Pertempuran Khaibar
Pertempuran Khaibar adalah pertempuran yang terjadi antara umat Islam yang dipimpin Nabi Muhammad ﷺ dengan umat Yahudi yang hidup di oasis Khaybar, sekitar 150 km dari Madinah, Arab Saudi. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan umat Islam, dan Nabi Muhammad ﷺ berhasil memperoleh harta, senjata, dan dukungan kabilah setempat. Pertempuran ini terjadi sekitar dua pekan kemudian, Rasul ﷺ bahkan memimpin sendiri ekspedisi militer menuju Khaibar, daerah sejauh tiga hari perjalanan dari Madinah. Khaibar adalah daerah subur yang menjadi benteng utama Yahudi di jazirah Arab. Terutama setelah Yahudi di Madinah ditaklukkan oleh Rasulullah ﷺ.
Pertempuran Khaibar | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Arab Muslim |
Yahudi dari Khaibar Bani Nadhir | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam | al-Harits bin Abu Zainab †[1] | ||||||
Kekuatan | |||||||
1,600 | 10.000 | ||||||
Korban | |||||||
15 | 100 |
Latar Belakang
William Montgomery Watt menganggap penyebab pertempuran ini adalah Yahudi Bani Nadhir yang menimbulkan permusuhan melawan umat Islam. Hanya beberapa hari Nabi Muhammad ﷺ berada di Madinah usai peristiwa Hudaibiyah itu.
Persiapan dan perjalanan menuju Khaibar
Nabi Muhammad Saw mengumpulkan kaum Anshar, kaum Muhajirin, dan bangsa Arab muslim untuk memerangi kaum Yahudi Khaibar yang berkhianat. Nabi Muhammad Saw kemudian mendapati kepala Bani Muthalib, Abdu Yazid bin Hasyim bin Muthalib, ingin menyertakan Bani Abdu Manaf, kecuali kaum musyrik Bani Abdu as-Syams. Permintaan Abdu Yazid tersebut disetujui oleh Rasulullah, sehingga jumlah pasukan yang berangkat awalnya terdapat 1400 pasukan, sekarang bertambah 200 pasukan. Sekitar 700 wanita dari Anshar dan Muhajirin bergabung ke Khaibar untuk membantu para pasukan. Maka jumlah pasukan dari mereka adalah 2300 pasukan.
Abdullah (Harits) bin Ubay bin Salul, selaku pemimpin kaum munafik, meminta izin Rasulullah bersama 100 pengikutnya yang beragama munafik ikut berjihad di medan Khaibar. Rasulullah melarangnya hingga kaum munafik kecewa. Harits bin Ubay adalah nama asli Abdullah bin Ubay. Saat perjalanan, Harits alias Abdullah bin Ubay meminta kepada beberapa tokoh Madinah, yakni Sa'ad bin Ubadah, Sa'ad bin Mu'adz, dan Sa'ad bin ar-Rabi'. Mereka menolak dengan keras tentang permintaan Ibnu Ubay.
Saat perjalanan, sahabat muhajirin yang bernama Nubaits bin Riba'ah bin Alqamah bin Abi Qais dari Bani Amir suku Quraisy, menemui Ibnu Ubay dan mengatakan kepadanya bahwa kaumnya telah dilaknat Allah dalam Alquran Surah Al-Munafiqun. Sahabat Mas'ud bin Maslamah bin Salamah juga menuturkan kepada Ibnu Ubay bahwa sebutan keji bagi kaum munafik lainnya yaitu kaum mukazzab (pendusta besar), mukhallif (pengingkar janji), mukhawwan (pengkhianat amanah), dan muzhallim (pembengis kejam).
Kemudian, Ibnu Ubay memanggil para pasukan untuk membunuh kedua sahabat tersebut, Mas'ud bin Maslamah bin Salamah Al Anshari dan Nubaits bin Riba'ah bin Alqamah bin Abi Qais Al Quraisyi. Namun, Mas'ud dan Nubaits berhasil lolos dari pembunuhan Ibnu Ubay. Kaum munafik kembali ke Madinah dengan kecewa, karena Madinah sepi dan tidak ada siapapun yang ada selain mereka.
Peperangan
Yahudi tak mempunyai cukup kekuatan untuk menggempur kaum Muslimin. Namun mereka cerdik. Mereka mampu menyatukan musuh-musuh Nabi Muhammad ﷺ dari berbagai kabilah yang sangat kuat. Hal itu terbukti pada Perang Khandaq. Bagi warga Muslim di Madinah, Yahudi lebih berbahaya dibanding musuh-musuh lainnya.
Maka Nabi Muhammad ﷺ menyerbu ke jantung pertahanan musuh. Suatu pekerjaan yang tak mudah dilakukan. Pasukan Romawi yang lebih kuat pun tak mampu menaklukkan benteng Khaibar yang memiliki sistem pertahanan berlapis-lapis yang sangat baik. Sallam anak Misykam mengorganisasikan prajurit Yahudi. Perempuan, anak-anak dan harta benda mereka tempatkan di benteng Watih dan Sulaim. Persediaan makanan dikumpulkan di benteng Na’im. Pasukan perang dikonsentrasikan di benteng Natat. Sedangkan Sallam dan para prajurit pilihan maju ke garis depan.
Sallam tewas dalam pertempuran itu. Tapi pertahanan Khaibar belum dapat ditembus. Nabi Muhammad ﷺ menugasi Abu Bakar untuk menjadi komandan pasukan. Namun gagal. Demikian pula Umar. Akhirnya kepemimpinan komando diserahkan pada Ali.
