Bahasa Madura

bahasa Melayu-Polinesia yang dituturkan di pulau Madura

Bahasa Madura (Bhâsa Madhurâ) adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 14 juta orang, dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan. Bahasa Kangean, walau serumpun, dianggap bahasa tersendiri.

Bahasa Madura
BPS: 0091 4
Bhâsa Madhurâ
WilayahPulau Madura, Pulau Sapudi, Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembu, Wilayah Tapal Kuda Jawa Timur
Penutur
13.600.000 (sensus 2000)
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[1]

Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa (usang) Lihat butir Wikidata
aksara Carakan,
aksara Arab (Pegon),
aksara Latin
Kode bahasa
ISO 639-2mad
ISO 639-3mad
Glottolognucl1460[2]
IETFmad
BPS (2010)0091 4
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Madura dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [3]
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Madura
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 7°0′0.000″S 113°30′0.000″E / 7.00000000°S 113.50000000°E / -7.00000000; 113.50000000 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun, kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah tidak menguasai bahasa asli mereka.

Fonologi

Bahasa Madura memiliki 6 vokal, 31 konsonan, dan 3 diftong[4].

Vokal

Vokal dalam bahasa Madura disebut keccap. Bahasa Madura memiliki 6 vokal antara lain /a/, /i/, /u/, /ɛ/, /ə/, dan /ɔ/[4].

Vokal dalam bahasa Madura[4]
Posisi lidah Depan Pusat Belakang
Tinggi /i/ /u/
Tengah /ɛ/ /ə/ /ɔ/
Rendah /a/

Keenam vokal tersebut memiliki alofon antara lain:

  • Vokal /i/ memiliki tiga alofon yaitu [i], [I], dan [ĩ].
    • Vokal /i/ umumnya dilafalkan [i]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: iyâ 'ya', bighi 'biji', ghili 'alir', jâdiya 'di sana', dan mandhi 'manjur'), mau pun pada suku tertutup (seperti pada kata: birjhi' 'hitung', bhalik 'balik', jhilit 'lem, jilid', dan ghilir 'gilir').
    • Vokal /i/ yang dilafalkan [I] hanya dapat dijumpai pada kata yang merupakan unsur serapa dari bahasa Indonesia, seperti: usir 'usir', kasir 'kasir', muŋkin 'mungkin', dan gabin 'kue gabin'.
    • Vokal /i/ yang dilafalkan [ĩ] penggunaannya hanya terbatas pada kata ĩyãs 'rias', dan ĩyã' 'inilah'.
  • Vokal /ɛ/ memiliki tiga alofon, yakni [e], [ɛ], dan [ẽ].
    • Vokal /ɛ/ pada umumnya dilafalkan [ɛ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: ɛlaŋ 'hilang', ɛŋa' 'ingat', ɛssɛ 'isi' dan bhərsɛ 'bersih'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: pɛnta 'pinta', lɛmpɔ 'payah', ñɛccɛŋ 'terlalu kecil (untuk pakaian)', bhâlliTTɛ' 'buka (untuk kulit atau mata)', dan kalattɛŋ 'gelantung').
    • Vokal /ɛ/ yang dilafalkan [e] hanya dijumpai pada beberapa kata yang merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata lottre 'lotre', sate 'sate', dan sore 'sore'.
    • Vokal /ɛ/ yang dilafalkan [ẽ] penggunaannya sangat terbatas, seperti pada kata ãẽŋ 'air'.
  • Vokal /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaktu [ə] dan hanya terdapat pada suku tertutup (seperti pada kata əmbhuk 'kakak perempuan', ghəllu' 'peluk', jhəmmɔr 'jemur', dan bərri' 'beri'. Tidak pernah terdapat pada suku terbuka.
  • Vokal /a/ mempunyai tiga alofon, yakni [a], [â], dan [ã].
    • Vokal /a/ dilafalkan [a] apabila bergabung dengan konsonan takbersuara (c, f, h, k, m, n, ŋ, ñ, p, q, t, T, dan s) atau bergabung dengan [y], [l], [r], dan [w] baik pada suku sebelumnya berupa konsonan takbersuara atau vokal [a], [ɛ], [ɔ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: passra 'tunduk, menerima pada adanya', sassa 'cuci', kala 'kalah', marɛ 'selesai', dan bhuŋa 'bahagia'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: maŋmaŋ 'ragu-ragu', maŋkat 'berangkat', añar 'baru', kanca 'teman', dan landu' 'cangkul').
    • Vokal /a/ dilafalkan [â] apabila bergabung dengan konsonan bersuara [b, bh, d, dh, D, Dh, g, gh, j, dan jh], bergabung dengan [y], [l], [r], [w] yang suku sebelumnya berupa konsonan bersuara atau vokal [i], [u], [â]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: bhâlâ 'famili', bârâ 'bengkak', Diyâ '(di) sini', dhuwâ 'doa, jampi-jampi', dan DhâDhâ 'teledor'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: bhâtbhât 'tarik keras dan kasar', DhâkDhâk 'ketuk dengan keras', ghâmbhâr 'gambar', dan bâDDhâ 'wadah, tempat').
  • Vokal /u/ memiliki dua alofon, yakni [u] dan [U].
    • Vokal /u/ pada umumnya dilafalkan [u]; baik pada suku kata terbuka (seperti pada kata: jhujhu 'turuti', bhukɔ' 'selimut', paddhu 'pojok', dan ghâru 'garuk'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: jhumbu' 'jumput, ambil sedikit', jhuŋjh 'jungjung', dan gheddhur 'lunglai, lemah').
    • Vokal /u/ yang dilafalkan [U] hanya dijumpai pada beberapa kata yang pada umumnya merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata usUl 'usul', udUr 'udzur', sabUn 'sabun', dan ma'lUm 'maklum'.
  • Vokal /ɔ/ memiliki tiga alofon, yakni [o], [ɔ], [õ].
    • Vokal /ɔ/ pada umumnya dilafalkan [ɔ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: mɔlɛ 'pulang', mɔñɛ 'bunyi', sɔrɔ 'suruh, pɔrɔ 'luka, borok', dan sɔsɔ 'buah dada'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: kɔncɔ' 'pucuk, ujung', pɔ'pɔ' 'senyampang, mumpung', bhiŋɔŋ 'bingung', dhâlmɔs '(pe)malas', dan lɔmbhu' 'lumbung').
    • Vokal /ɔ/ yang dilafalkan [o] hanya dijumpai pada beberapa kata yang pada umumnya merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata lottre 'lotre', foto 'foto', sore 'sore', dan soto 'soto'.
    • Vokal /ɔ/ yang dilafalkan [õ] penggunaannya sangat terbatas, seperti pada kata õwã' 'asap'.

