Dalang

orang yang memainkan wayang
Revisi sejak 2 Desember 2020 06.44 oleh Dare2Leap (bicara | kontrib) (Added {{Unreferenced}} tag (TW))

Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang (ndalang). Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun-temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang (nyimping), menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan.

Pagelaran wayang kulit oleh dalang terkenal Ki Manteb Sudharsono dengan lakon "Gathutkaca Winisuda", di Bentara Budaya Jakarta, untuk memperingati ulang tahun harian Kompas.

Selama mengikuti ayahnya "ndalang" dalam kurun waktu yang lama—dari kecil hingga remaja—inilah proses pembelajaran itu terjadi dengan sangat alami, dan rata-rata anak dalang akan bisa mendalang setelah besar nanti. Tetapi banyak juga seorang anak dalang tidak akan menjadi dalang di kelak kemudian hari, karena mempunyai pilihan hidup sendiri, misalnya berprofesi menjadi pegawai negeri, swasta, TNI, dan sebagainya.

Tetapi fenomena itu tidak selamanya benar, dengan adanya sekolah-sekolah pedalangan baik setingkat SMU dan perguruan tinggi, seperti Jurusan Pedalangan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta (STSI) misalnya (sekarang Institut Seni Indonesia Surakarta), mencetak sarjana pedalangan yang tidak hanya mumpuni memainkan wayang tetapi juga berwawasa luas dan berpikir kritis. Dalam perguruan tinggi inilah lahir pula dalang yang bukan dari keturunan seorang dalang, tetapi hanya seseorang yang mempunyai niat yang kuat untuk belajar dalang dan akhirnya bisa mendalang.

Kata dalang ada yang mengartikan berasal dari kata dahyang, yang berarti juru penyembuh berbagai macam penyakit. Dalang dalam "jarwo dhosok" diartikan pula sebagai "ngudal piwulang" (membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonya. Untuk itu seorang dalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai bidang ilmu tentunya harus dipelajari meski hanya sedikit, sehingga ketika dalam membangun isi dari cerita bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kekinian.

Dalang adalah seorang sutradara, penulis lakon, seorang narator, seorang pemain karakter, penyusun iringan, seorang "penyanyi", penata pentas, penari dan lain sebagainya. Kesimpulannya dalang adalah seseorang yang mempunyai kemampuan ganda, dan juga seorang manajer, paling tidak seorang pemimpin dalam pertunjukan bagi para anggotanya (pesinden dan pengrawit).

Untuk forum komunikasi demi memelihara dan mengembangkan mutu dalang dibentuk Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).

Bacaan lanjutan

  • Clara van Groenendael, Victoria (1985). The Dalang Behind the Wayang. Dordrecht, Foris.
  • Ghulam-Sarwar Yousof (1994). Dictionary of Traditional Southeast Asian Theatre. Oxford University Press. ISBN 967 653032 8
  • Keeler, Ward (1987). Javanese Shadow Plays, Javanese Selves. Princeton University Press.
  • Keeler, Ward (1992). Javanese Shadow Puppets. OUP.
  • Long, Roger (1982). Javanese shadow theatre: Movement and characterization in Ngayogyakarta wayang kulit. Umi Research Press.
  • Mudjanattistomo (1977). Pedhalangan Ngayogyakarta. Yogyakarta, Yayasan Habirandha (Habirandha Foundation).

Pranala luar