Bradken
Bradken adalah sebuah produsen dan pemasok bahan habis pakai khusus dan produk modal untuk industri pertambangan, transportasi, industri umum, dan manufaktur kontrak di Australia, Tiongkok, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari Hitachi Construction Machinery.
Industri | Pengecoran logam, manufaktur |
---|---|
Didirikan | 1920 |
Pendiri | Leslie Bradford Jim Kendall |
Kantor pusat | , Australia |
Wilayah operasi | Australia Tiongkok Inggris Selandia Baru Amerika Serikat |
Tokoh kunci | Simon Linge (CEO) |
Produk | Pengecoran logam, bahan habis pakai pertambangan |
Pendapatan | $819 juta (2016) |
Induk | Hitachi Construction Machinery |
Situs web | www.bradken.com |
Sejarah
Pada tahun 1919/1920, pegawai-pegawai BHP, yang terdiri dari Manajer Umum Leslie Bradford, Kepala Insinyur Mesin, Jim Kendall, serta sekelompok temannya, mendukung seekor kuda balap bernama Jack Findlay yang kemudian berhasil meraih lima kemenangan. Dari tiap kemenangan, mereka mempertaruhkan kembali hasil yang mereka dapat, sehingga pada tangga 24 Januari 1920, mereka telah memenangkan cukup banyak uang, dan memenuhi janji mereka untuk mendirikan sebuah bisnis pengecoran baja.[1]
Pada tanggal 28 April 1920, Bradford dan Kendall menggunakan hasil yang mereka dapat untuk mendirikan Sindikat Baja Paduan dan membangun sebuah pabrik pengecoran baja di Alexandria, Sydney. Sindikat tersebut lalu resmi didaftarkan sebagai badan hukum dengan nama Bradford Kendall Limited pada tanggal 20 Maret 1922.[1][2]
Pada tahun 1926, Bradford Kendall mulai memproduksi rangka bawah dan penyambung kereta api. Pada dekade 1930-an, perusahaan ini mulai mengekspor ember pengeruk ke Malaysia. Pada tahun 1948, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Saham Sydney.[3] Pada dekade 1950-an, perusahaan ini resmi mendirikan pabrik pengecoran logam di Adelaide, Brisbane, Fremantle, dan Wodonga. Pada tahun 1970, sebuah pabrik pengecoran logam resmi didirikan di Port Hedland.[1]
Pada bulan Desember 1974, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Bradken.[4] Pada tahun 1978, saham Bradken dimiliki oleh Australian National Industries (ANI) dan Comeng. Pada tahun 1982, ANI resmi menjadi pemegang saham tunggal. Pada bulan Oktober 1990, kantor pusat perusahaan ini dipindah dari Alexandra ke Mayfield West. Pada tahun 1995, perusahaan ini resmi diubah namanya menjadi ANI Bradken. Perusahaan ini juga ikut dibeli oleh Smorgon Steel yang membeli ANI pada bulan Januari 1999, dan kemudian dijual ke Castle Harlan Australian Mezzanine Partners.[1][5]
Pada bulan Agustus 2004, Bradken resmi melantai kembali di Bursa Efek Australia.[6] Pada bulan November 2007, sebuah fasilitas produksi baru resmi dibuka di Xuzhou, Tiongkok. Pada bulan Juli 2009, perusahaan ini resmi mengakuisisi bisnis Americast Technologies di Amerika Serikat.[1]
Pada bulan Juli 2011, perusahaan ini resmi membeli Norcast Wear Solutions asal Kanada dan SwanMet asal Malaysia. Pada bulan Maret 2013, Bradken membuka sebuah pabrik pengecoran logam di Xuzhou, Tiongkok, setelah selesai membangun sebuah fasilitas produksi di sana pada tahun 2007. Pada bulan Oktober 2016, Hitachi Construction Machinery resmi mengajukan tawaran pengambilalihan untuk Bradken.[7][8][9] Pengambilalihan akhirnya selesai pada bulan Mei 2017.[10][11]
Referensi
- ^ a b c d e History Bradken
- ^ Bradford Kendall Ltd Daily Commercial News & Shipping List 24 March 1922 page 4
- ^ Steel Founders' Share Parcel Sydney Morning Herald 28 August 1948 page 4
- ^ Sydney Railway Transportation December 1974 page 14
- ^ Smorgon Offloads Bradken in $185 Million Buyout Railway Digest December 2001 page 7
- ^ Bradken's strong start Railway Gazette International October 2005 page 645
- ^ Acquisition of Bradken Hitachi
- ^ Hitachi Construction to buy Australia’s Bradken for $528 million Mining.com 3 October 2016
- ^ Hitachi Construction to buy Bradken for $689 million Sydney Morning Herald 3 October 2016
- ^ Bradken Limited: Removal from Official List Australian Securities Exchange 16 May 2017
- ^ Hitachi shuts 70-year-old Bradken foundry Australian Financial Review 20 March 2019