Amien Rais

Ketua majelis Syuro Partai Ummat Indonesia ke-1
Revisi sejak 1 Oktober 2020 11.35 oleh Argo Carpathians (bicara | kontrib) (Update dan cleanup.)

Dr. H. Muhammad Amien Rais (lahir 26 April 1944) adalah politikus asal Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Ketua MPR untuk periode 1999 sampai 2004. Jabatan tersebut dipegangnya sejak dirinya dipilih oleh MPR hasil pemilu 1999. yang digelar pada bulan Oktober 1999.

Amien Rais
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-11
Masa jabatan
1999–2004
Presiden
Sebelum
Pendahulu
Harmoko
Sebelum
Ketua Umum Partai Amanat Nasional ke-1
Masa jabatan
1998–2005
Sebelum
Pendahulu
tidak ada; jabatan baru
Sebelum
Daftar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-12
Masa jabatan
1995–1998
Informasi pribadi
Lahir26 April 1944 (umur 80)
Surakarta, Jawa Tengah
KebangsaanIndonesia
Partai politik
Suami/istriKusnasriyati Sri Rahayu
Hubungan
Anak
PekerjaanPolitikus
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia sebagai salah satu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa kekuasaan Presiden B. J. Habibie, dirinya ikut mendeklarasikan pendirian Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN sejak partai tersebut berdiri sampai tahun 2005. Amien mendirikan Partai Ummat pada bulan Oktober 2020.

Awal karier

Lahir di Solo pada 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam keluarga aktivis Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1969), ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun 1984 dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Kembali ke tanah air, Amien kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Mada sebagai dosen. Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi.

Terjun ke politik

 
Amien Rais dan Abdurrahman Wahid berdiskusi saat sidang MPR 1999.

Akhirnya setelah terlibat langsung dalam proses reformasi, Amien membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998 dengan platform nasionalis terbuka. Ketika hasil pemilu 1999 tak memuaskan bagi PAN, Amien masih mampu bermain cantik dengan berhasil menjadi ketua MPR.

Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon presiden tetapi kalah dan hanya meraih kurang dari 15% suara nasional.

Pada 2006 Amien turut mendukung evaluasi kontrak karya terhadap PT. Freeport Indonesia. Setelah terjadi Peristiwa Abepura, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar secara tidak langsung menuding Amien Rais dan LSM terlibat dibalik peristiwa ini. Tapi hal ini kemudian dibantah kembali oleh Syamsir Siregar.[1]

Pada Mei 2007, Amien Rais mengakui bahwa semasa kampanye pemilihan umum presiden pada tahun 2004, ia menerima dana non bujeter Departemen Kelautan dan Perikanan dari Menteri Perikanan dan Kelautan, Rokhmin Dahuri sebesar Rp 200 juta. Ia sekaligus menuduh bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya turut menerima dana dari departemen tersebut, termasuk pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang kemudian terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.[2][3]

Kehidupan pribadi

Amien Rais menikah dengan Kusnasriyati Sri Rahayu. Dari pernikahannya, Amien dikaruniai lima orang anak, yaitu Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia, dan Ahmad Baihaqi.

Tanggal 8 Oktober 2011 putera Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais, menikah dengan Futri Zulya Safitri, puteri dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan.[4]

Kontroversi

Bulan Juni 2017 nama Amien Rais disebut oleh jaksa KPK dalam persidangan tindak pidana korupsi dengan terdakwa Siti Fadilah Supari. Dalam surat tuntutan jaksa, sejumlah uang yang diterima sebagai keuntungan pihak swasta juga mengalir ke rekening Amien Rais. Awalnya, pada September 2005, Siti beberapa kali bertemu dengan Direktur Utama PT Indofarma Global Medika dan Nuki Syahrun, selaku Ketua Soetrisno Bachir Foundation (SBF). Nuki merupakan adik ipar Soetrisno Bachir. Menurut jaksa, berdasarkan fakta persidangan, penunjukan langsung yang dilakukan Siti terhadap PT Indofarma merupakan bentuk bantuan Siti terhadap Partai Amanat Nasional (PAN). Pengangkatan Siti sebagai Menteri Kesehatan merupakan hasil rekomendasi Muhammadiyah.[5] Tak lama kemudian, Soetrisno Bachir memberikan klarifikasi bahwa Amien Rais tidak ada hubungannya dengan kasus korupsi yang sedang ditangani KPK, sehingga diduga menjadi alasan mengapa Amien Rais tidak pernah dipanggil KPK.[6][7]

Referensi

Jabatan politik
Didahului oleh:
Harmoko
Ketua MPR
1999—2004
Diteruskan oleh:
Hidayat Nur Wahid
Didahului oleh:
tidak ada; jabatan baru
Ketua Umum PAN
1998—2005
Diteruskan oleh:
Soetrisno Bachir
Jabatan organisasi Islam
Didahului oleh:
K.H.A. Azhar Basyir, M.A.
Ketua Umum Muhammadiyah
1995—1998
Diteruskan oleh:
Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif