Kelenteng Sam Poo Kong

bangunan kuil di Indonesia

Kelenteng Gedung Kuno Sam Poo Tong (Hanzi: 三保洞, makna literal "gua tiga orang sakti") yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He/Cheng Ho. Tidak semua anak buah kapal beragama Islam. Kompleks Sam Po Tong berada di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislaman dengan ditemukannya tulisan berbunyi "Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".[1][2][3]

Kelenteng Sam Poo Kong

Klenteng Sam Poo Kong
Hanzi: 三保洞
Makna harfiah: "gua tiga orang sakti"
Berkas:Abbas-Tionghoa.jpg
Dua orang wanita Tionghoa sedang bersembahyang di Gedung Batu

Kelenteng ini disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan gua batu besar yang berada di sebuah bukit batu. Untuk mengenang Zheng He, masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa membangun sebuah kelenteng. Sekarang tempat ini dijadikan tempat peringatan dan pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakkan sebuah altar serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Meskipun Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim

Menurut cerita, Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati Laut Jawa, namun saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh. Kemudian, kapalnya merapat ke Pantai Utara Semarang untuk berlindung di sebuah goa dan mendirikan sebuah masjid (belum ada bukti yang konkret) di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan tersebut sekarang terletak di tengah kota Semarang karena Pantai Utara Jawa yang selalu mengalami proses pendangkalan. Hal ini menyebabkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat laun, daratan pulau Jawa makin bertambah luas ke arah Utara.

Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan menikah dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Bahkan, di Kelenteng ini juga terdapat Makam seorang juru mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho. Banyak Bukti sejarah yang membuktikan bahwa Laksamana Cheng Ho beragama islam adalah dengan di temukan makam Laksamana Cheng ho yang bertuliskan Bismillahirrahmanirrahim dalam bahasa arab. Lokasi makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan ( Gunung Niu Shou ) kota Nanjing Provinsi Jiangsu

Bangunan

Kelenteng Sam Poo Kong memiliki beberapa kompleks bangunan, diantaranya yaitu Bangunan Kelenteng Utama atau Sam Poo Kong, Kelenteng Kyai Juru Mudi, Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Kyai Jangkar, Kelenteng Kyai Nyai Tumpeng dan Kyai Tjundrik Bumi, serta Goa Pemujaan Sam Poo Kong. Pada dinding luar bangunan kelenteng utama, terdapat lapisan relief yang menceritakan kisah ekspedisi Laksamana Zheng He di abad ke-15 selama 30 tahun. Relief tersebut diukir oleh seniman bali sedangkan batu yang digunakan untuk membuat relief berasal dari Tiongkok. Terdapat pula dua patung kecil yang melambangkan kedatangan Laksamana Zheng He ke Semarang. Patung pertama mewakili kedatangan pertama Laksamana Zheng He pada tahun 1406 dan terbuat dari kayu cendana. Patung kedua mewakili kedatangan pada tahun 1416 dan terbuat dari porselen[4].

Kelenteng Kyai Juru Mudi merupakan tempat pemujaan bagi Kyai Juru Mudi Dampo Awang atau Wang Jing hong, kapten dari kapal yang dibawa oleh Laksmana Zheng He. Ketika mendarat di pulau Jawa, Wang Ji Hong tiba-tiba jatuh sakit sehingga ia membutuhkan perawatan dan waktu beristirahat. Wang pun memutuskan untuk tinggal di Simongan dan mulai membangun rumah serta bertani[4]. Kelenteng Kyai Juru Mudi adalah letak pemugaran kawasan makam asli Wang Jing hong.[5]

Kelenteng Dewa Bumi merupakan tempat untuk memberi hormat kepada Dewa Bumi atau Hok Tik Tjing Sin[5]. Di depan kelenteng Dewa Bumi dapat terlihat penjaganya, yaitu Houw Ciang Kun yang berwujud harimau hitam[4].

Galeri

Referensi

  1. ^ "(PDF) ULUM AL-QURAN, SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA". ResearchGate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-22. 
  2. ^ Atjeh (Hadji), Aboebakar (1983). Sejarah Al-Qur'an (dalam bahasa Inggris). Pustaka Aman Press. 
  3. ^ Atjeh, Aboebakar (1983). Sejarah Al-Qur'an. Pustaka Aman Press. 
  4. ^ a b c "Buildings – SAM POO KONG" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-24. 
  5. ^ a b Marcella, Benedicta Sophie (April 2014). "Bentuk dan Makna Atap Kelenteng Sam Poo Kong Semarang". Jurnal Arsitektur KOMPOSISI. 10 (5): 349–359. 

Pranala luar