Kelompok sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.[1] Tujuan dibentuknya kelompok sosial adalah untuk mewujudkan penerapan nilai-nilai sosial yang ada dan dibutuhkan dalam suatu struktur sosial pada suatu masyarakat.[2] Kelompok sosial merupakan bagian dari realitas sosial yang bersifat universal dan menjadi bagian dari sistem sosial.[3] Pembentukan kelompok sosial terjadi pada para anggota masyarakat yang memiliki latar belakang yang sama serta memiliki kesadaran akan adanya hubungan yang terjalin di antara mereka.[4]
Proses pembentukan
Kelompok sosial terbentuk secara alami karena manusia adalah makhuk sosial. Setiap individu memerlukan bantuan individu lainnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, tiap individu memiliki minat atau kepentingan yang berbeda-beda, sehingga terbentuklah kelompok dengan minat atau kepentingan yang sama.[5] Naluri untuk selalu bergantung kepada orang lain menjadikan manusia memiliki hasrat untuk menjadi satu dalam masyarakat dan alam. Hasrat ini kemudian membuat manusia hidup secara berkelompok.[6]
Keadaan atau hasrat untuk hidup bersama dimiliki oleh semua orang. Dari hasrat yang sama tersebut kemudian orang membentuk kelompok. Selanjutnya, setiap manusia berusaha untuk mengembangkan dirinya agar bisa diterima dan bermanfaat bagi orang lain dalam kelompoknya. Kesemuanya itu akhirnya menimbulkan kebudayaan kelompok yang disebut kelompok sosial.[7] Jika seluruh anggota kelompok memiliki tujuan dalam masa depan bersama maka persatuan dalam kelompok sosial baru akan tercapai. Pembentukan kelompok sosial sepenuhnya terwujud melalui kesatuan manusia yang hidup bersama dan saling bekerja sama disertai dengan hasrat, perasaan dan tujuan yang sama.[8]
Ciri-ciri
Dalam suatu masyarakat terdapat beragam kelompok sosial dengan ciri yang membedakannya dengan kelompok sosial lainnya. Suatu kelompok dapat diketahui sebagai suatu kelompok sosal melalui struktur sosial yang terbentuk sebagai suatu sistem secara utuh. Perbedaan kualitas dan ciri anggota tidak dapat dijadikan sebagai penentu suatu kelompok sosial. Dalam kelompok sosial, setiap anggota harus patuh terhadap norma sosial yang berlaku guna memenuhi kepentingan kelompoknya.[9] Kelompok sosial dapat terstruktur maupun tidak terstruktur. Strukur pada kelompok sosial dapat terpenuhi jika setiap anggotanya memiliki peranan sosial yang bersifat berubah-ubah tetapi tersusun dengan baik. Selain itu, terbentuknya struktur dalam kelompok sosial dapat terwujud jika nilai sosial dan norma sosial diberlakukan kepada seluruh anggota kelompok.[7]
Kelompok sosial memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan kelas sosial.[10] Ciri-ciri tersebut yaitu:[11]
- Adanya kesatuan yang nyata dan dapat dikenali dalam kumpulan manusia.
- Adanya kesadaran pada diri masing-masing anggota terhadap perannya dalam kelompok.
- Adanya perilaku saling memengaruhi antaranggota kelompok secara timbal balik.
- Adanya hubungan erat antaranggota untuk mencapai kepentingan bersama.
- Adanya status sosial tertentu yang mengatur aturan dan perilaku para anggota kelompok.
