Kabupaten Bintan
Kabupaten Bintan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Kabupaten Bintan sebelumnya bernama Kabupaten Kepulauan Riau. Perubahan nama ini dimaksudkan agar tidak timbul kerancuan antara Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Riau dalam hal administrasi dan korespondensi sehingga nama Kabupaten Kepulauan Riau (Kepri) diganti menjadi Kabupaten Bintan. Perubahan nama Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Kabupaten Bintan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006, tertanggal 23 Februari 2006. jumlah penduduk kabupaten 157.927 jiwa (2018)[1]
Kabupaten Bintan كابوڤاتين بينتن | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Tak Berganjak: Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing | |
Koordinat: 0°57′00″N 104°37′10″E / 0.95°N 104.61944°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kepulauan Riau |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | - |
Ibu kota | Bandar Seri Bentan |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Apri Sujadi S.Sos |
Luas | |
• Total | 1,320,10 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 157,927 |
Demografi | |
• Agama | Islam 87,22% Kristen 7,25% — Protestan 5,07% — Katolik 2,18% Buddha 5,10% Konghucu 0,34 Hindu 0,08%[1][2] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0771 |
Kode Kemendagri | 21.01 |
DAU | Rp. 288.685.934.000.- |
Situs web | www.bintankab.go.id |
Sejarah
Masa Kerajaan Riau Johor
Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan) telah dikenal beberapa abad silam di belahan nusantara dan juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan. Karena itulah, julukan “Bumi Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, di Kepulauan Riau terdapat kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat, yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya berada di Daik.
Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, Wilayah kekuasaannya tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi wilayah Johor, Negeri Sembilan, Pahang, Selangor, dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya berada di Daek dan Penyengat.
Setelah Kesultanan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah Keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling, yaitu Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau – Lingga, dan Afdelling Tembilahan yang meliputi Indragiri Hilir.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatra Tengah tanggal 18 Mei 1950 No. 9/Deprt/1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia, dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut, masing-masing, Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang), Bintan Utara dan Batam.
Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro, Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang, serta Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Daerah Tingkat I Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524/A/194 dan Instruksi No.16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No.UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965 menetapkan bahwa, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1966 semua daerah Administratif Kewedanan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan.
Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif (Kotif) Tanjungpinang yang membawahi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam.
Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Riau. Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan diperbaharui dengan UU No. 13 tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan lagi menjadi 3 kabupaten yakni, Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan), Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 2001, terhitung 17 Oktober 2001, Kota Administratif Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom yang terpisah dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan memiliki empat kecamatan, yakni Kecamatan Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Kota dan Bukit Bestari.
Geografi
Kabupaten Bintan terletak antara °00’ Lintang Utara 1°20’ Lintang Selatan dan 104°00’ Bujur Timur 108°30’ Bujur Timur
Pemerintahan
Daftar Bupati
No | Foto | Bupati | Mulai jabatan | Akhir jabatan | Keterangan | Prd. | Wakil Bupati |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bupati Kepulauan Riau | |||||||
1 | Encik M. Apan | 15 Mei 1954 | 31 Juni 1955 | Bupati Kepala Daerah Tk.II Kepulauan Riau | 1 | ||
2 | Mohamad Rakana Daljan | 1 Agustus 1955 | 30 Oktober 1957 | 2 | |||
3 | Umar Awaluddin | 22 Mei 1959 | 8 Juli 1960 | 3 | |||
4 | M. Adnan Kasim | 22 April 1960 | 28 Juli 1969 | 4 | |||
5 | H. Murwanto | 20 November 1980 | 20 November 1990 | 5 | |||
6 | Abdul Manan Saiman | 1990 | 2000 | 6 | |||
7 | Huzrin Hood | 2000 | 2003 | Bupati definitif. | 7 | ||
* | Ansar Ahmad | 2003 | 2004 | Plt. Bupati | |||
Andi Rivai | 2004 | 2005 | Pj. Bupati | ||||
Eddy Wijaya | 2005 | 2005 | |||||
Bupati Bintan | |||||||
1 | Ansar Ahmad | 2005 | 2010 | Bupati definitif. | 8 | ||
2010 | 2015 | 9 | |||||
* | Doli Boniara | 2015 | 2016 | Pj. Bupati | |||
2 | Apri Sujadi | 2016 | 2021 | Bupati definitif.[3] | 10 | ||
2021 | 2021 | 11 | |||||
3 | Roby Kurniawan | 2021 | Petahana | Bupati definitif. |
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Potensi
Kabupaten ini memiliki sejumlah peluang di bidang pariwisata, industri, perikanan, pertambangan dan Peternakan. Dibidang pariwisata, iklim dan kondisi alam yang eksotis menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara. Misalnya Lagoi yang memiliki pemandangan laut dan pantai yang telah menarik minat lebih dari 40.000 wisatawan mancanegara. Dilahan seluas 23.000 ha terdapat 7 hotel bertaraf internasional, 2 Resort dan 2 lapangan golf bertaraf internasional dengan 36 hole.
Untuk menarik minat investor, pemerintah setempat telah mengalokasikan lahan seluas 500 ha di Kijang dan 100 ha di Bintan Barat sebagai areal hutan industri dan pengembangan pantai. Pengembangan pariwisata dilakukan dengan bekerja sama dengan Singapura untuk membangun Bintan Utara.
Pada sektor industri, Kabupaten ini mempunyai kawasan industri di Lobam sebagai salah satu hasil dari kerjasama ekonomi antara Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Terdapat 4000 ha lahan yang dipakai oleh 18 perusahaan elektronik, 14 perusahaan garmen dan lain-lain.
Industri perikanan juga berperan penting di kabupaten ini dengan didukung oleh luas wilayah perairan seluas 95%. Para investor disarankan untuk mengembangkan sektor ini di wilayah timur, yaitu di wilayah Tambelan dengan 54 pulau. Wilayah ini cocok untuk perikanan dan budidaya terumbu karang seluas 117,480 ha. Pariwisata laut cocok untuk wilayah ini dengan didukung oleh pasir pantai yang bersih dan putih.
Pada sektor peternakan, Kabupaten Bintan merupakan daerah yang sangat potensial dalam pengembangan ternak sapi (jenis sapi Bali), kambing, babi, itik dan ayam (buras dan ras pedaging/petelur) sebagai penyuplai pasokan bahan pangan asal hewan di Kepulauan Riau, khususnya untuk daerah perkotaan seperti Kota Kijang, Kota Tanjung Uban dan Kota Tanjungpinang. Tercatat populasi ternak Sapi di Bintan hampir mendekati 1000 ekor pada tahun 2010, angka ini akan diupayakan untuk terus meningkat seiring dengan tingginya permintaan daging dan permintaan sapi, khususnya sapi potong pada saat hari raya Idul Adha (Hari Raya Kurban). Ayam Buras: 199.383 ekor, Kambing: 900 ekor, Itik: 3.663 ekor, Babi: 3.500 ekor, Ayam Ras Petelur: 265.700 ekor dan Ayam Ras Pedaging: 2.499.700 ekor. Untuk menjaga kesehatan ternak, di Kabupaten Bintan terdapat 5 orang Dokter Hewan dan dibantu oleh beberapa paramedis veteriner dengan ditunjang oleh 2 buah sarana Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) yang berlokasi di Desa Sri Bintan dan Desa Ekang Anculai Kecamatan Teluk Sebong, selain Poskeswan, di Kabupaten Bintan juga terdapat Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) yang berlokasi di Kecamatan Bintan Utara.
Referensi
- ^ a b c "Kabupaten Bintan Dalam Angka 2019". www.bintankab.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Februari 2020.
- ^ ""Kabupaten Bintan Dalam Angka 2015"". Badan Pusat Statistik Indonesia. Diakses tanggal 13 Agustus 2016.
- ^ "Bupati Bintan Apri Sujadi Ditangkap KPK". Diakses tanggal 2021-08-13.