Kelompok sosial

dua manusia atau lebih yang berinteraksi dengan individu lain
Revisi sejak 8 November 2020 05.10 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (Memperbaiki teks)

Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.[1]Tujuan dibentuknya kelompok sosial adalah untuk mewujudkan penerapan nilai-nilai sosial yang ada dan dibutuhkan dalam suatu struktur sosial pada suatu masyarakat.[2] Kelompok sosial merupakan bagian dari realitas sosial yang bersifat universal dan menjadi bagian dari sistem sosial.[3] Pembentukan kelompok sosial terjadi pada para anggota masyarakat yang memiliki latar belakang yang sama serta memiliki kesadaran akan adanya hubungan yang terjalin di antara mereka.[4] Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan sebagai salah satu bentuk kelompok sosial yang terorganisasi

Proses pembentukan

Kelompok sosial terbentuk secara alami karena manusia adalah makhuk sosial. Setiap individu memerlukan bantuan individu lainnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, tiap individu memiliki minat atau kepentingan yang berbeda-beda, sehingga terbentuklah kelompok dengan minat atau kepentingan yang sama.[5]

Macam

 
Sekolah merupakan salah satu contoh bentuk kelompok sosial

Berdasarkan kesadaran, organisasi dan hubungan sosial, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosialisasi, dan kelompok asosiasi. Kelompok statistik merupakan kelompok yang para anggotanya tidak membentuk organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan tidak sadar akan adanya persamaan di antara mereka. Kelompok yang para anggotanya memiliki persamaan tetapi tidak membentuk organisasi dan hubungan sosial disebut kelompok kemasyarakatan. Kelompok sosialisasi merupakan kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran akan adanya persamaan dan saling berhubungan satu sama lain, tetapi tidak membentuk organisasi. Sedangkan kelompok asoasiasi merupakan kelompok yang anggotanya sadar akan persamaan di antara mereka serta membentuk hubungan sosial dalam organisasi.[6]

Klasifikasi

Klasifikasi kelompok sosial menurut erat longgarnya ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies:

Paguyuban (gemeinschaft)

Paguyuban atau gemeinschaft adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Ciri-ciri kelompok paguyuban:

  • Terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
  • Hubungan antar anggota bersifat informal
Tipe paguyuban
  • Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)
Kelompok genealogis adalah kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan nenek moyang.
Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
  • Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)
Komunitas adalah kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas. Contoh: Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk RT(Rukun Tetangga), dan selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga).
Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.
  • Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama

Patembayan (gesellschaft)

Patembayan atau gesellschaft adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Patembayan juga tergolong dalam tipe yang ditandai dengan sifat hubungan tidak intim di antara anggotanya. Setiap anggota hanya terikat secara lahiriah dan tidak memiliki hubungan yang batiniah (perasaan).[7] Ciri-ciri kelompok patembayan:

  • hubungan antaranggota bersifat formal
  • memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
  • memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
  • lebih didasarkan pada kenyataan sosial

Contoh: ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri.

Faktor pembentuk

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

Pembentukan norma kelompok

Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.

Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.

Organisasi sosial

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal ada dua jenis organisasi sebagai berikut:

Organisasi Formal

Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.

contohnya: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.

Organisasi Informal

Karena sifatnya tidak resmi, pada organisasi ini kadang kala struktur organisasi tidak begitu jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-kadang terjadi secara spontanitas.

Contohnya: kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, dan lain sebagainya.

Referensi

  1. ^ Tim Penulis (2010). Lembar Kerja Siswa: Sosiologi. Klaten: CV. Gema Nusa. 
  2. ^ Laning 2009, hlm. 4.
  3. ^ Laning 2009, hlm. 54.
  4. ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 32.
  5. ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 74.
  6. ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 87.
  7. ^ Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 159.

Daftar pustaka

  1. Budiyono (2009). Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-213-9. 
  2. Elisanti dan Rostini, T. (2009). Sosiologi 2 : untuk SMA / MA Kelas XI IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-749-3. 
  3. Laning, V. D. (2009). Sosiologi: untuk SMA/MA kelas XI/ (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-214-6. 
  4. Raharjo, P. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-751-6. 
  5. Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-212-2. 
  6. Waluya, B. (2009). Sosiologi 2: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-739-4. 
  7. Widianti, W. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-750-9. 
  8. Wrahatnala, B. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA dan MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-748-6. 

Lihat pula