Konsonan

Bahasa Madura memiliki 31 konsonan, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, /k/ /q/, /'/, /b/, /d/, /D/, /j/, /g/, /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/, /f/, /s/, /š/, /z/, /x/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /l/, /w/, dan /y/. Pasangan konsonan lambat /p/-/b/-/bh/; /t/-/T/-/d/-/D/-/dh/-Dh/; /c/-/j/-/jh/; dan /k/-/q/-/g/-/gh/ selain memiliki perbedaan pada daerah artikulasinya, juga memiliki kesamaan dalam pembentukannya, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, dan /k/ dibentuk dengan pita suara tak bergetar; /b/, /d/, /D/, /j/, /g/ dibentuk dengan suara tak bergetar; sedangkan /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/ dibentuk dengan pita suara bergetar dan beraspirasi[4].

Ketiga puluh satu konsonan dalam bahasa Madura tersebut semuanya merupakan fonem. Sebab, antara [k] dengan [ʔ] dan antara konsonan takberaspirasi ([b], [d], [D], [g], [j]) dengan konsonan beraspirasi ([bh], [dh], [Dh], [gh], [jh]) serta antara [t] dengan [T] merupakan fonem-fonem yang berbeda[4].

Dalam bahasa Madura, [ʔ] di samping merupakan fone, yang berbeda dengan [k], distribusinya tidak hanya pada suku ultima tetapi juga ada yang berposisi pada suku penultima dan di antara dua vokal. Contoh pasangan minimal antara [k] dan [ʔ] antara lain dârâk 'jerit' dan dârâʔ'sobek', kaTɔk 'bersinggungan' dan kaTɔʔ 'celana dalam', lɔklak 'goyah, rusak' dan ʔlaʔ 'cadel', ɔlɔk 'panggil' dan ɔlɔʔ 'lunglai', serta pakaʔ 'masam' dan paʔaʔ 'tatah (alat untuk melubangi kayu)'[4].