Macam
Berdasarkan kesadaran, organisasi, dan hubungan sosial
Berdasarkan kesadaran, organisasi dan hubungan sosial, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosialisasi, dan kelompok asosiasi. Kelompok statistik merupakan kelompok yang para anggotanya tidak membentuk organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan tidak sadar akan adanya persamaan di antara mereka. Kelompok yang para anggotanya memiliki persamaan tetapi tidak membentuk organisasi dan hubungan sosial disebut kelompok kemasyarakatan. Kelompok sosialisasi merupakan kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran akan adanya persamaan dan saling berhubungan satu sama lain, tetapi tidak membentuk organisasi. Sedangkan kelompok asoasiasi merupakan kelompok yang anggotanya sadar akan persamaan di antara mereka serta membentuk hubungan sosial dalam organisasi.[12]
Berdasarkan jumlah anggota
Berdasarkan pengaruh individu terhadap kelompoknya
Berdasarkan tingkat interaksi sosial
Berdasarkan derajat organisasi
Berdasarkan proses terbentuknya
Kelompok semu
Kelompok semu merupakan kelompok yang bersifat sementara serta tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran jenis, atau aturan. Pembentukan kelompok semu terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Dalam kelompok semu, tidak ada rencana untuk membentuk kelompok, sehingga tidak ada stuktur organisasi. Selain itu, interaksi, interelasi, dan komunikasi berlangsung singkat dan sementara.[13]
Kelompok nyata
Kelompok nyata merupakan kelompok sosial yang kehadiran anggotanya bersifat tetap. Sebagian besar kelompok sosial di dalam masyarakat merupakan kelompok nyata. yang nyata. Selain itu, bentuk kelompok nyata sangat beragam.[14]
Kelompok statistik
Kelompok statistik merupakan kelompok sosial yang tidak terencana dan tidak terorganisir. Selain itu, dalam kelompok statistik tidak terjadi interaksi sosial dalam jangka waktu yang lama serta tanpa kesadaran berkelompok dan kehadirannya bersifat tetap. Dalam kelompok sosial, masyarakat dikelompokkan berdasarkan kepentingannya. Kelompok statistik dibentuk sebagai sarana dalam memudahkan penelitian.[14]
Kelompok kemasyarakatan
Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang memiliki persamaan kepentingan pribadi antaranggotanya. Persamaan kepentingan ini tidak menjadi kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan terbentuk secara alami tanpa perlu direncanakan. Pada kelompok kemasyarakatan, terdapat kemungkinan adanya sarana pemersatu, interaksi sosial, kesadaran berkelompok. Kehadiran kelompok kemasyarakatan bersifat tetap. Batasan wilayah dari kelompok kemasyarakatan dapat tidak terbatas.[15]
Kelompok masyarakat khusus
Kelompok masyarakat khusus merupakan kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan tertentu pada para anggotanya. Umumnya, kesamaan ini berupa kesamaan pekerjaan, usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Kelompok masyarakat khusus terbentuk secara alami dan ada kemungkinan untuk dipersatukan dalam suatu sarana. Pada kelompok masyarakat khusus, terjadi interaksi sosial berkesinambungan dan ada kesadaran berkelompok, sehingga kehadirannya bersifat tetap.[15]
Kelompok asosiasi
Kelompok asosiasi merupakan kelompok yang sengaja direncanakan dan kehadirannya bersifat tetap. Persatuan kelompok dilakukan melalui suatu organisasi yang mengalami interaksi sosial serta memiliki kesadaran berkelompok yang kuat.[15]
Berdasarkan keeratan ikatan antaranggota
Etnis
Etnis merupakan kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang menganggap mereka berasal dari keturunan atau nenek moyang yang sama, meskipun garis keturunannya sudah tidak jelas. Kelompok ini tidak dibatasi oleh kesamaan bahasa atau adat istiadat saja, tetapi membutuhkan pengakuan dari anggota kelompoknya.[16]
Bangsa
Bangsa merupakan kelompok masyarakat yang besar. Meskipun hubungan sosial antara mereka tidak kontinu, tetapi kelompok ini nyata, dan terikat oleh perasaan nasionalisme. Menurut Ernest Renan, suatu bangsa terbentuk karena anggota masyarakat itu memiliki kesamaan sejarah atau nasib, dan memiliki kesamaan tujuan atau harapan bersama.[17]
Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan sosial yang sangat luas. Pembagian atau pembedaan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria, antara lain sebagai berikut. a. Berdasarkan ciri yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan, kita mengenal masyarakat petani, masyarakat nelayan, masyarakat industri, dan sebagainya. b. Berdasarkan di mana masyarakat bermukim, kita mengenal adanya masyarakat kota dan masyarakat desa. c. Dari kemajuan peradaban, kita mengenal masyarakat sederhana, masyarakat transisi, dan masyarakat modern.[17]
Paguyuban
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotaanggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya. Paguyuban pada dasarnya merupakan kelompok sosial yang terjadi karena ikatan darah (garis keturunan) misalnya perkawinan, kerabat, suku bangsa, dan sebagainya. Pada kelompok sosial ini, rasa kebersamaan, solidaritas sosial, dan perasaan sangat kuat diantara anggotannya. Selain itu paguyuban juga dipengaruhi oleh ikatan tempat (paguyuban yang terdiri dari orangorang yang berdekatan tempat tinggal) dan paguyuban karena jiwa-pikiran. Paguyuban karena jiwa-pikiran merupakan suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran, serta ideologi yang sama. Ikatan dalam paguyuban semacam ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.[18]
Patembayan
Patembayan adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Patembayan juga tergolong dalam tipe yang ditandai dengan sifat hubungan tidak intim di antara anggotanya. Setiap anggota hanya terikat secara lahiriah dan tidak memiliki hubungan yang batiniah (perasaan).[19] Patembayan merupakan kelompok sosial yang terbentuk atas dasar kepentingan tertentu. Seseorang akan menjadi anggota patembayan dengan memperhitungkan untung rugi. Jadi, pada kelompok sosial ini masing-masing anggota menggunakan rasionya untuk bergabung dalam kelompok. Bila anggota merasa sudah tidak perlu lagi terhadap kelompok, maka ia dapat keluar dari kelompok tersebut. Oleh karena itu, ikatan antaranggotanya bersifat longgar. Contohnya perusahaan, Perkumpulan PKK, dan sebagainya.[20]
Komunitas
Kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan kepentingan dan wilayah umumnya berbentuk komunitas. Wilayah kelompoknya tidak dapat diketahui secara pasti karena anggotanya disatukan melalui ikatan emosional dalam kepercayaan dan adat yang sama. Para anggota komunitas saling bergantung satu sama lain dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.[21] Komunitas ini dapat berbentuk suku, bangsa, masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.[22]
Organisasi sosial
Kelompok sosial yang paling jelas keberadaannya adalah asosiasi. Kelompok asosiasi ini mempunyai struktur yang jelas dan memiliki kesadaran kelompok yang kuat, tetapi ikatan kelompoknya relatif longgar. Semakin berkembang tingkat kehidupan masyarakat, maka semakin berkembang pula ragam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibuatlah wadah-wadah yang dapat mengorganisir anggota kelompok. Oleh karena itu, perkembangan kelompok asosiasi menjadi organisasi sosial semakin nyata. Organisasi merupakan kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas. Jadi, pengertian organisasi sosial adalah kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas sebagai akibat hubungan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.[23]
Organisasi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Memiliki keanggotaan yang bersifat formal. Artinya, untuk menjadi anggota organisasi tersebut harus melalui seleksi yang ditetapkan oleh organisasi. Dalam organisasi sosial ada ikatan formal pada anggota untuk mematuhi aturan yang ditetapkan organisasi. 2) Status dan peran dari masing-masing anggota sesuai dengan struktur organisasi sehingga jelas. Anggota memainkan perannya sesuai dengan status yang dimilikinya. 3) Rumusan organisasi jelas. Tujuan yang telah ditetapkan organisasi sudah jelas dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota tidak boleh menyimpang dari tujuan organisasi. Visi dan misi organisasi telah dipahami oleh seluruh anggota. 4) Memiliki identitas yang jelas. Identitas merupakan suatu simbol yang menunjukkan organisasi. Biasanya identitas menjadi suatu kebanggaan para anggota. Identitas mencakup tujuan dan informasi tentang organisasi yang bersifat kolektif. Identitas ini dapat berupa kartu anggota, logo, bendera, dan sebagainya. Dalam sebuah organisasi sosial, faktor keanggotaan sangat penting karena dapat menunjukkan status dan peran masing-masing anggota. Mengapa keanggotaan organisasi begitu penting? Karena dengan keanggotaan yang jelas dapat ditetapkan pula pembagian kerja yang lebih jelas dan rinci. Misalnya tugas hak dan kewajiban sebagai ketua organisasi, sekretaris, bendahara, seksi, dan sebagainya akan berbeda dengan tugas, hak, dan kewajiban anggota biasa.[24]
