayah/ibu
  • Pakpok: impas; balik modal/pokok
  • Pala: terlalu. “Gak pala jelas suaranya.”
  • Palak: kesal, marah
  • Palar: demi, dibela-belain
  • Panas: demam/marah. “abis hujan, si bontot panas lagi” / “Bos besar lagi panas, kalah dia di tender itu”
  • Panglong: toko bangunan
  • Pangkas: sebutan untuk potong rambut
  • Pante: pinggiran apapun yang yang berair baik dari sungai, waduk, danau laut apalagi laut. “Pantai tenda biru di Ajibata Danau Toba”. “Pantai buaya di sungai Bah Bolon”.
  • Paret: got besar, parit
  • Pasar: jalan
  • Pasar hitam: jalan aspal/jalan besar
  • Paten: bagus, hebat
  • Patentengan: belagu; bayak lagak
  • Paok: bodoh
  • Payah: susah. “Soal ujiannya payah kali.”
  • Pekak: tuli
  • Pekong: pecah kongsi
  • Pencorot: nomor terakhir: pecundang
  • Pening: pusing kepala
  • Pengkor: tangan/kaki yang bengkok karena cacat
  • Perli: menggoda; pendekatan untuk menjadi pacar
  • Perei: Libur
  • Pre: gratis
  • Pesong: tidak waras
  • Pinggir: minggir. --Meminta supir angkot berhenti-- “Pinggir Bang”
  • Pinomat: setidaknya; paling tidak, minimal
  • Piul: menipu, omong kosong
  • Pokok: pohon
  • Ponten: nilai
  • Porlep: porter
  • Pukimak/pukimbek: kelamin mamak (ungkapan caci maki yang amat kotor/kasar)
  • Pulak: pula
  • Pulut: ketan
  • Pusing: keliling. Pusing-pusing: keliling-keliling
  • RBT: ojek -singkatan dari Rakyat Banting Tulang--
  • Raun-raun/Raon-raon: jalan-jalan, keliling-keliling kota
  • Reket: raket
  • Rupanya: ternyata
  • Recok: berisik
  • Rodam: siksa
  • Rol: mistar, penggaris
  • Rusuh: grasa-grusu
  • Santing: tinggal sedikit, kritis
  • Sarap: tidak waras: sakit jiwa: gila
  • Sebeng: serempet
  • Sedeng: gila, sinting
  • Seee, seee: --seperti-- cieee... cieee
  • Seje: bohong
  • Seken: salaman
  • Sekutil: secuil, sedikit sekali
  • Selemak: belepotan; comat-comet (cairan/pasta)
  • Selop: sandal
  • Selow: slow, lambat
  • Semak: berantakan, tak terurus. “Bersihkan tempat tidurmu, semak kali kutengok.”
  • Sempak: celana dalam
  • Semalam: Kemarin (Semalam pagi : kemarin pagi, semalam sore; kemarin sore; semalam malam: kemarin malam)
  • Sendaren: layang-layang betina, besar, berekor panjang tidak untuk diadu, biasanya ada alat yang menghasilkan suara.
  • Sengak: ketus
  • Senget: gila
  • Sepeda janda: sepeda ontel versi perempuan
  • Sekolah: gadai “Biar sekolah dulu cincin emas ini”
  • Setil: gaya, keren
  • Setip: penghapus
  • Setrap: dihukum berdiri di depan kelas
  • Sewa: penumpang “sopir ngetem tunggu sewa”
  • Siap: selesai
  • Sikit: sedikit
  • Silap: keliru, salah, khilaf
  • Simpang: pertigaan atau perempatan jalan
  • Somboy: buah kering asinan cina, rasanya asam berwarna merah
  • Sor/sur: suka
  • Stedy: keren
  • Sudako: angkot (pintu penumpang bukan di samping tapi di belakang)
  • Suka(k): Sering/terserah “Akhir tahu sukak hujan disini”; “Sukak kau lah, aku ikut saja”.
  • Tahapahapa: entah apa-apa. Merujuk pada orang yang susah dipahami perbuatan atau perkataannya. “Tahapa-hapalah kawan tu cakap. Gak ngerti aku.”
  • Tarok: letakkan
  • Tebodoh/Tepaok: terbengong-bengong
  • Tebuntang-buntang: jatuh terlentang-tengkurap berulang-kali
  • Teh: air putih
  • Teh tong: teh tawar
  • Teh manis dingin (mandi): es teh manis
  • Tes: teh es
  • Telekung: mukena
  • Tekek: jitak
  • Tenggen: mabok
  • Tengkar: beradu, berselisih
  • Tepos: bokong rata
  • Tepung roti: tepung terigu
  • Teratak: tenda untuk acara di luar rumah
  • Terei: coba (try)
  • Terge: peduli. “Sombong kali dia, gak ditergenya mamak tadi, lho.”
  • Teronggok: tertumpuk.
  • Terotak: terngiang; terfikirkan
  • Tekongan: tikungan
  • Tengok: lihat; perhatikan. “Tengoklah dulu, jangan cuma bilang tak ada.”
  • Teksas: sifat koboy; nekat; seradak-seruduk
  • Titi: jembatan
  • Toke: tauke, majikan, pedagang Tionghoa
  • Tokoh/Nokoh: tipu/menipu
  • Tokok: jitak; memaku “Tokok kepalaku kalau aku nipu”; “tokokkan dulu lukisan itu ke dinding”
  • Tonggek: bokong besar/montok
  • Toyor: pukul
  • Tunjang: tendang
  • Tukam: takziah
  • Tumbang: jatuh (bisa sakit atau kalah).
  • Tumbok/Tumbuk: pukul
  • Tungkik: teler, kotoran/cairan telinga; --umpatan untuk orang yang dianggap tuli karena terlalu banyak kotoran di telinganya. “Tungkik kurasa dia.”
  • Ubi: singkong
  • Ulok: cerita yang dibesar-besarkan, membual
  • Umbang: sanjung
  • Uwak/wak: sebutan buat orang yang sudah tua
  • Wak Geng: ketua geng, bos premannya
  • Wak Labu: -julukan- orang sok yang banyak gaya
  • Wayar: Kabel

