Narasi adalah berasal dari kata Latin narre, yang artinya memberi tahu. Narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.[1] Maka dari itu, narasi berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi sehingga pembaca bisa larut dan merasakan berada pada keadaan tersebut.[2] Tapi dalam cerita, narasi berkaitan dengan struktur atau anatomi cerita dan tokoh yang ada di dalam cerita. Dalam suatu kesatuan bahwa narasi mengandung unsur cerita (story) dan wacana (discourse). [1]

Jenis

  • Narasi ekspositoris memiliki tujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui kisah yang disajikan dalam teks. Sasaran utamanya adalah perluasan pengetahuan pembaca setekah membaca kisah tersebut (rasio). Narasi ekpositoris bersifat generalisasi dan biasanya menyampaikan proses umum yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan berulang-ulang. Dengan melaksanakan secara berulang-ulang, seseorang dapat menguasai dan mahir mengoperasionalkan hal tersebut. Misalnya, ada wacana naratif yang menceritakan bagaimana membuat roti, tata cara menyiapkan nasi goreng dan bagaimana membangun kapal dengan mempergunakan bahan fero semen. Semua narasi yang dicontohkan adalah narasi yang sifatnya generalisasi.[3] Narasi ekspositori dibagi dua.
    • Narasi Ekspositoris umum adalah peristiwa nyata yang benar-benar terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja, contoh narasi ekspositoris umum adalah pengalaman bersekolah, pengalaman berwisata, dan sebagainya yang pada umumnya semua orang pernah mengalaminya.
    • Narasi Ekspositoris khusus adalah pengalaman unik atau menarik yang hanya dialami oleh seseorang, tidak dapat diulangi kembali dan tidak semua orang mengalami peristiwa tersebut, contoh dari narasi ekspositoris khusus misalnya pengalaman dikejar anjing, pengalaman terjatuh dari sepeda, dan lain sebagainya dimana tidak semua orang dapat merasakan pengalaman unik tersebut.[4]  
  • Narasi sugestif berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkai dalam suatu peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian berlangsung dalam kesatuan waktu. Tapi sasaran utamanya adalah berusaha memberikan makna dari suatu kejadian dan menjadikannya sebagai suatu pengalaman berharga. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan, sehingga merangsang daya khayal (imajinasi) para pembaca. Pembaca mengasumsikan makna baru yang sudah dipahami di luar makna tersurat secara eksplisit.[3]
  • Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
  • Narasi artistik adalah narasi yang berusaha untuk memberikan maksud tertentu, menyampaikan amanat terselubung kepada para pembaca sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.[5]

Ciri

  • Menonjolkan unsur perbuatan atau suatu tindakan.
  • Dirangkai berdasarkan urutan waktu (kronologis).
  • Berusaha menjawab sebuah pertanyaan apa yang sedang terjadi?.
  • Terdapat pertentangan atau konflik agar narasi lebih menarik.
  • Berbentuk cerita tentang peristiwa atau pengalaman dari penulis.
  • Peristiwa yang disampaikan benar-benar terjadi (fakta), dapat berupa khayalan (imajinasi) atau gabungan dari keduanya.
  • Memiliki nilai estetika yang terkandung dalam cerita.
  • Menekankan susunan secara kronologis.[5]

Rujukan

  1. ^ a b Jonch, A. Christian (2020-10-20). Seni Narasi Biblika. Jakarta: PT Rivita Oppustaka Translitera. hlm. 7. ISBN 978-623-91186-5-5. 
  2. ^ Keraf, Gorys (2009). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 20. ISBN 978-979-22-2657-7. 
  3. ^ a b Isroyati (September 2016). "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASIDENGAN PENGGUNAAN METODE FIELD TRIP PADA SISWAKELAS IX DI SMP DWIGUNA DEPOK". Deiksis. 8 (3): 269. ISSN 2502-227X. 
  4. ^ Malladewi, Merrina Andy, Wahyu Sukartiningsih (2013). "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS MELALUI JURNAL PRIBADISISWA KELAS IV DI SD NEGERI BALASKLUMPRIK I/434 SURABAYA". JPGSD UNESA. 1 (2): 3. ISSN 2252-3405. 
  5. ^ a b Munirah (2015-12-14). Pengembangan Keterampilan Menulis Paragraf. Jakarta: Deepublish. hlm. 112. ISBN 978-623-209-376-8. 

Lihat pula