Pasangan minimal yang menunjukkan bahwa antara konsonan takberaspirasi dengan konsonan beraspirasi yang merupakan fonem yang berbeda misalnya:

  • Contoh pasangan minimal [b] dan [bh]: bâjâ 'saat, waktu' dan bhâjâ 'buaya', bârâ 'bengkak' dan bhârâ 'paru-paru', bâu 'bau, basi' dan bhâu 'pundak', lambâ' 'dahulu kala' dan 'lambhâ' 'dermawan', serta tambâ 'tambah' dan tambhâ 'obat'.
  • Contoh pasangan minimal [d] dan [dh]: dâdâ 'dada' dan dhâdhâ 'teledor', dâpa' 'sampai' dan dhâpa' 'telapak', dârâ 'darah' dan dhârâ 'merpati', serta mandi 'mandi' dan mandhi 'manjur'.
  • Contoh pasangan minimal [g] dan [gh]: bâgi 'bagi' dan bhâgi 'berikan', laŋgâr '(me)langgar' dan lanŋghâr 'surau', serta oŋgu' 'angguk' dan ghu' 'alat pencabut jenggot'.
  • Contoh pasangan minimam [dh] dan [Dh]: addhu 'adu' dan adDhu 'serasi'. Sedangkan contoh pasangan yang mirip ɔddh 'cabut' dan kɔDDh 'mengkudu' serta ghâdhâ 'pentungan, alat pemukul' dan ghâDhu 'dimakan tanpa nasi'.
  • Contoh pasangan minimal [j] dan [jh]: jâ 'saat, waktu' dan bhâjhâ 'baja', jâi 'kakek' dan jhâi 'jahe', gâ 'jaga' dan 'jhâghâ 'bangun', serta laju 'kusam, lama' dan lajhu 'cepat, tiba-tiba'.
  • Contoh pasangan minimal [t] dan [T]: ghəntɔŋ 'alu' dan ghənTɔŋ 'gentong, tempat air', katɔk 'keterlaluan' dan kaTɔk 'bersinggungan', məttɛk 'sangat tinggi' dan mətTɛk 'memetik', patɛ 'kematian, seberapa' dan paTɛ 'santan'.

Semua konsonan dalam bahasa Madura dapat berposisi di awal suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua, kecuali konsonan glotal stop (/ʔ/) yang hanya dapat berposisi di akhir suku. Semua konsonan dalam bahasa Madura tidak dapat berposisi di tengah suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua. Konsonan dalam bahasa Madura yang dapat berposisi pada akhir suku tertutup antara lain /b/, /d/, /c/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/, /p/, /r/, /s/, /t/, /D/, /T/, /ʔ/, /x/, /z/, dan /y/, sedangkan konsonan yang tidak dapat berposisi pada akhir suku adalah /bh/, /dh/, /Dh/, /gh/, /jh/, /ñ/, /q/, /w/, dan /š/.

Konsonan dalam bahasa Madura[5]
Labial Dental/alveolar Retrofleks Palatal Velar Glottal
stop:
voiceless p t c k ʔ
vl aspirated ph th h ch kh
voiced b d ʝ g
Sengau m n ɲ ŋ
Frikatif (f) s (h)
Likuida l, r
glide (w) (j) (w)

Diftong

Dalam bBahasa Madura terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /ɔy/, dan /uy/. Diftong /ay/ memiliki dua alofon, yakni [ay] dan [ây]; sehingga ada beberapa linguis berpendapat bahwa dalam bahasa Madura terdapat empat diftong, yakni /ay/, /ây/, /uy/, dan /ɔy/[4].

Diftong dalam bahasa Madura tidak hanya terdapat pada suku ultima, tetapi juga terdapat pada suku penultima. Contoh pemakaian diftong pada suku ultima antara lain tapay 'tape', kəppay 'kipas', bârâkay 'biawak', ghâbây 'buat, pesta', aŋghây 'orong-orong', lɛmbây 'lembai', kɔmpɔy 'cucu', apɔy 'api', sɔrɔy 'sisir', tamɔy 'tamu', dan kərbhuy 'kerbau'. Contoh pemakaian diftong pada suku penultima antara lain ñayñay 'lembek, terlalu banyak air', paypay 'lunglai', dan lɔylɔy 'penat'[4].

