Raden Mattaher

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 11 Oktober 2020 08.56 oleh Glorious Engine (bicara | kontrib) (Glorious Engine memindahkan halaman Raden mattaher ke Raden Mattaher)

Raden Mattaher terlahir dengan nama Raden Mohammad Tahir (lahir di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi, 1871 - meninggal di dusun Muaro Jambi, 10 September 1907). Ayahnya Pangeran Kusin yang wafat di Mekkah. Ibunya adalah Ratumas Esa/ Ratumas Tija kelahiran Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato.

Raden Mattaher
Lahir1871
Belanda, Jambi, Hindia Belanda
Meninggal10 September, 1907
Belanda, Jambi, Hindia Belanda
Nama lainRaden Mohammad Tahir/ Pangeran Mattahir/ Raden Mat Tahir/ Mat Tahir/ Singo Kumpeh
Dikenal atasPejuang Jambi
Orang tuaPangeran Kusin
KeluargaSultan Thaha Syaifuddin

Latar Belakang

Raden Mattaher dalam silsilahnya adalah Raden Mattaher bin Raden Kusen/Kusin gelar Pangeran Jayoninggrat bin Pangeran Adi bin Raden Mochamad gelar Sultan Mochammad Fachruddin.

Raden Mattaher sendiri adalah cucu dari Sultan Thaha Syaifuddin yang merupakan salah satu pahlawan nasional yang namanya tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Hubungannya adalah ayah Raden Mattaher bernama Pangeran Kusin adalah anak Pangeran Adi, saudara kandung Sultan Taha Syaifudin.

Perjuangan

Raden Mattaher tidak bisa dipisahkan dari Sultan Thaha. Sebab, beliau merupakan sosok panglima perang tangguh yang dimiliki Sultan Thaha masa itu. Sosoknya dengan segudang taktik gerilya, Raden Mattaher mampu menggempur serdadu Belanda. Oleh prajurit dan masyarakatnya dimasa itu, ia mendapat gelar Singo Kumpeh. Julukan itu diberikan karena keberingasannya layaknya singa dalam menumpas penjajah.

Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang. Ia membentuk kantong-kantong dan barisan pertahanan serta barisan perlawanan yang bergerak di terotirial dari Muara Tembesi sampai ke Muaro Kumpeh. Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personil, obat medis dan amunisinya.

Berkat taktik perangnya yang memfokuskan pada pola menyerang kapal yang bermuatan personil tentara dan amunisinya itu, Raden Mattaher paling ditakuti oleh tentara Belanda. Pada tahun 1858 Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi. Peristiwa (penenggalaman kapal) itulah menjadi tonggak sejarah dan membuatnya digelari sebagai Singo Kumpeh.

Perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907. Ia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda. Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi. Selain itu jari kelingking Raden Mattaher juga dimakamkan di sebuah desa di Muaro Jambi.[1]

Penghargaan

Nama besar Raden Mattaher diabadikan menjadi nama rumah sakit umum daerah (RSUD) Provinsi Jambi, beberapa jalan di Kota Jambi, lapangan tembak di Kota Jambi, dan nama yayasan di Kota Jambi.

Referensi

  1. ^ Jejak Raden Mattaher, Singo Kumpeh yang Bikin Penjajah Belanda Ciut liputan6 8 November 2019. Diakses 11 Oktober 2020

Pranala Luar