Di Khaibar inilah nama Ali menjulang. Keberhasilannya merenggut pintu benteng untuk menjadi perisai selalu dikisahkan dari abad ke abad. Ali dan pasukannya juga berhasil menjebol pertahanan lawan. Harith bin Abu Zainab -komandan Yahudi setelah Sallam-pun tewas. Benteng Na’im jatuh ke tangan pasukan Islam.
Setelah itu benteng demi benteng dikuasai. Seluruhnya melalui pertarungan sengit. Benteng Qamush kemudian jatuh. Demikian juga benteng Zubair setelah dikepung cukup lama. Semula Yahudi bertahan di benteng tersebut. Namun pasukan Islam memotong saluran air menuju benteng yang memaksa pasukan Yahudi keluar dari tempat perlindungannya dan bertempur langsung. Benteng Watih dan Sulaim pun tanpa kecuali jatuh ke tangan pasukan Islam.
Sesudah Pertempuran
Yahudi lalu menyerah. Seluruh benteng diserahkan pada umat Islam. Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan pasukannya untuk tetap melindungi warga Yahudi dan seluruh kekayaannya, kecuali Kinana bin Rabi’ yang terbukti berbohong saat dimintai keterangan rasulullah.
Perlindungan itu tampaknya sengaja diberikan oleh rasulullah untuk menunjukkan beda perlakuan kalangan Islam dan Kristen terhadap pihak yang dikalahkan. Biasanya, pasukan Kristen dari kekaisaran Romawi akan menghancurludeskan kelompok Yahudi yang dikalahkannya. Sekarang kaum Yahudi Khaibar diberi kemerdekaan untuk mengatur dirinya sendiri sepanjang mengikuti garis kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ dalam politik.
Nabi Muhammad SAW sempat tinggal beberapa lama di Khaibar. Ia bahkan nyaris meninggal lantaran diracun. Diriwayatkan bahwa Zainab binti Harits menaruh dendam pada Nabi Muhammad ﷺ. Sallam, suaminya, tewas dalam pertempuran Khaibar. Zainab lalu mengirim sepotong daging domba untuk Nabi Muhammad SAW. Rasulullah sempat mengigit sedikit daging tersebut, tetapi segera memuntahkannya setelah merasa ada hal yang ganjil. Tidak demikian halnya dengan sahabat rasul, Bisyri bin Bara. Ia meninggal lantaran memakan daging tersebut.
Khaibar telah ditaklukkan. Rombongan pasukan Rasulullah ﷺ kembali ke Madinah melalui Wadil Qura, wilayah yang dikuasi kelompok Yahudi lainnya. Pasukan Yahudi setempat mencegat rombongan tersebut. Sebagaimana di Khaibar, mereka kemudian ditaklukkan pula. Sedangkan Yahudi Taima’ malah mengulurkan tawaran damai tanpa melalui peperangan.
Dengan penaklukan tersebut, Islam di Madinah telah menjadi kekuatan utama di jazirah Arab. Ketenangan masyarakat semakin terwujud. Dengan demikian, Nabi Muhammad ﷺ dapat lebih berkonsentrasi dalam dakwah membangun moralitas masyarakat.
Kaum Yahudi menyerah dengan syarat membayar pajak dan memberikan tanahnya kepada umat Islam. Akibatnya, mereka banyak yang menjadi hamba sahaya. Menurut Stillman, orang-orang Yahudi dari Bani Nadhir tidak termasuk dalam perjanjian ini, dan seluruh orang bani Nadhir akhirnya dibunuh, kecuali anak-anak dan wanita yang dijadikan budak.[2] Setelah pertempuran ini orang-orang Yahudi masih tinggal di Khaibar, hingga akhirnya diusir oleh khalifah Umar bin Khattab. Pembebanan pajak terhadap orang-orang Yahudi menandai dimulainya penerapan jizyah terhadap para dzimmi di bawah pemerintahan Islam, dan penahanan tanah mereka menjadi milik komunitas Islam.[3][4]
Karena kemenangan umat Islam dalam pertempuran ini, kata "Khaibar" sering disebutkan dalam slogan, lagu, atau senjata-senjata buatan orang-orang Islam.
Syuhada Perang Khaibar
- Tsaqaf bin Amru bin Samith Al Asadi
- Nubaits bin Riba'ah bin Alqamah bin Abi Qais
- Mas'ud bin Maslamah bin Salamah
- Aus bin Habib
- Unaif bin Habib
- Harits bin Hathib bin Amru
- Umair bin Tsabit bin Nu'man bin Umayyah
- Rabi' bin Aktsam bin Sakhbarah
- Adi bin Murrah bin Suraqah
- Rifa'ah bin Masruh
- Abdullah bin Habib
- Fadhil bin Nu'man
- Mas'ud bin Sa'ad bin Qais
- Thalhah bin Yahya
- Ubaidullah bin Alqamah bin Abdul Uzza bin Qushay
Mereka dibunuh kaum Yahudi dan munafik Madinah.
Catatan kaki
- ^ http://www.islamstory.com/غزوة-خيبر-1-2 Diarsipkan 2016-10-25 di Wayback Machine.
- ^ Stillman 14, 18
- ^ Stillman 18–19
- ^ Lewis, Bernard. The Jews of Islam. Princeton: Princeton University Press, 1984. ISBN 0-691-00807-8 hal. 10