Fonotaktik

Fonotaktik dalam bahasa Madura jauh lebih kompleks jika dibandingkan fonotaktik bahasa Indonesia. Maka dari itu, jika dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia hanya dibahas masalah deretan vokal, dalam bahasa Madura juga harus diuraikan mengenai penggabungan vokal-konsonan.

Deretan Vokal

Deretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:

Deretan vokal bahasa Madura
Deret Kata
/i i/ pandi'i (mandikan), bâli'i (ulangi), berri'i (berilah)
/i â/ mandiâ (akan mandi), abâliâ (akan kembali)
/i u/ dhiyuk (doyong), bhiyuk (berduyun), ngasiyut (berkelebatan)
/ɛ ɛ/ talè'è (ikat), nangalè'è (melihat), tolè'è (tolehlah)
/ɛ a/ alakèa (akan bersuami), molèa (akan pulang)
/ɛ ɔ/ pèyo' (cicit), rèot (miring), ngalèyor (lunglai)
/a a/ lopa'a (hampir lupa), asakola'a (akan bersekolah), sa'ang (merica)
/a ɛ/ paè' (pahit), laèp (sengsara), laèn (lain)
/a ɔ/ pao (mangga), lao' (selatan), saong ((di)sandang(kan))
/â â/ abâlâ'â (akan mengatakan), bârâ'â (akan bengkak)
/â i/ jhâi (jahe), bâi' (biji), dâi (dahi)
/â u/ bâu (bau, basi), jhâu (jauh), dâun (daun)
/u u/ dhu'um (bagikan), du'ung (tolol), bu'u' (bubuk)
/u â/ buwâ (buah), jhuwâl (jual), buwâng (buang)
/u i/ buwi (bisu), ambui (hampiri), jhâui (jauhi)
/ɔ ɔ/ so'on (junjung), ro'om (harum), ko'ong (sebatang kara)
/ɔ ɛ/ kowèr i(cutik), sapoè (sapulah), topoè (tutupi)
/ɔ a/ powa (lunak), lowang (berkurang), rowa (itu)

Berdasarkan deretan vokal di atas bisa dilihat bahwa /i/ hanya dapat diikuti atau berdert dengan /i/, /u/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɛ/ hanya dapat diikuti oleh /ɛ/, /a/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal /ə/ tidak pernah terdapat dalam deretan vokal, tidak dapat diikuti oleh vokal. Vokal [a] hanya dapat berderet dengan [a], /ɛ/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal [â] hanya dapat berderet denga [â], /i/, dan /u/; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /u/ hanya dapat berderet dengan /u/, /i/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɔ/ hanya dapat berderet dengan /ɔ/, [a], dan /ɛ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Dengan demikian, deretan vokal yang lazom dalam bahasa Madura adalah: /i-i/, /i-u/, /i-â/, /ɛ-ɛ/, /ɛ-a/, /ɛ-ɔ/, /a-a/, /a-ɛ/, /a-ɔ/, [â-â], /â-i/, /â-u/, /u-u/, /u-â/, /u-i/, /ɔ-ɔ/, /ɔ-a/, dan /ɔ-ɛ/[6].

Deretan konsonan

Deretan dua konsonan yang umum ditemui dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:

Deretan konsonan bahasa Madura
Deret Kata
/mm/ kemma (mana), dhâmmang (ringan), rammè (ramai)
/mp/ lampet (bekas), lèmpèt (gilas), lampèn (alas)
/mb/ tambâ (tambah), tambi' (bawa), tombu (tumbuh)
/mbh/ tambhâ (obat), tèmbhâng (timbang), sombhâng (sumbang)
/nn/ kennèng (kena), bânnè (bukan), ghenna' (lengkap)
/nD/ landu' (cangkul), tatandung (tersandung), ngandung (hamil)
/nd/ landâur (raksasa)
/ndh/ dhindâk (langkah), mandhi (mujarab), candhu (candu)
/nDh/ candhâk (candak), pandhi (pandai besi), sandhing (sanding)
/nt/ santa' (cepat), dântè' (tunggu), bhântèng (banting)
/ñc/ lañcèng (perjaka), pañcèng (pancing), kañca (teman)
/ñj/ manjâ (manja)
/ñjh/ ghâñjâ (remaja, birahi), lañjhâng (panjang), oñjhâng (undang)
/ŋŋ/ langngoy (renang), langngè' (langit), sengnga' (sengat, bisa)
/ŋk/ angka' (angkat), cangka (cabang), pengko (kaku, angkuh)
/ŋg/ anggâ' (pongah), onggu' (angguk)
/ŋgh/ sangghup (sanggup), angghep (anggap), ongghu (sungguh)
/ŋs/ sangsara (sengsara), nyangsang (tersangkut), rèngsa (terbebani)
/rr/ kerra' (iris), berrâ' (berat), gherrâ (kaku)
/rb/ korbâ (bilas), orbut (cabut), ngarbu (berdebu)
/rbh/ terbhâng (rebana), serbhuk (serbuk), kerbhuy (kerbau)
/rd/ sordep (redup), mardâ (bara api), ghârdu (gardu)
/rj/ karjâ (selamatan)
/rjh/ terjhâk (terjang, injak), birjhi' (hitung)
/rgh/ alghung (dahaga), arghâ (harga), sarghep (sergap)
/rc/ burca (bisul di kepala), karcang (jarang), larcèng (kurus)
/rt/ berta (berita), arta' (kacang hijau), mertè (memperhatikan)
/rk/ morka' (mata bola), berka' (lari), torkop (tinju)
/rl/ perlak (alas plastik), parlo (perlu)
/rs/ morsal (menyimpang), korsè (kursi), bhersè (bersih)
/rp/ lèrpek (duduk di tanah), gherpas (pukul), korpèng (kobak)
/rn/ cornè (intip), mornang (bernanah), bârna (warna)
/rm/ sarmo (kenal baik), kormen (cambak, cakar), dhurmas (bilas)
/rñ/ ngernyap (kilap), nyornyor (lembek), ngornyang (berkilau)
/ss/ possa' (penuh), mossè' (banyak gerak), massa' (masak)
/st/ pastè (pasti), ghustè (gusti), asta (kuburan keramat)
/sp/ nèspa (nista), malespes (jadi kurus)
/kk/ bukka' (buka), lekko (keruh), lekkas (cepat)
/kt/ bhuktè (bukti), bhâktè (bakti), saktè (sakti)
/ks/ saloksak (geledah), dhuksak (rusak parah), parèksa (periksa)
/ʔl/ po'lot (potlot), to'lo (rentenir), lo'la (cadel)
/ʔr/ ma'rèpat (mata)
/ll/ bellâ (pecah), ghellâ' (tadi), bâllu' (delapan)
/lb/ bilbâl (meleset), salbut (kacau), salbing (robek-robek)
/lbh/ salbhâk (terkam), ngelbhâk (terengah), telbhus (gedebuk)
/lgh/ bâlghem (bengkak), tadhâlghep (terantuk)
/ls/ salsal (ruwet), melsat (terlepas), ghâlsat (tergores)
/lt/ alto' (ciprat), peltèng (gentong kecil), belta (bibit tanaman)
/lp/ alpo' (lapuk), salpa' (tepat), talpos (hancur berantakan)
/lk/ pelko' (lipat), pelka' (haus), dhâlko' (bangau)
/cc/ cacca (cacah), kecca (becek), bâcco (basuh)
/tt/ tatta' (tetak), matta (mentah), tèttè (tempa)
/TT/ ketthok (potong), pettèk (petik), ketthang (monyet)
/pp/ keppay (kipas), loppa (lupa), gheppa' (tepuk)
/bb/ sebbâk (luka lebar)
/bbh/ sebbhit (sobek), sebbhut (sebut), lebbhâ' (lebat)
/ddh/ seddhi (sedih), beddhi (pasir), keddhâng (pisang)
/ggh/ begghâ (rendam), nogghâ (terjangkau), legghâ (lega, luas)
/jjh/ sajjhâi (sengaja), rajjhâ (makmur), sakejjhâ' (sebentar)

Dari daftar deret konsonan di atas:

  • yang paling sering berada dalam deretan adalah /r/, /l/m dan konsonan nasal
  • yang paling menonjol adalah terdapatnya bunyi kembar atau geminasi antara fonem akhir suku sebelumnya dengan fonem awal suku sesudahnya.

Hampir semua kata dalam bahasa Madura mengandung geminasi, baik yang berupa bentuk dasar maupun yang terjadi sebagai akibat dari prises sufiksasi[6].

