Manajemen rantai pasok
Manajemen Rantai Pasok (''Supply Chain Management'') adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah rantai pasok merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197)
Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasok adalah untuk memaksimalkan nilai dan profit yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai pasok yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai pasok tersebut. Sebagai contoh: jika barang yang diterima konsumen rusak, maka konsumen berhak mengembalikan barang tersebut untuk diperbaiki (rework), atau diganti dengan produk baru oleh produsen. Setelah barang/jasa dikonsumsi oleh konsumen, maka konsumen akan memberikan umpan balik berupa informasi kepuasan konsumen[1].
Pengertian
Sejak awal 2017-an, khususnya di Indonesia, Digital Disruption (DD) membuat konsep supply chain beradaptasi. DD merupakan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi digital yang mengubah level dan platform “persaingan usaha”. Sebagai istilah populer, manajemen rantai pasok memiliki beragam makna. Secara sederhana, manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai bagaimana cara mengelola rantai pasokan yang efektif dan efisien. Semua jenis aliran informasi yang menjadi tulang punggung semua pihak yang terlibat, ada dan terpusat pada manajemen rantai pasok. SCM diilustrasikan sebagai proses yang berhubungan dengan supplier, pabrik, dan pelanggan.
Manajemen Rantai Pasok adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai pasok bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.
- Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
- Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
- Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai pasok, yaitu:
- Rantai Pasok Hulu/Upstream supply chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
- Manajemen Internal Rantai Pasok/Internal supply chain management
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai pasok internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
- Segmen Rantai Pasok Hilir/Downstream supply chain segment
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Komponen Sistem Rantai Pasok[2]
1.Fasilitas
Dimanakah kantor/pabrik/fasilitas setiap unit rantai pasok harus ditentukan?. Tujuan menentukan lokasi fasilitas adalah meminimumkan biaya pengiriman, meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi, dan mendekatkan produsen ke konsumennya.
2.Proses Produksi
Kapasitas proses produksi untuk membuat barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pasar.
3.Sediaan
Sediaan muncul karena ada perbedaan antara pasokan dan permintaan atau perbedaan waktu siklus antar aliran barang.
Permasalahan Manajemen Rantai Pasok
Manajemen Rantai Pasok harus memasukan problem dibawah:
- Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
- Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
- Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai pasok untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
- Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
- Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai pasok.
Eksekusi rantai pasok ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana di antara rantai pasok tersebut. Alurnya sendiri dua arah.
Aktivitas/Fungsi
Manajemen rantai pasok ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai pasok menuju ke pembuatan konsep rantai pasok. Tujuan dari manajemen rantai pasok ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai pasok, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai pasok.[3]
beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai pasok yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Pasok. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas rantai pasok bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.
Strategis
- Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
- Rekanan strategis dengan pemasok, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
- Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai pasok,manajemen muatan
- Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
- Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan
Taktis
- Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
- Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
- Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
- Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
- Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
- Gaji berdasarkan pencapaian
Operasional
- Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai pasok
- Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai pasok (menit ke menit)
- Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
- Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
- Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
- Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)
- Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
- Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai pasok, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
Strukturisasi dan Tiering
Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai pasok mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.
Arus Material dan Informasi
Tujuan dalam rantai pasok ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak di dalam rantai pasok haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah synchronous. (Knill, 1992)
tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut artinya tidak ada interupsi, tidak ada bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang tidak diperlukan. Dan synchronous berarti semuanya berjalan seperti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat waktu, dalam sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan.
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai pasok yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan pasokan.
Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai pasok ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialha mengintegrasikan data permintaan dan pasokan jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkat dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai pasok akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.[5]
Sistem Informasi dan Manajemen Rantai Pasok
Ketidakefisienan dalam rantai pasokan, seperti kekurangan suku cadang, kapasitas pabrik yang kurang dimanfaatkan, persediaan barang jadi yang berlebihan, atau biaya transportasi yang tinggi, disebabkan oleh informasi yang tidak akurat atau tidak tepat waktu. Misalnya, produsen mungkin menyimpan terlalu banyak komponen dalam persediaan karena mereka tidak tahu persis kapan mereka akan menerima pengiriman berikutnya dari pemasok mereka. Pemasok dapat memesan bahan baku terlalu sedikit karena mereka tidak memiliki informasi yang tepat tentang permintaan. Ketidakefisienan rantai pasokan ini menghabiskan sebanyak 25 persen dari biaya operasi perusahaan.
