Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa. Jumlah baris pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Gurindam berisi ajaran yang berkaitan dengan budi pekerti dan nasihat keagamaan. Baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat merupakan baris pertama dan akibat sebagai baris kedua.[1] Baris pertama membahas tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.[2]

Gurindam 12 oleh Raja Ali Haji (Pahlawan Nasional), Tanking Pining

Istilah gurindam berasal dari bahasa Sankrit atau Sansekerta, Kirindam yang artinya adalah perumpamaan. Bahasa ini sudah mulai berkembang pada saat pengaruh Hindu masuk ke Indonesia yang menggunakan bahasa Tamil di India. Pengaruh Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh pendeta India pada abad ke-5 M. Pengaruh peradaban Hindu di masa lalu, sempat berjaya di Indonesia dan berhasil mendirikan banyak kerajaan terutama pada abad ke-7.[3] Gurindam umumnya berisikan nasehat atau semacam kata-kata mutiara.[4]

Gurindam dua belas

Pengarang gurindam yang terkenal dan orang pertama yang menjelaskan definisi gurindam secara lengkap adalah Raja Ali Haji.[5] Beliau adalah saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau (1844-1857). Gurindam 12 pasal karya Raja Ali Haji yang terkenal berjudul “Gurindam Dua Belas”. Gurindam Dua Belas adalah hasil refleksi yang mendalam dari religiusitas Raja Ali Haji. Hasil refleksi itu diperolehnya dari seluruh pergumulan hidupnya berhadapan dengan kehidupan sosial ekonomi, adat istiadat, peradaban dan pola pikir masyarakatnya yang  diikat kuat oleh penghayatan religiusitas.[4] Gurindam ini berisi tentang persoalan akidah dan tasawuf, rukun Islam, syariat Islam, budi pekerti atau akhlak dan konsep pemerintahan.[5]

Gurindam Dua Belas berisi 12 pasal yang merupakan nasihat Ali Haji untuk masyarakat Pulau Penyengat di Kepulauan Riau yang dibuat ketika berusia 38 tahun. Sastrawan Melayu bergelar pahlawan nasional ini menyelesaikan karya gurindamnya pada 23 Rajab 1264 Hijriah atau tahun 1847. Raja Ali Haji adalah sastrawan yang memperkenalkan budaya tulis untuk karya sastra yang telah dihasilkannya. Contohnya dalam pengantar Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji mencantumkan tanggal penulisan karya, menuliskan arti gurindam, perbedaan gurindam dengan syair dan manfaat gurindam.[6]

Contoh

Barangsiapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Barangsiapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang yang ma'rifat.

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terperdaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudharat.[6]

Referensi

  1. ^ Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. hlm. 13. ISBN 978-602-8219-57-0. 
  2. ^ Sumaryanto (2010). Mengenal Pantun dan Syair. Semarang: PT. Sindur Press. hlm. 11. ISBN 978-979-067-054-9. 
  3. ^ Tysara, Laudia (2020-11-20). "Gurindam Adalah Puisi Lama, Ketahui Ciri, Jenis, dan Pengertiannya Menurut Ahli". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  4. ^ a b arman, dedi (2020-04-11). "Terhindar dari Covid -19 Bersama Gurindam 12". Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-05. 
  5. ^ a b Burhani, Ruslan (2015-01-31). "Gurindam Dua Belas, warisan nasihat dari Pulau Penyengat". Antara News. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  6. ^ a b Setiawan, Anton (08 September 2020). "Warisan Nasihat dari Pulau Bahasa". Indonesia.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-05. 

Pranala luar