Penggabungan Vokal dan Konsonan

Bahasa Madura memiliki keunikan berupa kaidah penggabungan antara vokal dan konsonan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut yaitu:

  1. Vokal [a], [ɛ], dan [ɔ] hanya dapat bergabung dengan konsonan takbersuara (/c/, /f/, /k/, /h/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /p/, /q/, /t/, /T/) kecuali konsonan geser (/s/) yang karena proses afiksasi, pada akhir suku ultima dapat bergabung dengan vokal [â].
  2. Vokal [i], [u], [â] hanya dapat bergabung dengan konsonan bersuara (/b/, /bh/, /d/, /dh/, /d/, /dh/, /D/, /Dh/, /g/, /gh/, /j/, /jh/).
  3. Vokal [ə] dapat bergabung dengan semua jenis konsonan
  4. Semi-vokal (/y/ dan /w/), konsonan getar (/r/), dan konsonan sampingan (/l/) dapat bergabung dengan semua jenis konsonan, tetapi pada kenyataannya bergantung pada pada jenis konsonan pada suku kata sebelumnya. Jika konsonan pada suku kata sebelumnya merupakan konsonan takbersuara, maka vokal yang bergabung dengan konsonan tersebut akan terealisasi sebagai vokal bawah atau tengah, demikian juga sebaliknya, kalau konsonan pada suku kata berupa konsonan bersuara, maka vokal yang tergabung dengan vokal tersebut akan terealisasi sebagai vokal atas.

Penggunaan unsur leksikal yang tidak sesuai dengan fonotaktik bahasa Madura tersebut dapat dipastikan merupakan unsur pungutan, dan bukan merupakan kosakata asli bahasa Madura.

Tata Bahasa

Pronomina persona

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang; yang dibagi menjadi pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:

Pronomina persona dalam bahasa Madura
Persona Tingkat tutur
enjâ'-iyâ engghè-enten engghi-enten èngghi-bhuenten
tunggal jamak tunggal jamak tunggal jamak tunggal jamak
I sɛŋkɔʔ - bulâ - kaulâ kaulâ sadhâjâ
  • bhadhân kaulâ
  • bhâdhân kaulâ
-
II baʔna - dhika - sampɜyan sampɜyan sadhâjâ
  • panjheneŋŋan
  • ajunan
-
III - - - - - - - -

Bahasa Madura juga memiliki pronomina tak tentu antara lain sabbhân orèng 'masing-masing', dhibi' 'sendiri', bi'-dhibi' 'masing-masing', sapa orèng 'barang siapa', sapa bhâi 'siapa saja', ano 'anu' dan sebagainya[6].

Demonstrativa

Demonstrative dalam bahasa Madura
dekat jauh
netral arèya, jârèya[6], jajiyâ, jiyâ[5] 'ini' arowa[6], juwâ[5] 'itu'
lokal diyâ, dinna' 'sini' jâdiyâ, dissa' 'sana'
modal bâriyâ 'begini' cara jârèya 'begitu'

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk benda dan kejadian adalah: arèya 'ini', jârèya 'itu', dan arowa 'itu'. Dalam penggunaan, a pada kata arèya dan arowa sering dilesapkan; sehingga kata-kata tersebut sering dituturkan rèya, jârèya, dan rowa[6].

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk tempat adalah: diyâ 'sini', dinna' 'sini', jâdiyâ 'situ', dan dissa' 'sana'. Dalam penggunaan, antara diyâ dan dinna' sering tumpang tindih atau saling berganti, dan yang paling sering digunakan adalah diyâ. Akan tetapi, antara jâdiyâ dan dissa' tidak pernah tejadi penggunaan yang tumpang tindih; karena keduanya tidak dapat saling menggantikan kata yang lain. Sebagai penunjuk tempat kata-kata tersebut biasanya dirangkaikan dengan preposisi pengacu arah: è 'di', dâri 'dari', dan

' atau ka 'ke'. Demonstrativa yang digunakan untuk penunjuk ihwal ialah bâriyâ 'begini', cara jârèya 'begitu', dan iyâ arèya 'yaitu'[6].

Nomina

Nomina dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain nomina dasar dan turunan.

Nomina dasar

Nomina dasar adalah nomina yang berupa bentuk dasar, tidak dirangkai dengan satuan lain.

tasè' laut, pantai
angèn angin, udara
ombâ' ombak
pancèng pancing
jhuko' ikan
tarètan saudara
tegghâl ladang
bengko rumah
ana' anak
binè istri
lakè suami
soso payudara
soko kaki
kopèng telinga

Nomina turunan

Nomina turunan adalah nomina yang berupa bentuk kompleks. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina reduplikasi, (c) nomina gabungan proses, dan (d) nomina komposisi.