Akronim

Dialek Medan tidak menyukai kosa kata yang bertele-tele, selalu ada usaha untuk mempersingkat;

  • Limper: lima perak, dulu dipakai untuk uang logam pecahan Rp 5
  • Limpul: lima puluh perak, Rp. 50,-
  • Limrat: lima ratus, Rp. 500,-
  • Cepek: seratus, Rp. 100.-
  • Gopek: lima ratus, Rp. 500,-
  • SM Raja = Sisingamangaraja
  • THH = entah apa-apa

Frasa

beberapa frasa penting dalam Dialek Medan

  • Ajang ambe: kepentingan saya; lapak saya
  • Bos cewek: ibu
  • Bos cowok: bapak
  • Buka dasar: penglaris -penjualan pertama-
  • Berak malam: kesulitan mendadak, kritis mendadak
  • Cakap kotor: bicara tidak senonoh
  • Pecah telur: penjualan pertama
  • Pecah di perut: jaga rahasia untuk diri sendiri
  • Bukan Kaleng-kaleng: bukan sembarangan
  • Belanda minta tanah: serakah dan tidak tahu diri
  • Cari pasal: membuat gara-gara
  • Digonikan: dibunuh lalu dimasukan ke karung goni
  • Dikorankan: disiarkan di koran -bernuansa dipermalukan dengan dipublikasikan dikoran--
  • Jumpa Tengah: titik netral
  • Kodam dua: istri kedua
  • Kurang bulan: tidak normal -idiot-
  • Kerepak peak: (makian/ejekan) ancur-ancuran
  • Laga Kambing: tabrakan pas kepala bertemu kepala
  • Lari Malam: pergi menghilang diam-diam.
  • Ngeri-ngeri sedap: mengkhawatirkan tetapi menyenangkan; takut tapi berani.
  • Masuk barang itu: ungkapan bahwa yang ditunggu datang/sampai
  • Main Alip: suka sembunyi, mencari lengah.
  • Main Kali: bagus sekali
  • Main Kita?: ajakan berkelahi
  • Preman Lontong: lemes tidak garang; preman yang klemak-klemek
  • Sebelas-duabelas: mirip
  • Tak bisa bilang pisang: tidak bisa bicara apa-apa lagi, terdiam

“APA” Satu Kata Banyak Makna

Dialek Medan menggunakan satu kata dengan makna beragam. Kata tersebut adalah “APA”. Tentu saja pemaknaannya sangat bergantung kepada konteksnya.

Contoh,

“Eh, apa..! cok ko apakan dulu apanya itu, biar apa sikit. Tapi jangan apa kali, nanti apa pulak dia”

Bisa jadi kasusnya adalah, seorang ibu meminta tolong kepada anaknya yang sudah besar untuk mengurangi level putaran kipas angin yang sedang mengarah kepada adiknya agar tidak membuat adiknya masuk angin.

“Eh, apa..! (eh bang... si ibu lupa nama anaknya yang besar, atau hanya ada anak yang besar itu saja di deket si ibu) cok ko (coba kamu) apakan (kecilkan) dulu apanya itu (kipas angin itu – tentu kipas angin sedang berputar terlalu kecang), biar apa (berkurang kecepatannya) sikit (sedikit). Tapi jangan apa (kecil) kali , nanti apa (terbangun) pulak dia”

Contoh

“Apanya kemana ne?”

Bisa jadi situasinya adalah seorang ayah bertanya kepada anggota keluarganya denan memegang botol saus tanpa tutup, “Apanya kemana ne?”

Contoh

“Cok apakah dulu apa ini”.

Bisa jadi situasinya adalah, seorang ibu meminta tolong kepada anaknya sambil menunjukkan kaleng sarden dan pembuka kalengnya, “Cok apakah dulu apa ini”.~~~~


Referensi

  1. ^ "Ini Kamus Bahasa Medan yang Perlu Kamu Ketahui". kumparan. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  2. ^ "Kata-kata 'aneh' ini cuma orang Medan yang tahu artinya". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-30. 
  3. ^ nefan (2020-07-01). "Bahasa Medan Bukan Batak, Ini Contohnya". Minews ID. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  4. ^ "Berita Bahasa Medan Terbaru Hari Ini - Grid.ID". www.grid.id. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  5. ^ Molana, Datuk Haris. "Surat Lamaran Kerja 'Anak Medan' Viral, Begini Analisis Gaya Bahasanya". detiknews. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  6. ^ admin. "Ini Bahasa Medan, Bung! (1) | Balai Bahasa Sumatera Utara" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-30. 
  7. ^ Sabtu; Juli 2020, 18 Juli 2020 12:47 WIB 18; Wib, 12:47 (2020-07-18). "Yuk Belajar Bahasa Medan Ala Warganet TikTok | INDOZONE SUMUT". indozone.id. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  8. ^ SeMedan.com (2016-02-10). "Kamus Istilah Bahasa Medan, Lengkap Terbaru Unik Lucu (1)". SeMedan.com. Diakses tanggal 2020-09-30. 
  9. ^ admin. "Ini Bahasa Medan, Bung! (1) | Balai Bahasa Sumatera Utara" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-30. 
  10. ^ SeMedan.com (2016-02-10). "Kamus Istilah Bahasa Medan, Lengkap Terbaru Unik Lucu (1)". SeMedan.com. Diakses tanggal 2020-09-30.