Bangsa Indonesia

Revisi sejak 23 Desember 2020 18.01 oleh Pinerineks (bicara | kontrib)

Bangsa Indonesia atau ras Indonesia adalah kategori ras manusia yang pertama kali diusulkan oleh George Windsor Earl pada 1850-an untuk menggolongkan orang-orang berkulit cokelat di Kepulauan Nusantara. Istilah ini kemudian digunakan oleh para cendekiawan Indonesia untuk membangun semangat pergerakan kemerdekaan dan nasionalisme Indonesia.

Sekelompok remaja mengenakan pakaian adat dari Sulawesi Selatan (atas), sekelompok orang Indonesia berfoto bersama (bawah).

Sejarah

Istilah "orang Indonesia" (bahasa Inggris: Indonesians) pada mulanya digunakan oleh peneliti-peneliti Eropa sebagai kategori ras manusia. Antropolog Eropa memberikan dua pengertian tentang ras Indonesia, pertama sebagai satu kesatuan (sebagaimana ras Eropa atau ras kulit putih), dan kedua sebagai suatu kumpulan kategori budaya dan etnisitas yang beragam. Istilah "orang Indonesia" dalam pengertian ras manusia mencuat pada 1850-an ketika George Windsor Earl dalam esainya yang berjudul "On the leading characteristic of Papuan, Australian, and Malayu-Polynesian nations" yang berusaha menggolongkan penduduk Kepulauan Hindia seagai ras kulit cokelat. Penggunaan istilah ras Indonesia kemudian didukung oleh banyak peneliti lain seperti Logan, Kean, dll., sehingga istilah ras Indonesia menjadi sebutan bagi seluruh penduduk pribumi yang mendiami kepulauan ini, kepulauan yang menjadi jajahan Belanda.[1][2]

Pada dua dasawarsa awal abad ke-20, istilah Indonesia ini kemudian dimanfaatkan para cendekiawan untuk membangun rasa kebersamaan dan nasionalisme. Keindonesiaan memberikan mereka titik temu, walau berasal latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Pada kalangan pelajar dan cendekiawan inilah istilah Indonesia pertama kali digunakan sebagai kesatuan kesadaran berbangsa. Walaupun istilah ini lantas digunakan untuk siapa saja yang menolak kolonialisme Belanda, sehingga orang keturunan Tionghoa, Arab, dan Eropa yang membela kemerdekaan Indonesia dapat dikategorikan sebagai orang Indonesia, pada penerapannya kalangan keturunan Tionghoa, Arab, dan Eropa sering kali dipinggirkan. Salah satu seruan populis dalam Darmo Kondo bertanggal 13 November 1918 menyatakan bahwa tanah Jawa akan segera jatuh ke tangan orang Eropa, Tionghoa dan Arab.[1] Partai Nasional Indonesia atau PNI sempat menolak memberikan kewarganegaraan Indonesia kepada warga keturunan Belanda/Eropa di Indonesia sebab mereka dianggap bukanlah bangsa Indonesia.[3]

Pemahaman rasialis tentang "bangsa Indonesia" lambat laun bergeser dan pudar. Muhammad Yamin dan Amir Sjarifuddin, misalnya, mengatakan bahwa menjadi Indonesia tidak ada sangkut-pautnya dengan ras, melainkan pada kesamaan sikap dan keadaan.[4]

Ciri fisik

Alfred Cort Haddon mendefinisikan ras Indonesia sebagai penduduk Kepulauan Hindia berambut hitam, kadang dengan sedikit warna merah, dan berkulit kuning-kecokelatan, sering kali lebih cerah.[5] Dalam Report of The Philippine Commission to the President bertahun 1900-1901, ras Indonesia dibedakan dari ras Melayu. Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa penduduk Filipina terdiri dari tiga ras yang berbeda, yaitu ras Indonesia, ras Negrito dan ras Melayu. Ras Indonesia dikatakan paling unggul karena memiliki perawakan yang lebih bagus.[6] Meskipun demikian, penggolongan manusia berdasarkan fisik telah ditentang ilmuwan modern karena tidak memiliki pijakan ilmiah.[7]

Lihat juga

Catatan kaki

  1. ^ a b Iriye, A.; Saunier, P. (2016-04-30). The Palgrave Dictionary of Transnational History: From the mid-19th century to the present day (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-1-349-74030-7. 
  2. ^ Winet, Evan Darwin (2010-03-10). Indonesian Postcolonial Theatre: Spectral Genealogies and Absent Faces (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-0-230-24667-6. 
  3. ^ Rocha, Zarine L.; Fozdar, Farida (2017-07-14). Mixed Race in Asia: Past, Present and Future (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-351-98248-1. 
  4. ^ Elson, Robert Edward (2009). The Idea of Indonesia. Penerbit Serambi. ISBN 978-979-024-105-3. 
  5. ^ Haddon, Alfred Cort (2012-05-10). The Races of Man and Their Distribution (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-108-04627-5. 
  6. ^ Tamura, E. (2008-03-03). The History of Discrimination in U.S. Education: Marginality, Agency, and Power (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-0-230-61103-0. 
  7. ^ "There's No Scientific Basis for Race—It's a Made-Up Label". Magazine (dalam bahasa Inggris). 2018-03-12. Diakses tanggal 2020-12-23.