Nomina berafiks
kapèssèan keuangan
pabengkon tempat tinggal
pasampanan tukang sampan
kaparloan keperluan
pamandiân pemandian
Nomina reduplikasi
nè-binè bibit
bâbinè perempuan
tatello' tiga buah
lân-jhalan tempat berjalan
ghu'-tegghu' pegangan
Nomina gabungan proses
tètèngghun tontonan
bâbellin pembelian
bâbâlân nasehat
ko-bengkoan rumah-rumahan
rân-jhârânan kuda-kudaan
Nomina komposisi
para' sèyang dini hari
ghumo' dâdâ bukit dada
pè-sapèan pappa penurut
bhârâng panas barang haram
kaca kebbhâng cermin, contoh

Numeralia

Numeralia bahasa Madura
Angka Bentuk dasar Singkatan Klitika
1 Sèttong Tong Sa
2 Duwâ' Wâ' Du
3 Tello' Lo' Tello
4 Empa' Pa' Pa'
5 Lèma' Ma' Lèma
6 Ennem Nem Nem
7 Pètto' To' Pèttong
8 Bâllu' Lu' Bâllung
9 Sanga' Nga' Sangang

Bilangan gugus atau bentuk klitika dalam numeralia dimulai dengan sa "satu". Bilangan gugus yang penyebutannya khusus adalah saghâmè' "dua puluh lima", saèket/sèket "lima puluh", dan sabidhâk "enam puluh". Komponen yang digunakan untuk menyebut bilangan gugus adalah polo "puluh", ratos "ratus", èbu "ribu", dan juta "juta". Contoh penggunaannya yaitu:

10 sapolo 100 saratos
20 dupolo 200 duratos
30 tello polo 600 nemmatos
40 pa' polo 700 pèttong atos
50 saèket 8000 bâllung èbu
60 sabidhâk 9000 sangang èbu
70 pèttong polo 60000 sabidhâk èbu
80 bâllung polo 1000000 sajuta
90 sangang polo 4000000 pa'juta

Kosakata

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura memiliki asal usul yang erat dengan bahasa Jawa Kuno (mengingat dalam Kakawin Nagarakretagama pupuh 15 yakni Pulau Madura dahulu masih satu daratan dengan Pulau Jawa). Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Madura berakar dari bahasa Melayu, bahkan ada beberapa kata yang mirip dengan yang ada pada dengan bahasa Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan "a" sebagai "o" pada posisi akhir, sedangkan pada bahasa Madura, diucapkan "ə" ("e" pepet) atau "a".

Contoh:

  • bilâ (huruf "â" dibaca [ə] ) sama dengan bahasa Melayu, bila = kapan
  • orèng = orang
  • tadâ' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis: cakalang tetapi tidak sengau)
  • ongghu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau) = ke mana?

Sistem pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].

Tingkatan bahasa

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal tingkatan-tingkatan, tetapi agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:

  • "Enjâ'-iyâ" (sama dengan "ngoko")
  • "Engghi-Enten" (sama dengan "Madya")
  • "Èngghi-Bhunten" (sama dengan "Krama")

Contoh:

  • "Bârâmpa arghâna paona?": Berapa harga mangganya? (Enje'-iya)
  • "Sanapè arghâna paona?: Berapa harga mangganya? "(Engghi-Enten)
  • "Saponapa arghâèpon pao panèka?": Berapa harga mangganya? (Èngghi-Bhunten)

Penulisan

Bahasa Madura sebelumnya menggunakan Carakan dan Pegon dalam penulisan namun pada buku-buku berbahasa Madura terbitan setelah tahun 1972 sudah dimulai penyesuaikan tulisan dengan Ejaan Yang disempurnakan (EYD) namun menggunakan huruf diakritik dalam penulisan yaitu a, â, è, e, i, o, u, ḍ, dan ṭ.