Dampak
Kelompok ideologis dapat dikatakan sebagai kelompok yang memiliki keyakinan yang sama, seperti sekte-sekte, masyarakat intelektual, partai-partai politik. Suatu doktrin akan berubah menjadi ideologi jika terdapat suatu kelompok sosial yang menganutnya. Secara umum kelompok ideologi dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kelompok-kelompok politik dan kelompok-kelompok non-politik. Ideologi politik merupakan ideologi-ideologi yang berhubungan dengan hakikat kekuasaan dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, ideologi politik memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan antagonisme politik. Pada satu sisi, ideologi politik dapat menyatukan komunitas dengan mendorong anggotanya untuk menerima kekuasaan yang memerintahnya dan dengan mengembangkan rasa kepatuhan terhadap perintah. Di sisi lain, ideologi dapat membagi suatu komunitas jika beberapa ideologi berada dalam suatu wilayah yang sama. Dewasa ini, partai-partai politik merupakan kelompok ideologis utama. Sedangkan ideologi-ideologi non-politik merupakan suatu ideologi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kekuasaan, seperti filosofi, agama, artistik, dan sebagainya. Ideologi non-politik ini juga berpotensi untuk membentuk kelompok-kelompok yang terorganisir. Misalnya, agama melahirkan sekte-sekte, kesenian melahirkan aliran-aliran, filsafat melahirkan gerakan-gerakan, dan sebagainya. Sekte-sekte, aliran-aliran, gerakan-gerakan, dan sebagainya itulah yang dapat menimbulkan konflik antarkelompok. Wujud konflik ditandai dengan adanya upaya saling mengancam dan bahkan saling menghancurkan satu sama lain secara tidak wajar dan tidak konstitusional. Sudah barang tentu konflik dapat terjadi antar perorangan, antara perorangan dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.[25] Konflik antar kelompok sosial merupakan konflik yang melibatkan antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain yang setingkat. Konflik tersebut terjadi karena adanya ketidakkeseimbangan dalam kehidupan sosial sebagai akibat dari berkembangnya situasi dan kondisi baru.[26] Sebaliknya, kelompok sosial juga akan menghasilkan integrasi sosial jika ada toleransi antarkelompok.[27]
Referensi
- ^ Tim Penulis (2010). Lembar Kerja Siswa: Sosiologi. Klaten: CV. Gema Nusa.
- ^ Laning 2009, hlm. 4.
- ^ Laning 2009, hlm. 54.
- ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 32.
- ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 74.
- ^ Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 121.
- ^ a b Budiyono 2009, hlm. 9.
- ^ Budiyono 2009, hlm. 10.
- ^ Budiyono 2009, hlm. 8.
- ^ Waluya 2009, hlm. 87.
- ^ Waluya 2009, hlm. 87-88.
- ^ Elisanti dan Rostini 2009, hlm. 87.
- ^ Raharjo 2009, hlm. 90.
- ^ a b Raharjo 2009, hlm. 94.
- ^ a b c Raharjo 2009, hlm. 95.
- ^ Wrahatnala 2009, hlm. 170.
- ^ a b Wrahatnala 2009, hlm. 172.
- ^ Raharjo 2009, hlm. 96.
- ^ Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 159.
- ^ Raharjo 2009, hlm. 97.
- ^ Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 123-124.
- ^ Suhardi dan Sunarti 2009, hlm. 124.
- ^ Raharjo 2009, hlm. 98.
- ^ Raharjo 2009, hlm. 98-99.
- ^ Widianti 2009, hlm. 34.
- ^ Widianti 2009, hlm. 54.
- ^ Widianti 2009, hlm. 37.
Daftar pustaka
- Budiyono (2009). Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-213-9.
- Elisanti dan Rostini, T. (2009). Sosiologi 2 : untuk SMA / MA Kelas XI IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-749-3.
- Laning, V. D. (2009). Sosiologi: untuk SMA/MA kelas XI/ (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-214-6.
- Raharjo, P. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-751-6.
- Suhardi dan Sunarti, S. (2009). Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-212-2.
- Waluya, B. (2009). Sosiologi 2: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-739-4.
- Widianti, W. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-750-9.
- Wrahatnala, B. (2009). Sosiologi 2: untuk SMA dan MA Kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-748-6.