Integrasi sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.[1] Menurut Paul Horton integrasi diartikan sebagai proses pengembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik dapat berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.[2] Integrasi sosial juga dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Dalam proses menuju integrasi diperlukan usaha yang untuk menyatukan segala perbedaan, karena masyarakat yang multikultural memiliki beragam kepentingan dan keinginan yang berbeda-beda.[3]
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).
Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata sosial.
Tahap-tahap Integrasi Sosial
Tahap akomodasi
Akomodasi bertujuan untuk mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau individu, mencegah terjadinya suatu pertentangan secara temporer, memungkinkan terjadinya kerja sama di antara individu atau kelompoksosial, serta mengupayakan peleburan antara kelompok sosial yang berbeda (terpisah), misalnya melalui perkawinan campur (amalgamasi).[4]
Tahap Kerja Sama
Kerja sama bertujuan kelompokkelompok sosial yang berbeda itu saling menyesuaikan diri, melengkapi, memerlukan, serta tidak memaksakan kehendak masing-masing yang dapat menimbulkan prasangka yang memicu lahirnya konflik dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural saling bekerja sama melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara bersama-sama.[4]
Tahap Koordinasi
Koordinasi adalah pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di masyarakat. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan, seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain-lain. [4]
Tahap Asimilasi
Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan.[5]Melalui asimilasi, kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama, sehingga masing-masing kelompok sosial itu berubah dan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian integrasi dalam masyarakat akan terwujud.[4]
Bentuk Integrasi Sosial
- Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertaya ciri khas kebudayaan asli.
- Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Faktor pembentuk
Integrasi sosial dapat terbentuk akibat faktor-faktor berikut:[6]
- Sikap toleransi diantara kelompok-kelompok yang berada dalam suatu masyarakat;
- Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi;
- Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh masyarakat lain dengan mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing;
- Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, yang antara lain diwujudkan dalam pemberian kesempatan yang sama bagi golongan minoritas dalam berbagai bidang kehidupan sosial;
- Pengetahuan akan persamaan unsur-unsur dalam kebudayaan masing-masing kelompok melalui berbagai penelitian kebudayaan khusus;
- Melalui perkawinan campuran antar berbagai kelompok yang berbeda kebudayaan, dan;
- Adanya ancaman musuh bersama dari luar kelompok-kelompok masyarakat tersebut yang menyebabkan kelompok-kelompok yang ada mencari suatu kompromi agar dapat bersama-sama menghadapi musuh dari luar yang membahayakan masyarakat.
Syarat pembentuk
1. Untuk meningkatkan integrasi sosial setiap individu harus dapat mengendalikan perbedaan atau konflik yang terdapat pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat harus saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
3. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial untuk menjadi pedoman hidup bermasyarakat.
Lihat pula
Referensi
- ^ Eka Hendry Ar (2013). "Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multi Etnik" (PDF). Walisongo. 21 (1): 194.
- ^ Widianti, Wida (2009). Sosiologi 2 untuk SMA dan MA kelas XI IPS (PDF). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 36. ISBN 978-979-068-750-9.
- ^ Raharjo, Puji (2009). Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 147. ISBN 978-979-068-751-6.
- ^ a b c d Wrahatnala, Bondet (2009). Sosiologi jilid 2 untuk SMA dan MA kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 128–132. ISBN 978-979-068-748-6.
- ^ Sosiologi 2 untuk SMA dan MA kelas XI (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. hlm. 70. ISBN 978-979-068-213-9.
- ^ Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, B.A. (2019). Pengantar Antropologi, Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Aura Publisher. hlm. 128–129. ISBN 978-623-211-107-3.