Huruf Besar Huruf Kecil Nama IPA Huruf Besar Huruf Kecil Nama IPA
A a A M m Ém
 â N n Én
B b Ng ng Nga
C c Ny ny Nya
D d O o O
P p
E e E Q q Ki/Qi
È è R r Ér
G g S s És
H h Ha T t
I i I
J j U u U
K k Ka W w
L l Él Y y

Aksara Sunda

Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga
             Contoh:
  • Bhâsa Madhurâ sè palèng alos ḍâri Songennep: Bahasa Madura yang paling halus dari Sumenep
  • Sokona Brudin ghi’ bârâ, bân makalowar ḍârâ: Kakinya Brudin masih bengkak dan mengeluarkan darah
  • Sengko’ èntara mellè talè: Saya pergi mau beli tali
  • Tang Eppa’ nyamana Abdoel Mutallib: Bapak saya namnya Abdoel Mutallib
  • Tolong olokkaghi taksi: Tolong panggilkan taksi

Dialek-dialek bahasa Madura

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:

Dialek yang dijadikan acuan standar bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini sering kali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

Contoh pada kasus kata ganti "kamu":

  • kata bâ'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata kakè untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • Hède dan Sède dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.

Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan.

Contoh:

  • akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
  • kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
  • berrA' : barat (berre' dengan e schwa / â dalam bahasa Madura daratan)
  • morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)

Bawean

Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, tetapi bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura. Di dua tempat terakhir ini bahasa Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tetapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:

  • èson atau èhon = aku (sèngko'/engko' dalam bahasa Madura)
  • kala'aken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura)
  • trimakasih = terima kasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura)
  • adâ' = depan (adâ' artinya depan dalam bahasa Madura)

Perbandingan bahasa

Perbandingan dengan bahasa Melayu

  • Dâpor (baca: depor) = Dapur
  • Kangan = Kanan
  • Bânnya' (baca: benyyak) = Banyak
  • Maso' (baca: Masok) = Masuk
  • Soro (baca: Soro) = Suruh

Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:

  • Ngakan = Makan
  • Ngènom = Minum
  • Arangka' = Merangkak
  • Ju'-toju' = Duduk-duduk
  • Asapoan = Menyapu
  • Acaca = Bicara

Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:

  • Bâjâr (baca: Bejer) = Bayar
  • Lajân (baca: Lajen) = Layan
  • Abhâjâng (baca: abhejeng) = Sembahyang

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

  • Bâbâng (baca: Bhebeng)= Bawang
  • Jhâbâ (baca: Jhebe) = Jawa

Perbandingan dengan bahasa Jawa

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:

Bahasa Jawa = Bahasa Bawean

  • Kadhung = Kadung (Bahasa Melayu = Telanjur)
  • Petteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean

  • Lawang = Labâng (baca Labeng) (Bahasa Melayu = Pintu)

Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti:

Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean

  • Payu = Paju (Bahasa Melayu = Laku)

Perbandingan dengan bahasa Banjar

Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:

Bahasa Banjar = Bahasa Bawean

  • Mukena = Mukena (Bahasa Melayu = Telekung Sembahyang)
  • Bibini' = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)

Perbandingan dengan Bahasa Tagalog

Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog

  • Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
  • Èlong = Elong; penggunaan [e] (Bahasa Melayu = Hidung)
  • Matay = Mamatay (Bahasa Melayu = Mati)

Contoh:

  • Èson terro ka bâ'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Èhon, Èson tidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, bâdâ berrus? = Bu, ada sikat? (berrus dari kata brush)
  • Èkala'aken = ambilkan (di Madura èkala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
  • Silling = langit-langit (dari kata ceiling)

Pranala luar

Catatan kaki

  1. ^ Nationalencyklopedin (dalam bahasa Swedia), OCLC 185256473, Wikidata Q1165538, diakses tanggal 24 April 2022 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Madura". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "Bahasa Madura". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  4. ^ a b c d e f g h Sofyan, Akhmad (2012-11-21). "Fonologi Bahasa Madura". Jurnal Humaniora (dalam bahasa Inggris). 22 (2): 207–218. doi:10.22146/jh.1337. ISSN 2302-9269. 
  5. ^ a b c Davies, William D., 1954-2017. (2010). A grammar of Madurese. Berlin: De Gruyter Mouton. ISBN 978-3-11-022444-3. OCLC 665843209. 
  6. ^ a b c d e f g Tata bahasa Bahasa Madura. Balai Bahasa Surabaya (Indonesia). Sidoarjo: Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Surabaya. 2008. ISBN 978-602-8334-04-4. OCLC 658824335.