Bilal bin Rabah

Revisi sejak 7 November 2020 05.45 oleh A154 (bicara | kontrib)

Bilal bin Rabah (Arab: بلال بن رباح), Nama lain: Bilal al-Habsyi, Bilal bin Riyah, Ibnu Rabah hidup sekitar 580 - 640 Masehi.

Bilal lahir di daerah As-sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabbah, yang seorang budak. Sedangkan ibunya bernama Hamamah, juga seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena kondisi ibunya, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-sauda (putra wanita hitam).

Bilal adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia). Beliau dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah), sebagai seorang budak milik keluarga bani Abdud-dar.

Saat ayahnya meninggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum Quraisy.

Ketika Mekah dihebohkan dengan kemunculan seseorang yang menjadi Rasul, yang menyerukan kalimat Tauhid, Bilal adalah kelompok orang yang pertama memeluk Islam, walau statusnya masih menjadi seorang budak.

Saat Bilal masuk Islam, hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu. Seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-shiddiq, Ali bin Abu Thalib, Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-rumi, dan Miqdad bin Aswad.[1]

Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf (tuannya), bersama para algojo. Mereka menghantam punggung Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad (Allah Maha Esa).”

Mereka menindih dada Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad.”

Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad.”

Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan Uzza, tapi Bilal justru memuji dan mengagungkan Allah dan Rasul-Nya.

Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”

Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.”

Pada akhirnya Sayyidina Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar, sehingga status Bilal bukan lagi seorang budak, melainkan sudah menjadi manusia merdeka, dan beliau menjadi salah seorang sahabat nabi.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah pernah mendengar suara terompah Bilal di surga. [2]

Ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Allah, maka orang yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah untuk mengumandangkan adzan adalah Sayyidina Bilal bin Rabah, beliau dipilih karena suaranya sangat merdu dan lantang. Beliau dikenal sebagai muazin pertama dalam Islam.[3]

Beliau satu diantara 3 muadzin Rasulullah, yaitu Bilal bin Rabah, Abu Mahdzurah al-Jumahi dan Abdullah bin Ummi-Maktum.

Setidaknya, ada empat alasan mengapa Bilal diangkat menjadi penyeru adzan untuk umat Islam, untuk yang pertama kalinya.[4]

Pertama, Bilal memiliki suara yang lantang dan merdu.

Kedua, Bilal sangat menghayati kalimat-kalimat adzan.

Ketiga, Bilal memiliki kesiplinan yang tinggi. saat mengumandangkan Adzan, lima kali dalam sehari semalam.

Keempat, Bilal memiliki keberanian. Untuk mengumandangkan adzan pada masa-masa awal dakwah Islam.


Bilal meninggal di Damaskus pada tahun 20 H.

Referensi

  1. ^ "Adzan Terakhir Seseorang yang Merindukan Kekasihnya" (dalam bahasa indonesia). Diakses tanggal 2020-08-29. 
  2. ^ "Amalan Sahabat Bilal yang Membuatnya Dirindukan Surga" (dalam bahasa indonesia). Diakses tanggal 2020-08-29. 
  3. ^ Riz̤vī, Sayyid Sa'eed Ak̲h̲tar. Slavery: From Islamic & Christian Perspectives. Richmond, British Columbia: Vancouver Islamic Educational Foundation, 1988. Print. ISBN 0-920675-07-7 Pg. 35-36
  4. ^ Yakhsyallah, Mansur (2015). Ash-Shuffah. 

Pranala luar