Jika pabrikan memiliki informasi yang sempurna tentang berapa banyak unit produk yang diinginkan pelanggan, kapan mereka menginginkannya, dan kapan mereka bisa diproduksi, akan mungkin untuk menerapkan strategi just-in-time yang sangat efisien. Komponen akan tiba tepat pada saat dibutuhkan, dan barang jadi akan dikirim saat mereka meninggalkan jalur perakitan.
Namun, dalam rantai pasokan, ketidakpastian muncul karena banyak peristiwa tidak dapat diramalkan — permintaan produk yang tidak pasti, keterlambatan pengiriman dari pemasok, suku cadang atau bahan baku yang cacat, atau gangguan proses produksi. Untuk memuaskan pelanggan, produsen sering kali berurusan dengan ketidakpastian dan kejadian tak terduga dengan menyimpan lebih banyak bahan atau produk dalam inventaris daripada yang mereka pikir sebenarnya mereka butuhkan. The safety stock bertindak sebagai penyangga karena kurangnya fleksibilitas dalam rantai pasokan. Meskipun kelebihan persediaan mahal, tingkat pengisian yang rendah juga mahal karena bisnis dapat hilang dari pesanan yang dibatalkan.
Salah satu masalah berulang dalam manajemen rantai pasokan adalah efek bullwhip, di mana informasi tentang permintaan untuk produk terdistorsi ketika melewati dari satu entitas ke entitas berikutnya di seluruh rantai pasokan. Sedikit peningkatan permintaan untuk suatu barang dapat menyebabkan anggota yang berbeda dalam rantai pasokan — distributor, pabrikan, pemasok, pemasok sekunder (pemasok), dan pemasok tersier (pemasok pemasok) - untuk persediaan persediaan sehingga masing-masing memiliki persediaan yang cukup dalam hal. Perubahan ini bergejolak di sepanjang rantai pasokan, memperbesar apa yang dimulai sebagai perubahan kecil dari pesanan yang direncanakan, menciptakan kelebihan persediaan, produksi, pergudangan, dan biaya pengiriman.
Misalnya, Procter & Gamble (P&G) mendapati bahwa ia memiliki persediaan popok sekali pakai Pamper yang sangat tinggi di berbagai titik di sepanjang rantai pasokannya karena informasi yang terdistorsi. Meskipun pembelian pelanggan di toko-toko cukup stabil, pesanan dari distributor akan meningkat ketika P&G menawarkan promosi harga yang agresif. Komponen Pampers dan Pampers terakumulasi di gudang di sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi permintaan yang sebenarnya tidak ada. Untuk menghilangkan masalah ini, P&G merevisi proses pemasaran, penjualan, dan rantai pasokannya dan menggunakan peramalan permintaan yang lebih akurat.
Efek bullwhip dijinakkan dengan mengurangi ketidakpastian tentang permintaan dan penawaran ketika semua anggota rantai pasokan memiliki informasi yang akurat dan terkini. Jika semua anggota rantai pasokan berbagi informasi dinamis tentang tingkat persediaan, jadwal, perkiraan, dan pengiriman, mereka memiliki pengetahuan yang lebih tepat tentang bagaimana menyesuaikan sumber, pembuatan, dan rencana distribusi mereka. Sistem manajemen rantai pasokan menyediakan jenis informasi yang membantu anggota rantai pasokan membuat keputusan pembelian dan penjadwalan yang lebih baik.[6]
Perangkat Lunak Manajemen Rantai Pasok
Perangkat lunak rantai pasokan diklasifikasikan sebagai perangkat lunak untuk membantu bisnis merencanakan rantai pasokan mereka (perencanaan rantai pasokan) atau perangkat lunak untuk membantu mereka menjalankan langkah-langkah rantai pasokan (pelaksanaan rantai pasokan). Sistem perencanaan rantai pasokan memungkinkan perusahaan untuk memodelkan rantai pasokan yang ada, menghasilkan perkiraan permintaan untuk produk, dan mengembangkan sumber yang optimal dan rencana produksi. Sistem semacam itu membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih baik seperti menentukan berapa banyak produk tertentu yang akan diproduksi dalam periode waktu tertentu; menetapkan tingkat persediaan untuk bahan baku, produk setengah jadi, dan barang jadi; menentukan tempat untuk menyimpan barang jadi; dan mengidentifikasi moda transportasi yang digunakan untuk pengiriman produk.
