Kopi Bowongso
Kopi Bowongso adalah kopi berjenis Arabika (Arabica) yang dibudidayakan di desa Bowongso yang ada di ketinggian lahan 1.600 - 2.000 mdpl di lereng gunung Sumbing. Desa Bowongso ada di Kecamatan Kalikajar kabupaten Wonosobo. Kopi Bowongso sendiri diprakarsai oleh Kelompok tani Bina Sejahtera yang dipimpin Sriono Edy Subekti atau dikenal dengan Eed. Keberadaan Kopi di Bowongso berawal dari pembentukan kelompok tani Bina Sejahtera pada tahun 2009 yang awalnya fokus pada peternakan sapi dan di 2010 mulai menanam kopi berjenis Linie S, dengan sistem penanaman model lorong atau berdampingan dengan tanaman musiman. Ditanamnya kopi, awalnya dengan tujuan konservasi di lahan pertanian yang awalnya hanya untuk ditanami tembakau maupun sayuran. Kemudian limbah dari pengolahan paskapanen kopi juga dimanfaatkan sebagai suplemen untuk pakan sapi.
Sejarah
Di masa awal panen sekitar tahun 2013, Kopi Bowongso pernah dijual dalam bentuk biji kering atau Green Bean. Namun mulai tahun 2014, penjualan green bean berangsur dikurangi dan kini dihentikan. Sehingga Bowongso lebih fokus menjual Roast-bean hingga kopi siap seduh. Di tahun 2013, Kopi Bowongso mulai mengikuti pameran di tingkat kabupaten dan dikenal masyarakat meskipun metode pemrosesan paskapanen yang digunakan dinilai masih belum memenuhi standar. Dalam jangka waktu setahun, dilakukan banyak penyempurnaan dan di 2014 telah memiliki kemasan dan logo yang mulai dikenal masyarakat.
Masa Awal Pemasaran
Sejak tahun 2014, Kopi Bowongso sudah mulai dipasarkan secara luas dengan brand Bowongso dan telah mengusung konsep Single Origin yaitu dengan menjaga kopi yang diolah berasal dari satu kawasan hanya di lahan desa Bowongso. Di bulan September 2014, Kopi Bowongso telah mengantongi sertivikat halal MUI dan sebelumnya telah didahului BP-POM. Hingga akhir 2014, popularitas Kopi Bowongso semakin meningkat dengan adanya unggahan di media sosial seperti Facebook, dokumenter di Youtube, hingga media massa.
Peningkatan Proses Paskapanen dan Pemasaran
Pada tahun 2015, metode roasting hingga kemasan mulai diseriusi untuk standar produk kopi nasional. Mesin roasting yang digunakan sejak 2015 hingga kini dipakai adalah Froco kapasitas 1 kilogram. Mesin tersebut difasilitasi oleh APBN dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah daan Dinas Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
Sistem pengolahan paska panen dilakukan oleh para anggota kelompok tani dan setelah menjadi green bean atau biji kering disetorkan ke sekretariat untuk diolah. Sistem pemasaran yang dilakukan kelompok tani Bina Sejahtera tergolong unik yakni memprioritaskan pelanggan yang pernah mengunjungi sekretariat mereka di desa Bowongso, di rumah Eed. Sejak 2016 hingga saat ini, Kemasan Kopi Bowongso semakin disempurnakan untuk dipasarkan hingga ke luar daerah, bahkan menjangkau luar pulau hingga luar negeri.
Keunikan Cita Rasa dan Aroma
Kopi Bowongso memiliki berbagai keunikan dalam cita rasa mapun aroma. Menurut para penikmat kopi Bowongso, selain memiliki rasa manis atau Sweetness seperti sugar browning, karamel, maple, lemon dan juga rempah seperti jahe. Sedangkan aroma yang dominan dikenal dari seduhan kopi Bowongso adalah aroma tembakau hingga wangi vanila. Salah satu keunggulan Kopi Bowongso juga dinilai berasal dari keseimbangan rasa manis, asam, dan pahitnya yang dinilai memiliki kenikmatan tersendiri.
Prestasi
Pada 2013, Kopi Bowongso mendapatkan juara 1 (satu) untuk kategori uji cita rasa kopi arabika di tingkat Provinsi Jawa Tengah pada peringatan hari perkebunan nasional ke 56. Kopi Bowongso juga menjadi satu dari sembilan kopi arabika terbaik dari berbagai penjuru tanah air, yakni kopi Arabika Toraja, Samboga Bandung, Prigen Pasuruan, Kledung Temanggung, Ijen Raung Bondowoso, Flores Bajawa Ngada, Bumiaji Batu, Bowongso Wonosobo, dan kopi arabika Bandung.
Referensi
https://www.liputan6.com/regional/read/3130087/kopi-arabika-banjarnegara-juara-se-nusantara http://desabowongso.blogspot.com/2014/09/keunikan-cita-rasa-kopi-bowongso_21.html
https://weningts.wordpress.com/2014/07/03/demi-sebungkus-bowongso-coffee-saya-rela/