Sinofobia

Revisi sejak 3 Desember 2020 04.59 oleh Sakra Dev (bicara | kontrib) (Perbaikan terjemahan mengacu wikipedia berbahasa Inggris)

Sinofobia (dari Latin: Sinae "orang Tionghoa" + Yunani φόβος, phobos, "ketakutan") atau anti-Cina adalah suatu ketakutan dari ketidaksukaan terhadap Tiongkok, Tionghoa, ataupun budaya Tionghoa dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.[2] Perasaan tersebut sering ditujukan kepada minoritas Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok dan melibatkan imigrasi, pengembangan identitas nasional di negara-negara tetangga, kesenjangan hidup, sistem upeti daerah pusat pada masa lalu, hubungan mayoritas-minoritas, diskriminasi dan rasisme. Perasaan ini berlawanan dari Sinofilia.

Persentase ketidaksenangan suatu negara terhadap Tiongkok berdasarkan jajak pendapat pada tahun 2009, terungkap bahwa orang Jepang yang menginvasi Tiongkok dan melakukan pembantaian Nanking serta tidak pernah menyatakan penyesalan hingga saat ini masih menjadi negara yang paling tinggi sentimen anti-Cinanya.[1]

Malaysia, Indonesia, dan Filipina

Di negara dengan minoritas Tionghoa, kesenjangan sosial terlihat perbedaannya dengan pribumi. Sebagai contoh, pada tahun 1998, 1% populasi Tionghoa di Filipina mereka menguasai 40% perekonomian swasta di sana, dan disebutkan dengan salah bahwa 3% populasi di Indonesia menguasai 70% perekonomian swasta di Indonesia (pakar ekonomi Indonesia percaya bahwa ini adalah pendapat yang salah, sejak diketahui bahwa kekayaan Indonesia ternyata dikuasai militer pada era Orde Baru).[3] Di Malaysia, fenomena tersebut tidak jauh berbeda dengan kedua negara tersebut. Dominasi pasar oleh Tiongkok merupakan dasar kebencian dan menjadi karakteristik alasan kebencian sebagian orang terhadap segala hal berbau Tiongkok/Tionghoa di negara-negara Asia Tenggara tersebut.[4]

Di negara-negara lain


Referensi

  1. ^ http://pewglobal.org/database/?indicator=24&response=Unfavorable
  2. ^ Sinophobic. The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Retrieved 2008-08-23.
  3. ^ Chua. pg. 3 & 43.
  4. ^ Chua. (2003). pg. 61.

Sumber bacaan lainnya