Misalnya, jika pelanggan besar melakukan pemesanan lebih besar dari biasanya atau mengubah pesanan itu dalam waktu singkat, hal itu dapat berdampak luas di seluruh rantai pasokan. Bahan baku tambahan atau campuran bahan baku lain mungkin perlu dipesan dari pemasok. Pabrikan mungkin harus mengubah penjadwalan pekerjaan. Pengangkut transportasi mungkin harus menjadwal ulang pengiriman. Perangkat lunak perencanaan rantai pasokan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk rencana produksi dan distribusi. Informasi tentang perubahan dibagikan di antara anggota rantai pasokan yang relevan sehingga pekerjaan mereka dapat dikoordinasikan. Salah satu fungsi perencanaan rantai pasokan yang paling penting dan kompleks adalah perencanaan permintaan, yang menentukan berapa banyak produk yang perlu dibuat oleh suatu bisnis untuk memenuhi semua permintaan pelanggannya. Perangkat Lunak JDA, SAP, dan Oracle semuanya menawarkan solusi manajemen rantai pasokan.
Sistem pelaksanaan rantai pasokan mengelola aliran produk melalui pusat distribusi dan gudang untuk memastikan bahwa produk dikirim ke lokasi yang tepat dengan cara yang paling efisien. Mereka melacak status fisik barang, pengelolaan bahan, operasi gudang dan transportasi, dan informasi keuangan yang melibatkan semua pihak. Contohnya adalah Sistem Manajemen Gudang (WMS) yang digunakan Haworth Incorporated. Haworth adalah produsen dan perancang perabot kantor terkemuka di dunia, dengan pusat distribusi di empat negara bagian. WMS melacak dan mengontrol aliran barang jadi dari pusat distribusi Haworth ke pelanggannya. Bertindak berdasarkan rencana pengiriman untuk pesanan pelanggan, WMS mengarahkan pergerakan barang berdasarkan kondisi langsung untuk ruang, peralatan, inventaris, dan personel.[7]
Sistem Manajemen Rantai Pasok dalam mengoordinasikan perencanaan, produksi, dan logistik dengan pemasok
Sistem manajemen rantai pasok (SCM) mengotomatiskan aliran informasi di antara anggota rantai pasokan sehingga mereka dapat menggunakannya untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang kapan dan berapa banyak untuk membeli, memproduksi, atau mengirim. Informasi yang lebih akurat dari sistem manajemen rantai pasokan mengurangi ketidakpastian dan dampak dari bullwhip effect. Perangkat lunak manajemen rantai pasokan mencakup perangkat lunak untuk perencanaan rantai pasokan dan untuk pelaksanaan rantai pasokan. Teknologi internet memfasilitasi pengelolaan rantai pasokan global dengan menyediakan konektivitas bagi organisasi di berbagai negara untuk berbagi informasi rantai pasokan. Peningkatan komunikasi di antara anggota rantai pasokan juga memfasilitasi respons dan pergerakan pelanggan yang efisien menuju model yang didorong oleh permintaan.
Referensi
- Operation Management, John Naylor
- Logistic and Supply Chain, Harrison
- Essentials of MIS (12th Edition), Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon
- ^ Martono, Ricky.2015.Manajemen Logistik Terintegrasi.hlm 3.Jakarta:PPM
- ^ Martono, Ricky.2015.Manajemen Logistik Terintegrasi.hlm 10-11.Jakarta:PPM
- ^ Harrison
- ^ Harrison
- ^ Harrison
- ^ Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2010). E-commerce: Digital Markets, Digital Goods. In K. C. Laudon, Essentials of Management Information Systems (P.316). New York: Pearson.
- ^ Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2010). E-commerce: Digital Markets, Digital Goods. In K. C. Laudon, Essentials of Management Information Systems (p. 317;319-320). New York: Pearson